Terbit: 2 March 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com– Sulitnya mendeteksi dan mendiagnosis autisme pada anak sering kali membuat anak dengan autisme terlambat untuk ditangani.

Riset Terbaru, Tes Darah Bisa Mendeteksi Dini Autisme pada Anak

Jika bisa dilakukan deteksi dini dan tata laksana autisme lebih cepat, maka kualitas hidup anak akan jadi lebih baik.

Para ahli terus mencoba mengembangkan metode deteksi dini autisme. Sebelumnya mendeteksi autisme hanya dengan CT scan otak dan melihat perkembangan tubuh kembang anak.

Kini, sejumlah peneliti asal Amerika Serikat mencoba mengembangkan tes darah untuk mendeteksi autisme.

Juergen Hahn dan tim peneliti dari Rensselaer Polytechnic Institute, New York melakukan tes darah untuk menganalisis penanda biologis yang muncul sebelum adanya perubahan perilaku pada anak dengan risiko autisme

Seperti dilansir dari Science Daily, Hahn dan timnya menggunakan sampel darah yang dikumpulkan dari 83 pasien autisme berusia 10 tahun dari rumah sakit anak Arkansas dan membandingkannya dengan 76 anak sehat.

Hasilnya, terdapat perbedaan proses metabolik yang menonjol pada anak dengan autisme dengan yang tidak. Hal ini terdapat dari konsentrasi senyawa khusus yang terlihat dari sampel darah.

Senyawa tersebut adalah FOCM (folate-dependent one-carbon metabolism) dan TS (transulfuration). Pada anak dengan autisme, keduanya mengalami perubahan signifikan.

Hahn menyatakan bahwa metode tersebut dapat membedakan anak dengan risiko autise dengan yang tidak dengan tingkat akurasi mencapai 98 persen.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh peneliti dari University of Warwick dan Universitas Bologna, Italia yang menemukan hubungan antara autisme dengan kerusakan protein dalam plasma darah.

Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa darah anak-anak dengan autisme mengandung dityrosine (DT) yang menandakan oksidasi reaktif dan zat modifikasi gula yang disebut advanced glycation end-products (AGEs) dalam darah mereka.

Peneliti melakukan uji coba pada 38 anak dengan diagnosa autisme dan 31 anak sehat lainnya yang berusia 5-12 tahun. Hasilnya, sampel darah dan urun dari kedua kelompok anak tersebut menunjukkan perbedaan secara kimiawi.

Meskipun kedua metode tersebut memberi harapan baru bagi penelitian tentang autisme, namun masih diperlukan penelitian lanjutan.

Jika hasil riset tersebut berjalan baik, maka diharapkan hal ini dapat membantu penanganan terhadap anak dengan risiko autisme menjadi lebih cepat dan tepat.

Hmm, semoga makin banyak penemuan dan riset baru yang makin memudahkan deteksi dini dan pemeriksaan kesehatan, ya!


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi