Terbit: 7 February 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Selama ini kita hanya mengetahui kalau pria bisa mandul atau spermanya susah melakukan pembuahan karena mereka mengalami obesitas. Kegemukan yang terjadi pada pria membuat hormon testosteron yang bekerja untuk pembentukan sperma, meningkatkan gairah seksual, dan membantu ereksi, menjadi rendah.

Benarkah Kunyit Menyebabkan Pria jadi Mandul?

Selain karena obesitas, penelitian terbaru menunjukkan kalau kunyit yang biasanya diolah menjadi jamu juga bisa menyebabkan kemandulan. Benarkah kunyit yang sangat bermanfaat ini justru membuat pria susah mendapatkan keturunan? Berikut ulasannya.

Penelitian tentang kunyit dan sperma
Penelitian tentang pengaruh kunyit dan sperma sudah dilakukan oleh beberapa ahli. Dari penelitian itu didapatkan fakta yang cukup mengejutkan. Sperma yang diberi cairan kunyit mengalami gangguan gerakan dan fungsi. Karena hal ini, kemampuan untuk membuahi sel telur akan susah terjadi.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan pada mencit juga memberikan fakta baru. Pemberian kunyit dalam dosis tinggi menyebabkan proses pematangan sperma jadi terganggu. Selain itu, fungsi organ seksual juga terganggu sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik.

Efek dan anjuran pengonsumsian kunyit
Kunyit memang bisa menyebabkan gangguan fungsi organ seksual dan juga sperma yang dihasilkan. Namun, ada sedikit berita baik terkait hal ini. Efek yang ditimbulkan tidak permanen atau cuma sementara saja. Setelah tubuh tidak mengonsumsi kunyit dalam jumlah besar, fungsi organ seksual dan sperma bisa dihasilkan kembali dengan kualitas baik.

Mengetahui pengaruh kunyit yang cukup mengejutkan ini komisi gabungan dari FAO dan WHO memberikan batasan penggunaan kunyit harian untuk pria. Dalam satu hari, pria hanya boleh mengonsumsi 1-3 mg/kg berat badan. Pada takaran ini, kunyit tidak akan memberikan efek negatif pada sistem reproduksi pria.

Jadi, apakah pria tidak boleh mengonsumsi kunyit? Jawabannya adalah boleh, tapi sesuai dengan takaran dan tidak berlebihan.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi