Seorang pria pengidap HIV berusia 29 tahun terjangkit COVID-19. Melalui wawancara singkat bersama DokterSehat, pria asal Jakarta berinisial OD bersedia menceritakan pengalamannya hingga akhirnya ia dinyatakan sembuh dari COVID-19.
Didiagnosis Positif HIV Sejak Tahun 2015
OD menjelaskan bahwa dirinya didiagnosis positif HIV pada tahun 2015. Ketika itu tidak sempat merasakan gejala yang signifikan karena penyakitnya termasuk terdeteksi dini. Pemeriksaan yang ia lakukan ketika itu yaitu 3 kali tes darah dan semua hasilnya reaktif HIV.
Ketika didiagnosis positif HIV untuk ketiga kalinya, OD tidak langsung melakukan pengobatan. Ia yang ketika itu sudah tahu ada terapi antiretroviral (ARV) pun sempat berpikir sekitar 2 bulan untuk akhirnya menjalani terapi tersebut sampai saat ini.
“Saya diinformasikan bahwa ada terapi ARV, lalu saya berpikir 2 bulan kemudian saya memutuskan untuk memulai terapi tersebut. Sampai saat ini masih melakukan terapi antiretroviral FDC dengan konsumsi 1 tablet per hari,” jelas OD kepada DokterSehat.
Perubahan yang paling signifikan setelah didiagnosis positif HIV yang dirasakan oleh OD yaitu pada pola makan. Ia menjadi alergi terhadap beberapa bahan makanan, seperti susu sapi dan udang. Ia juga alergi terhadap debu dan asap rokok.
Terjangkit COVID-19 pada Maret 2020
Bukan hanya harus berjuang melawan HIV, pria asal Jakarta ini juga harus berjuang melawan COVID-19 sejak didiagnosis 11 Maret 2020. Ia menjelaskan bahwa dirinya tertular karena sempat melakukan kontak langsung dengan pasien positif COVID-19 sebelum masa PSBB di Jakarta dimulai.
Terkait gejalanya, ia mengalami demam, menggigil, diare, batuk kering yang tak bisa ditahan setiap kali mengambil napas dalam-dalam. OD pun melakukan serangkaian pemeriksaan yang terdiri dari rapid test, tes swab, dan PCR untuk memastikan bahwa dirinya terkena COVID-19.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa OD tergolong PDP gejala ringan. Memiliki riwayat HIV membuat OD diperbolehkan karatina mandiri.
“Saya tergolong PDP Gejala Ringan, lalu dikarenakan saya mengidap HIV, menginap di rumah sakit justru berbahaya terjadinya cross infection, sehingga saya diperbolehkan untuk melakukan karantina mandiri,” ungkapnya.
Pengobatan COVID-19 pada Pengidap HIV
Pengobatan COVID-19 yang dijalani oleh pengidap HIV berusia 29 tahun ini dilakukan sepenuhnya di rumah. Dokter pun meresepkan antibiotik, vitamin, pereda nyeri dan demam, disarankan banyak istirahat, banyak minum air mineral, serta makan makanan bergizi.
Berkaitan dengan konsumsi obat antiretroviral (ARV) selama OD menjalani pengobatan COVID-19 tetap berjalan lancar. Obat-obatan pun dikirimkan menggunakan ojek online oleh pihak klinik selama OD menjalani karantina mandiri.
Diakui oleh OD, dibutuhkan waktu kurang lebih 40 hari sampai dinyatakan negatif COVID-19. Meskipun demikian, kondisi untuk kembali pulih menghabiskan waktu sekitar 60 hari. Menariknya, imunitas OD jadi meningkat setelah dinyatakan sembuh dari COVID-19.
“Ada satu cerita yang menarik saat saya melakukan tes CD4 pasca negatif COVID-19, terjadi lonjakan yang cukup tinggi pada CD4 saya yaitu dari 400 ke angka 550+. Dokter saya berpendapat bahwa bisa saja hal ini dipicu oleh imunitas saya yang aktif saat melawan COVID-19,” tutur OD.
Pada akhir wawancara, OD juga berpesan untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, hindari kerumunan, konsumsi makanan yang bergizi, olahraga dan istirahat yang cukup, serta jangan lupa untuk memelihara kestabilan mental dengan bantuan meditasi dan ibadah.