Banyak orang yang masih keliru mengenai cara penularan HIV, sehingga membuat pengidap HIV mendapatkan stigma. Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Jika tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, pasien HIV ini dapat mengalami berbagai macam keluhan penyakit oportunistik yang menyertainya atau dikenal juga dengan istilah Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). AIDS merupakan diagnosis infeksi HIV tahap akhir. Lantas, bagaimana virus ini dapat menular?
Cara Penularan Virus HIV
Pada dasarnya, seseorang dapat terkena virus HIV apabila melakukan kontak langsung dengan cairan tubuh tertentu dari pengidap HIV. Cairan tersebut adalah:
- Darah
- Air mani dan cairan pra-ejakulasi
- Cairan rektum
- Cairan vagina
- ASI
Berikut penjelasan lengkap mengenai beberapa cara penularan HIV, di antaranya:
1. Hubungan Seks yang Berisiko
HIV menular melalui hubungan seksual. Berisiko di sini dimaksudkan jika salah satu pasangan terjangkit virus HIV kemudian melakukan hubungan seks anal atau vaginal tanpa menggunakan kondom.
2. Penularan Lewat Jarum Suntik
Cara penularan HIV berikutnya adalah melalui jarum suntik. Penggunaan jarum suntik tidak hanya bisa ditemukan di rumah sakit, namun juga di kalangan pengguna narkoba, layanan akupuntur hingga jasa tato. Oleh karena itu, pastikan Anda mendapatkan jarum suntik yang baru saat akan menggunakan layanan akupuntur maupun tato.
Perlu diketahui juga, karena HIV menular melalui jarum suntik, penting untuk diketahui bahwa HIV dapat hidup dalam jarum bekas pakai hingga 42 hari tergantung pada suhu dan faktor lainnya.
3. Transfusi Darah
Cara penularan HIV berikutnya adalah menerima transfusi darah, transplantasi organ, atau jaringan yang terkontaminasi dengan HIV. Meski begitu, seiring perkembangan teknologi risiko penularan HIV yang ditimbulkan dari transfusi darah terbilang sangat kecil karena pengujian ketat terhadap darah atau jaringan yang didonorkan.
4. Selama Kehamilan atau Menyusui
Cara penularan HIV lainnya bisa terjadi dari ibu ke anak selama kehamilan atau menyusui. Namun, penggunaan obat-obatan HIV telah membantu menurunkan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi.
5. Kontak dengan Anggota Tubuh yang Luka
HIV menular melalui kontak antara kulit yang luka atau selaput lendir—dengan darah yang terinfeksi HIV atau cairan tubuh yang terkontaminasi darah. Selain itu, cara penularan HIV bisa terjadi dari ciuman mulut yang dalam dan kedua pasangan memiliki luka atau pendarahan gusi. Darah dari pasangan yang HIV-positif masuk ke aliran darah pasangan yang HIV-negatif. Akan tetapi, HIV tidak menyebar melalui air liur.
Cara Mencegah Penularan HIV
Setelah mengetahui berbagai cara penularan HIV seperti di atas, hal penting lainnya yang harus diketahui adalah cara mencegah penularan HIV.
Meski belum ada vaksin yang bisa digunakan untuk mencegah infeksi HIV dan tidak ada obat untuk AIDS, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari diri dari infeksi, di antaranya:
1. Menggunakan Kondom
Karena HIV menular melalui cairan tubuh, cara pencegahan HIV sebaiknya menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks, apalagi jika Anda tidak mengetahui apakah pasangan Anda mengidap virus HIV atau tidak.
2. Hindari Penggunaan Jarum Suntik Bekas
Setiap Anda akan menggunakan jarum suntik baik itu di rumah sakit, terapi akupuntur, maupun tempat tato atau tindik, pastikan Anda selalu mendapatkan jarum suntik baru yang masih tersegel. Segera tolak jika Anda mendapatkan jarum bekas karena berisiko penularan HIV.
3. Hindari Penggunaan Obat-Obat Terlarang
Penggunaan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik secara bergantian juga dapat menyebabkan penularan HIV. Selain itu, obat-obatan terlarang juga membuat Anda sulit berpikir jernih sehingga cenderung mengambil keputusan yang buruk. Jadi, cara pencegahan HIV yaitu dengan menghindari obat-obatan terlarang dan jarum suntik bekas.
4. Menggunakan Post-Exposure Prophylaxis (PEP)
Gunakan post-exposure prophylaxis jika Anda sudah terpapar HIV. Jika Anda merasa telah terpapar melalui hubungan seks atau jarum suntik, mengonsumsi PEP sesegera mungkin dalam 72 jam pertama sangat mengurangi risiko terinfeksi HIV. Anda perlu minum obat ini selama 28 hari.
5. Sunat
Cara pencegahan HIV berikutnya adalah sunat pada laki-laki. Terdapat bukti bahwa sunat dapat membantu mengurangi risiko seorang pria terkena infeksi HIV.
Pengobatan HIV
Meski belum ada obat untuk menyembuhkan HIV / AIDS, namun terdapat banyak obat yang dapat mengendalikan HIV dan mencegah terjadinya komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit oportunistiknya. Obat-obatan ini disebut antiretroviral therapy (ARV). Setiap orang yang didiagnosis dengan HIV harus memulai ART, terlepas dari tahap infeksi atau komplikasinya.
ART biasanya merupakan kombinasi dari tiga atau lebih obat dari beberapa kelas obat yang berbeda. Pendekatan ini memiliki peluang terbaik untuk menurunkan jumlah HIV dalam darah. Kelas-kelas obat anti-HIV termasuk:
- Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTIs).
- Inhibitor nukleosida atau nukleotida reverse transcriptase (NRTI).
- Protease inhibitor (PIs).
- Integrase inhibitor.
- Entry atau fusion inhibitors.
- HIV Transmission. https://www.cdc.gov/hiv/basics/transmission.html. (Diakses pada 10 Maret 2020).
- HOW DO YOU GET HIV?. https://www.avert.org/hiv-transmission-prevention/how-you-get-hiv. (Diakses pada 10 Maret 2020).
- How is HIV spread?. https://www.theaidsinstitute.org/node/261. (Diakses pada 10 Maret 2020).
- HIV/AIDS. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hiv-aids/diagnosis-treatment/drc-20373531. (Diakses pada 10 Maret 2020).