DokterSehat.Com- Bagi mereka yang sudah menikah, berhubungan intim adalah salah satu aktifitas yang tidak bisa dilewatkan begitu saja karena bisa memberikan kepuasan lahir dan batin. Tak hanya memuaskan, hubungan intim juga memungkinkan pasangan untuk mendapatkan keturunan. Namun, bagi sebagian anak muda di Jepang, seks ternyata tidak lagi menjadi hal yang menarik untuk dilakukan. Bagaimana tidak, dalam sebuah penelitian yang dilaporkan oleh BBC, disebutkan bahwa 43 persen masyarakat Jepang yang akan memasuki usia 30 tahun mengaku masih dalam kondisi perjaka atau perawan karena tidak berminat untuk berhubungan intim. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Angka 43 persen berarti hampir separuh generasi muda di Jepang malas untuk melakukan hubungan intim. Penyebab dari hal ini juga bermacam-macam, dari yang memang tidak tertarik untuk melakukannya hingga yang memang memilih untuk tidak melakukan jalinan percintaan dengan orang lain. Sebagian dari responden pria sendiri mengaku jika mereka tidak ingin menjalin hubungan percintaan atau melakukan seks karena cenderung minder atau takut dengan lawan jenis. Sementara itu, kaum hawa di Jepang justru berpikir jika kebanyakan pria di Jepang sudah tak mau lagi berkencan akibat dari banyaknya film biru atau boneka seks yang beredar yang dianggap lebih praktis untuk memuaskan nafsu seksualitas.
Pergeseran budaya seksualitas ini ternyata mampu menurunkan angka kelahiran di Jepang dengan sangat drastis pada tahun 2016, dimana di seluruh negara tidak sampai 1 juta bayi yang dilahirkan dalam setahun. Bahkan, sebuah penelitian berjudul National Institute of Population and Social Security Research menyebutkan bahwa ada kemungkinan populasi Jepang akan menurun jauh dari 127 juta orang menjadi hanya 40 juta orang pada tahun 2065 mendatang.
Tak hanya semakin menurunnya minat untuk berhubungan intim pada generasi muda, diketahui bahwa seperempat pria di Negeri Matahari Terbit yang sudah berusia paruh baya ternyata belum menikah. Sementara itu, 1 dari 7 wanita di usia 50 tahun juga belum menikah. Penyebab dari hal ini adalah rendahnya tekanan sosial yang meminta mereka untuk menikah dan adanya kekhawatiran di bidang keuangan mengingat biaya hidup di Jepang sangatlah tinggi.