Terbit: 15 January 2021 | Diperbarui: 26 September 2022
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Kotoran kucing adalah jenis kotoran yang dilaporkan banyak memengaruhi kesehatan manusia, salah satunya adalah dapat menyebabkan toksoplasmosis, yaitu infeksi parasit Toxoplasma gondii. Selain dari kotoran, infeksi toksoplasmosis ini biasanya terjadi karena konsumsi daging kurang matang yang terkontaminasi atau penularan dari ibu ke anak selama kehamilan.

Mengenali Dampak Kotoran Kucing bagi Kesehatan

Berbagai Bahaya Kotoran Kucing bagi Kesehatan Manusia

Beberapa kucing membawa parasit yang disebut Toxoplasma gondii. Kucing yang terinfeksi melepaskan embrio T. gondii yang disebut oocysts dalam kotorannya. Oocysts mudah ditularkan pada manusia dan beberapa peneliti telah menyelidiki kaitannya dengan berbagai masalah kesehatan mental, termasuk skizofrenia.

Sebuah penelitian terhadap anak usia sekolah menunjukkan korelasi antara hasil tes positif untuk T. gondii dan kesulitan belajar di sekolah. Sementara menurut Centers for Disease Control and Prevention, parasit ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih akut pada bayi baru lahir dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah.

Meski begitu, beberapa peneliti menduga bahwa T. gondii mungkin tidak menyebabkan penyakit mental dengan sendirinya, tetapi berinteraksi dengan varian genetik yang membuat beberapa orang lebih rentan.

T. gondii membentuk kista di dalam neuron manusia. Pada orang dengan HIV atau seseorang yang memiliki kondisi sistem kekebalan yang lemah lainnya, kista dapat tumbuh dan berkembang biak, menyebabkan peradangan otak yang mematikan, demensia, dan psikosis.

Meskipun para ilmuwan telah lama berasumsi bahwa kista tidak berbahaya pada orang sehat, semakin banyak data yang menunjukkan bahwa infeksi T. gondii dapat mengubah kepribadian dan meningkatkan kemungkinan mengembangkan skizofrenia dan penyakit mental lainnya.

Bahkan tanpa menginfeksi otak secara langsung, infeksi T. gondii kronis dapat meningkatkan peradangan, dan peradangan telah dikaitkan dengan gangguan mental seperti skizofrenia, autisme, dan penyakit Alzheimer.

Pada akhirnya, bahaya kotoran kucing membuat T. gondii masuk ke dalam faktor lingkungan yang meningkatkan risiko skizofrenia dengan jumlah yang kecil tapi dapat diukur, seperti infeksi perinatal dan status sosial ekonomi.

Apakah Anda Perlu Khawatir?

Terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa skizofrenia adalah penyakit langka, biasanya terjadi pada sekitar 1% populasi. Jadi, untuk mencapai hasil statistik yang kuat, para peneliti perlu mengikuti puluhan atau bahkan ratusan ribu orang dalam waktu lama, menguji T. gondii dan penyakit mental secara berkala untuk menentukan mana yang terjadi lebih dulu.

Banyak orang sehat yang terinfeksi toksoplasmosis tidak memiliki gejala dan tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi. Namun, beberapa orang mengembangkan tanda dan gejala yang mirip dengan flu, termasuk:

  • Pegal-pegal.
  • Kelenjar getah bening membengkak.
  • Sakit kepala.
  • Demam.
  • Kelelahan.

Baca Juga: 7 Bahaya Bulu Kucing dan Risiko Lain yang Wajib Diwaspadai

Jenis Parasit Lainnya

Selain menyebabkan toksoplasmosis, kotoran kucing juga dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti:

Kriptosporidiosis

Penyakit ini dapat menyebabkan diare, muntah, demam, kram perut, dan dehidrasi pada kucing dan manusia. Kontak langsung atau tidak langsung dengan kotoran kucing yang terinfeksi organisme Cryptosporidium dapat menyebabkan penularan penyakit ini.

Seperti kebanyakan penyakit zoonosis lainnya, individu dengan gangguan kekebalan berada pada risiko infeksi terbesar. Guna mencegah penyebaran infeksi, jadwalkan pemeriksaan feses tahunan untuk kucing dan obati kucing yang terinfeksi seperti yang diarahkan oleh dokter hewan.

Tindakan pencegahan lainnya termasuk memakai sarung tangan saat menangani bahan yang terkontaminasi tinja dan mencuci tangan sesudahnya.

Giardiasis

Banyak spesies hewan (termasuk kucing) rentan terhadap infeksi Giardia. Penularan biasanya terjadi melalui tinja dan biasanya menyebar ke hewan lain dan manusia melalui sumber air yang terkontaminasi atau makanan mentah.

Gejala infeksi Giardia antara lain diare, perut kembung, kram perut, mual, dan dehidrasi. Penting untuk diketahui, sebagian besar kasus giardiasis pada manusia tidak terjadi akibat kotoran kucing, melainkan karena menelan air atau makanan yang terkontaminasi oleh hewan ternak atau satwa liar.

Baca Juga: Alergi Bulu Kucing Berbahaya? Ini Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Kutu

Kutu adalah parasit eksternal yang paling umum pada kucing dan gigitannya dapat menyebabkan gatal dan peradangan pada manusia atau kucing. Parasit ini juga dapat berperan sebagai cat scratch disease (CSD) dan penyakit zoonosis lainnya.

Kudis

Infeksi tungau kudis Sarcoptes scabiei adalah parasit eksternal zoonosis lain pada kulit kucing. Meskipun tidak umum seperti serangan kutu, tungau ini dapat ditularkan dari kucing yang terinfeksi ke manusia, di mana mereka bersembunyi di dalam kulit dan menyebabkan lesi yang gatal dan menonjol.

Parasit di Usus Kucing

Parasit usus kucing tertentu seperti cacing gelang (Toxocara) dan cacing tambang (Ancylostoma), juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Anak-anak sangat berisiko karena kemungkinan lebih tinggi untuk kontak dengan tanah yang telah terkontaminasi oleh kotoran kucing.

Meskipun kebanyakan orang yang terinfeksi parasit ini tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, beberapa orang mungkin jatuh sakit. Berikut penjelasan lengkap mengenai parasit yang terdapat di usus kucing.

  • Migrans larva visceral

Infeksi ini berpotensi serius karena dapat menyerang berbagai organ. Hal ini disebabkan dari konsumsi telur Toxocara (misalnya, ketika jari-jari kotor dimasukkan ke dalam mulut). Larva Toxocara kemudian dapat bermigrasi ke organ perut, termasuk hati, atau ke sistem saraf pusat.

Gejalanya mungkin termasuk demam, kelelahan, batuk, mengi, dan sakit perut. Ocular larva migrans adalah istilah yang digunakan untuk kondisi di mana larva Toxocara bermigrasi ke mata, menyebabkan gangguan penglihatan, gerakan mata yang tidak normal, atau sakit mata.

  • Cutaneous larva migrans

Infeksi ini menyebabkan kulit gatal dikarenakan kontak dengan tanah yang terkontaminasi larva cacing Ancylostoma. Larva ini dapat menembus dan bermigrasi di bawah kulit, kemudian menyebabkan peradangan, gatal, nyeri, dan muncul lesi linier merah pada kulit.

Menjaga kebersihan diri dengan baik seperti mencuci tangan sebelum makan, membersihkan bahan makanan, dan mengurangi paparan kotoran kucing dapat mencegah infeksi. Obat antiparasit untuk anak kucing dan pemeriksaan tinja tahunan untuk kucing dewasa dapat mengurangi kontaminasi lingkungan dan risiko infeksi pada manusia.

 

  1. Anonim. Toxoplasmosis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/toxoplasmosis/symptoms-causes/syc-20356249. (Diakses pada 15 Januari 2021).
  2. Underwood, Emily. 2019. Reality check: Can cat poop cause mental illness?. https://www.sciencemag.org/news/2019/02/reality-check-can-cat-poop-cause-mental-illness. (Diakses pada 15 Januari 2021).
  3. Haensch, Anna. 2013. Harmful Parasites In Cat Poop Are Widespread. https://www.npr.org/sections/health-shots/2013/07/05/199041322/harmful-parasites-in-cat-poop-are-widespread. (Diakses pada 15 Januari 2021).
  4. Anonim. Zoonotic Disease: What Can I Catch from My Cat?. https://www.vet.cornell.edu/departments-centers-and-institutes/cornell-feline-health-center/health-information/feline-health-topics/zoonotic-disease-what-can-i-catch-my-cat. (Diakses pada 15 Januari 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi