Terbit: 10 July 2018 | Diperbarui: 17 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Kasus terjebaknya 12 bocah berusia belasan tahun di dalam gua Tham Luang Nan Non di Thailand memancing perhatian masyarakat di seluruh dunia. Para bocah yang tergabung dalam tim sepakbola remaja yang dilatih Ekapol Chantawong ini sudah berhari-hari terjebak di dalam gua yang gelap, dingin, dan dikelilingi air banjir bawah tanah.

Begini Cara Bocah yang Terjebak Berhari-Hari di Gua Thailand Bertahan Hidup

Dilansir dari NY Times, banyak orang yang tidak percaya tatkala tim penyelamat menemukan anak-anak dan pelatihnya ini ditemukan pada 2 Juli 2018 dalam keadaan hidup dan masih bugar. Bagaimana tidak, saat itu mereka sudah 10 hari dinyatakan menghilang. Logikanya, bagaimana bisa mereka bisa bertahan hidup selama itu dalam kondisi yang sangat terbatas.

Salah satu tim penyelamat berkata bahwa Ekapol mengajari anak asuhnya untuk bermeditasi sehingga mampu menghemat tenaga hingga ditemukan tim penyelamat. Ekapol ternyata pernah menjadi biksu sehingga menguasai teknik meditasi yang dibutuhkan pada situasi genting seperti itu.

“Ekapol terbiasa bermeditasi hingga satu jam. Hal inilah yang pasti bisa membantunya dan anak-anak asuhnya tetap tenang,” ucap Tham Chanthawong yang merupakan kerabat dari Ekapol.

Dalam video yang viral di media sosial, terlihat jelas bahwa belasan anak dengan usia 11 hingga 16 tahun ini berada dalam kondisi mental yang baik. Meskipun terlihat jelas bahwa tubuh mereka menjadi lebih kurus. Mereka tetap tenang, ceria, dan masih bisa tersenyum saat tahu bahwa tim penyelamat sudah menemukan mereka.

Pakar psikologi dari State University of New York, Michael Poulin menyebutkan bahwa besar kemungkinan Ekapol berperan besar dalam keselamatan anak asuhnya dengan mengajarkan meditasi. Selain itu, Ia juga mampu menenangkan anak asuhnya dengan baik sehingga bisa membuat mental mereka tetap dalam kondisi sehat.

Salah satu orang tua dari anak-anak yang terjebak di dalam gua, Aisha, mengaku tidak pernah meragukan ketenangan Ekapol. Ia juga yakin jika tanpa adanya sang pelatih, bisa jadi anaknya yang baru 11 tahun dan teman-temannya sudah lama meninggal dunia.

“Anak-anak bisa terlihat tenang dan tidak ada yang menangis. Luar biasa. Aku yakin Ekapol melakukan hal yang hebat untuk membuat anak-anak tetap hidup,” ucap Aisha.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi