DokterSehat.Com- Balita berusia 2 tahun 3 bulan bernama Ayni Tiya Rahmadani yang berasal dari Desa Dadapayam, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang terinfeksi virus rubella. Gara-gara hal ini, ia kini terkena gangguan pendengaran dan penglihatan.
Sekilas, Ayni terlihat seperti anak yang aktif pada umumnya, namun ia sudah menjalani berbagai terapi, termasuk terapi wicara yang dilakukan di RSUP dr. Kariadi yang ada di Kota Semarang.
Terinfeksi saat usianya baru 1 bulan
Sang ibu, Siti Zakiyah menyebut buah hatinya mulai mengalami gejala terinfeksi rubella saat usianya baru 1 bulan. Saat itu, Ayni mulai mengalami gejala seperti bintik-bintik putih yang muncul di retina matanya. Sempat memeriksakannya ke puskesmas setempat, Siti justru diminta untuk memeriksakannya ke rumah sakit mata. Awalnya, Ayni didiagnosis terkena katarak. Siti sempat tidak percaya dan memeriksakan anaknya kembali ke rumah sakit dr. Kariadi.
Bayi yang mengalami masalah katarak harus ditangani dengan prosedur operasi, namun karena kondisi Ayni yang masih bayi, prosedur ini masih belum bisa dilakukan. Hal inilah yang membuat Siti sempat kebingungan.
Hanya saja, hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di RS dr. Kariadi saat usia Ayni 3 bulan justru menunjukkan fakta yang berbeda, yakni penyebab dari gejala dari berbagai masalah yang dideritanya ternyata adalah virus rubella. Ayni pun langsung mendapatkan penanganan medis yang lebih serius, termasuk pemeriksaan pada hidung, telinga, dan tenggorokan. Setelah usianya mencapai 5 bulan, Ayni kemudian menjalani operasi katarak untuk mata kirinya dan sebulan kemudian mendapatkan operasi katarak untuk mata kanan.
Datang ke rumah sakit setiap minggu
Selain gangguan pada mata dan telinganya, Ayni ternyata juga mengalami dampak lain akibat serangan virus rubella, yakni kebocoran pembuluh darah menuju jantung. Karena alasan inilah sejak usia Ayni enam bulan, ia harus minum obat secara teratur. Bahkan, sejak usianya delapan bulan, Ayni harus rutin menjalani terapi di RS dr. Kariadi Semarang yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya setiap hari Selasa dan Kamis. Terapi yang dijalani oleh Ayni berupa fisioterapi, terapi wicara, dan terapi okupasi, Hanya saja, terapi ini sekarang hanya dilakukan seminggu sekali, yakni setiap hari selasa.
Pada Agustus 2018 lalu, Ayni sempat mendapatkan operasi kateterisasi jantung di rumah sakit yang sama. Beruntung, biaya operasi ini ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Selain itu, kini Ayni juga harus memakai alat bantu pendengaran yang harus dilepas setiap kali tidur dan mandi dan setiap minggunya harus diganti baterai. Khusus untuk kondisi mata, Ayni juga harus memakai kacamata plus.
Sebenarnya, dokter sempat meminta Ayni untuk memasang implan alat bantu dengar di dalam telinga, namun alat dan proses pemasangannya memiliki harga sangat mahal, tepatnya mencapai ratusan juta. Karena alasan inilah orang tua Ayni hanya membelikan alat bantu pendengaran yang bisa dipasang dan dilepas.
Kondisi kesehatan Ayni juga membuatnya mengalami susah makan. Demi memberikan nutrisi bagi buah hatinya, orang tua Ayni pun memberikan susu 7 hingga 8 kali setiap hari dengan botol berukuran 150 ml.
Kembali mewabah akibat anti vaksin
Rubella termasuk dalam penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Bagi ibu hamil, serangan virus rubella bisa menyebabkan dampak serius karena menyerang anak yang dikandungnya. Semenjak ada program vaksinasi rubella yang dilakukan sejak tahun 1980-an, kasus penyakit ini cenderung menurun. Hanya saja, karena ada banyak orang yang anti dengan program imunisasi belakangan ini, kasus rubella kembali muncul dan menjadi momok bagi dunia kesehatan, khususnya di Indonesia.