DokterSehat.Com- Aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dan berbagai lapisan masyarakat di berbagai kota di Indonesia telah memakan beberapa korban jiwa dan puluhan korban luka. Sebagian dari aksi demonstrasi yang ditujukan untuk menolak beberapa RUU dan mengajukan tuntutan lainnya memang berlangsung ricuh. Hanya saja, belakangan ada isu yang viral di media sosial yang menunjukkan ada mahasiswi dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang disebut-sebut meninggal akibat gas air mata.
Berita Mahasiswi UNJ Meninggal Karena Gas Air Mata
Dalam berita yang viral di media sosial Facebook sejak Sabtu, 28 September 2019 lalu ini, disebutkan bahwa seorang mahasiswi dari UNJ bernama Tazkiya Khairunnisa meninggal akibat kehabisan oksigen saat ikut demonstrasi. Tazkiya terpapar gas air mata hingga tidak lagi bisa menghirup udara segar.
Muhammad Abdul Basit, ketua BEM UNJ menyebut kabar ini hoaks. Hanya saja, mahasiswi yang bersangkutan memang meninggal dunia, namun bukan karena gas air mata, melainkan karena penyakit jantung yang memang sudah dideritanya.
“Keliru itu beritanya. Beliau meninggal karena penyakit jantung yang sudah lama dideritanya. Beliau juga tidak terlibat dalam aksi mahasiswa kemarin,” terang Abdul.
Sementara itu, Agus Haryono dari LIPI menyebut gas air mata memang bisa memberikan sensasi perih yang luar biasa pada mata. Bagi sebagian orang, hal ini juga bisa menyebabkan sesak napas, namun Agus memastikan bahwa gas air mata aman dan tidak mematikan.
“Secara umum, gas air mata tidak mematikan. Penggunaannya juga telah sesuai dengan standar sehingga aman untuk digunakan. Hanya saja, memang hal ini bisa membuat susah bernapas, batuk-batuk, hngga muntah-muntah. Karena alasan inilah orang yang memiliki riwayat asma, gangguan pernapasan, dan ibu hamil tidak disarankan untuk ikut demo yang berpotensi sampai terkena gas air mata,” terang Agus.
Dampak Kesehatan Gas Air Mata
Pakar kesehatan menyebut gas air mata sebagai salah satu peralatan yang dipakai aparat untuk mengatasi kericuhan atau membubarkan massa. Kita bisa melihat di berbagai foto atau video tentang demonstrasi di berbagai kota yang menunjukkan bahwa sebagian demonstran sampai memilih untuk membasuh mata dan mukanya dengan air mengalir. Sebagian bahkan memakai masker dan memakai kaca mata khusus demi mencegah dampak buruk dari gas air mata.
Sebagai informasi, gas air mata sebenarnya erbuat dari bahan ichlorobenzylidene melono-nitrile. Bentuknya mirip dengan serbuk yang kemudian ditempatkan di dalam aerosol dan saat keluar akan mirip seperti asap. Jika kita sampai terkena gas ini, akan menyebabkan sensasi terbakar, perih pada mata, mata berair, hingga sulit untuk membuka mata.
Dampak dari gas air mata ini bisa dirasakan tidak sampai satu menit setelah gas air mata dikeluarkan. Bagi orang yang jauh dari tempat dikeluarkannya gas air mata, dampaknya baru dirasakan sekitar 10 hingga 30 menit.
Meskipun bisa membuat kita merasa tidak nyaman, gas air mata tidak akan memicu kerusakan jaringan. Hingga saat ini, belum ada laporan tentang kerusakan penglihatan akibat paparan gas air mata.
Dampak Kesehatan Gas Air Mata bagi Paru-Paru
Pakar kesehatan menyebut paparan gas air mata bisa sampai ke bagian selaput membran mukosa pada hidung atau paru-paru. Hal ini akan membuat kita seperti merasakan sensasi kurang nyaman saat bernapas. Hanya saja, dampak seperti sesak napas dan batuk-batuk yang didapatkan setelah menghirupnya biasanya tidak akan lama.
Hal yang berbeda terjadi pada mereka yang memiliki riwayat alergi atau asma. Hal ini bisa saja menyebabkan kekambuhan gejala asma.
Sumber:
- Anwar, Firdaus. 2019. BEM UNJ: Isu Viral Mahasiswi Meninggal Karena Gas Air Mata Hoax.detik.com/berita-detikhealth/d-4727153/bem-unj-isu-viral-mahasiswi-meninggal-karena-gas-air-mata-hoax. (Diakses pada 30 September 2019).