Terbit: 9 November 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Balanitis adalah salah satu gangguan pada penis yang sering terjadi pada pria yang belum sunat. Kalau Anda sudah sunat, mungkin tidak perlu khawatir, tapi jangan juga menyepelekan kebersihan dari penis. Seorang pria yang mengalami balanitis biasanya akan mengalami pembengkakan pada kepala penis dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

5 Penyebab Balanitis pada Penis Pria yang Tidak Sunat

Penyebab Balanitis pada Pria

balanitis ini biasanya mudah diatasi dengan obat seperti antibiotik. Namun, kalau tidak segera diatasi bisa menyebabkan gangguan pada penis yang fatal. Seseorang dengan balanitis yang cukup parah biasanya disarankan untuk melakukan sunat agar bisa mudah penyembuhannya.

Kondisi balanitis ini bisa muncul pada pria karena beberapa hal di bawah ini.

  1. Adanya Gangguan pada Kulit Penis

balanitis bisa muncul karena dipicu oleh kondisi kesehatan kulit tertentu. Gangguan itu terdiri dari Lichen planus yang menyebabkan ruam, merah pada penis, dan kulit terasa gatal cukup kuat. Selanjutnya ada eksim, yang menyebabkan permukaan kulit jadi agak keras dan gatal serta dermatitis yang dipicu oleh peradangan.

Penyakit kulit yang muncul di atas biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk dengan cukup masif. Masuknya mikroba ini terjadi karena pria jarang sekali menjaga sanitasi pada tubuhnya khususnya di area penis. Sanitasi ini mencakup kebersihan penis saat berkemih, mandi, dan rutinitas pasca seks.

  1. Adanya Peradangan di Kepala Penis

Kulit penis yang dimiliki oleh pria yang sudah sunat dan pria yang belum sunat sedikit berbeda. Pria yang sudah sunat biasanya akan sedikit tahan dengan bahan tertentu seperti sabun atau sampo. Sebaliknya, penis yang tidak sunat akan sedikit mengalami alergi dan peradangan akibat sabun atau bahan pakaian.

Peradangan ini biasanya berjalan biasa dan akan sembuh dengan sendirinya. Namun, kalau pria tidak segera menyembuhkan peradangan, kondisi balanitis ini akan muncul dengan sendirinya.

  1. Terjadi Infeksi Candida dan Bakteri

Candida adalah jamur yang secara khususnya menyebabkan peradangan di mulut hingga muncul seriawan. Di penis pun candida bisa muncul dan menyebabkan iritasi yang parah dan berujung pada iritasi.

Selanjutnya adalah bakteri. Secara umum area selangkangan memang dikenal lembap. Kondisi ini menyebabkan area penis mudah terkena bakteri dan akhirnya memperbesar terjadinya balanitis.

  1. Ada Riwayat Diabetes

Pria yang memiliki diabetes pada tubuh dan kondisinya tidak terlalu baik akan mudah mengalami balanitis. Hal ini bisa terjadi karena kadar gula di dalam tubuh akan tinggi. Saat kadar gula di dalam tubuh meningkat, urine juga keluar dengan kadar glukosa yang cukup tinggi.

Saat pria kencing, masih ada kemungkinan sisa urine yang mengandung gula ini tersisa di foreskin. Kalau urine tersisa dan akhirnya mengering akan memudahkan bakteri masuk dan berkembang biak di sana. Kondisi balanitis bisa terjadi dan semakin parah kalau pria susah mengendalikan gula darah di dalam tubuhnya.

  1. Mengalami Fimosis

Fimosis adalah penyebab terakhir dari kondisi balanitis. Fimosis adalah peradangan atau pembengkakan pada kulup atau foreskin. Peradangan ini menyebabkan rasa gatal, nyeri, dan sakit yang cukup intens. Pria juga tidak bisa mengeluarkan kepala penisnya karena lubang di kulup sangat kecil akibat bengkak.

Fimosis yang tidak segera diatasi bisa menyebabkan kotoran di penis semakin besar. Area foreskin dalam yang menyelimuti kepala penis akan mengalami penumpukan kotoran. Kondisi ini bisa menyebabkan balanitis karena cairan kotor dengan bau tidak nikmat akan muncul dan mempermudah terjadinya infeksi.

Cara Menangani Balanitis

Memiliki balanitis adalah hal yang tidak menyenangkan bagi pria. Bahkan, mereka bisa mengalami masalah dengan seks. Berikut beberapa cara mengatasi balanitis dengan benar.

  • Menggunakan obat oles. Dokter biasanya akan memberikan semacam krim untuk mengatasi inflamasi yang terjadi. Krim harus dioleskan langsung ke penis selama beberapa hari sampai sembuh. Selama proses penyembuhan, pria disarankan untuk tidak melakukan aktivitas seks dahulu.
  • Menggunakan obat sejenis antibiotik yang diresepkan dokter. Obat ini akan membantu Anda dalam menyembuhkan balanitis dari dalam.

Tips Mencegah Terjadinya Balanitis

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Apalagi kalau kondisi penis sudah semakin parah. Oleh karena itu, coba lakukan beberapa hal di bawah ini dengan saksama.

  • Setiap melakukan aktivitas seks jenis apa pun baik dengan pasangan atau secara solo, ada baiknya untuk segera membersihkannya. Kalau tidak dibersihkan, kotoran akan terkumpul di sekitar kulup.
  • Jangan menggunakan pewangi atau produk sejenisnya di sekitar penis. Kalau Anda menggunakannya, peluang terjadi iritasi akan besar. Kalau memang Anda sering berkeringat, sesering mungkin mengelap atau membasuh area selangkangan lalu mengeringkannya.
  • Setelah buang air kecil, bersihkan urine yang menempel sampai ke bagian kepala dan bawah kulit. Kadang urine masih menempel dan akhirnya mengering dan terkumpul.
  • Ganti celana dalam secara rutin setiap harinya. Paling tidak dalam satu hari Anda harus ganti celana dalam minimal sekali agar area penis tidak lembab dan kotor.

Inilah lima hal yang menyebabkan balanitis pada penis pria. Mari menjaga area penis dengan baik agar berbagai penyakit berbahaya tidak mengganggu kehidupan seks dan fungsi reproduksi.

 

 

Sumber:

  1. Kahn, April dan Tim Jewell. 2016. What Is Balanitis?. https://www.healthline.com/health/balanitis. (Diakses pada 9 November 2019)
  2. Brazier, Yvette. 2017. What to know about balanitis. https://www.medicalnewstoday.com/articles/184715.php. (Diakses pada 9 November 2019)
  3. Web MD. Balanitis: A Penis Condition Explained. https://www.webmd.com/men/penis-disorder-balanitis#1. (Diakses pada 9 November 2019)
  4. Balentine, Jerry R. 5 Balanitis (Inflammation of the Head of the Penis) Symptoms, Causes, and Cures. https://www.medicinenet.com/balanitis_penis_disorder/article.htm#can_balanitis_be_prevented. (Diakses pada 9 November 2019)

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi