Terbit: 7 March 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com– Saat Anda melihat anak mengamuk dan berteriak karena keinginannya tidak ditruruti, sering kali menganggapnya sebagai tantrum. Padahal anak yang bersikap demikian tidak selalu berarti tantrum, namun bisa juga sensory meltdown, yaitu emosi lepas kendali akibat terlalu banyak rangsangan sensorik. Meskipun memiliki gejala yang mirip, namun tantrum dan sensory meltdown adalah dua hal yang sangat berbeda.

Apa Bedanya Anak Tantrum dengan Sensory Meltdown?

Salah satu perbedaan antara tantrum dan sensory meltdown adalah penyebabnya. Tantrum adalah luapan emosi anak yang tidak bisa mengungkapkan keinginannya. Biasanya tantrum dialami oleh anak yang kemampuan bicaranya belum maksimal. Sedangkan sensory meltdown adalah reaksi anak yang berlebihan karena menerima terlalu banyak rangsangan sensorik.

“Tantrum adalah ledakan emosi ketika anak berusaha mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Sensory meltdown adalah reaksi atas perasaan tidak nyaman atau kewalahan,” jelas Amanda Morin, penulis buku The Everything Parent’s Guide to Special Education, dikutip dari laman understood.org

Untuk membedakannya, Anda bisa menyimak contoh berikut. Anak Anda menginginkan mainan namun Anda tidak mengijinkan dan ia pun marah. Ketika Anda memberikan mainan tersebut, anak menjadi tenang dan berhenti mengamuk.

Pada anak dengan sensory meltdown, anak tidak akan berhenti berteriak, menendang, atau mengamuk meskipun berhasil mendapatkan mainan yang diinginkan. Masalah yang dihadapi anak bukan pada mainannya, namun pada gangguan respon tubuh terhadap rangsangan sensorik yang ia terima.

Cara meredakan anak yang mengalami sensory meltdown berbeda dengan anak yang tantrum. Anak dengan sensory meltdown umumnya tidak tahu apa yang ia inginkan dan tidak ada tujuan tertentu dari sikapnya.

Gangguan sensory meltdown dapat dihilangkan dengan mengurangi rangsangan sensorik yang ada di sekitar anak. Suara berisik di pusat perbelanjaan, tempat yang terlalu banyak orang, terlalu berisik dan terlalu banyak orang yang menyentuh mereka bisa menjadi sumber gangguan pada anak. Saat anak menangis di tempat umum yang ramai dan bising, ajaklah anak untuk pindah ke tempat yang lebih tenang.

Penting bagi orang tua untuk mengenali apakah yang dialami oleh anak merupakan tantrum atau sensory meltdown. Tantrum dapat berkurang dengan sendirinya ketika anak semakin dewasa, sedangkan sensory meltdown mungkin diperlukan terapi khusus untuk membantu tubuh mengolah rangsangan yang diterima anak. Apabila anak Anda terlihat memiliki gejala sensory meltdown, sebaiknya segera periksakan ke dokter atau klinik tumbuh kembang anak.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi