Terbit: 17 November 2020 | Diperbarui: 22 August 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Tidak hanya menyengat, sinar matahari bagi sebagian orang juga dapat memicu reaksi alergi. Simak informasi lengkap mengenai alergi matahari ini mulai dari gejala, faktor risiko, hingga pengobatannya.

Alergi Matahari: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Alergi Matahari?

Sesuai dengan namanya, alergi matahari adalah suatu kondisi ketika tubuh mengalami reaksi tertentu manakala mengalami kontak paparan dengan sinar matahari secara langsung. Jenis alergi ini juga dikenal dengan nama fotosensitivitas

Fotosensitivitas terjadi ketika sistem imun tubuh ‘salah’ dalam mendeteksi sel atau komponen kulit yang terpapar sinar matahari. Oleh sistem imun, sel-sel tersebut dianggap sebagai sesuatu yang dapat membahayakan tubuh. Alhasil, sama seperti jenis reaksi alergi lainnya, tubuh akan bereaksi dengan cara memunculkan sejumlah gejala.

Ciri dan Gejala Alergi Matahari

Saat terpapar, seseorang yang alergi terhadap matahari ini akan mengalami sejumlah gejala pada kulitnya. Gejala yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  • Kulit memerah
  • Terasa gatal dan sakit
  • Timbul bercak-bercak merah (ruam)
  • Sensasi kulit terbakar
  • Kulit melepuh

Selain gejala-gejala di atas, alergi ini juga akan membuat penderitanya merasakan gejala lain. Gejala lain tersebut muncul sebagai akibat dari kondisi kulit—seperti lepuhan—yang bertambah parah. Gejala yang dimaksud terdiri dari:

  • Tekanan darah rendah
  • Sakit kepala
  • Mual
  • Sesak napas

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Tanda dan gejala fotosensitivitas mungkin terlihat mirip dengan sunburn alias terbakar matahari. Terkadang memang jadi sulit untuk membedakan keduanya. Namun, apabila gejala terus berlanjut selama lebih dari dua minggu, kemungkinan besar itu merupakan reaksi alergi. Terlebih lagi jika ini selalu terjadi ketika kulit terpapar sinar matahari.

Segera periksakan diri ke dokter apabila memang ini yang Anda alami. Pertolongan medis harus secepatnya dilakukan guna mempermudah proses pengobatan sehingga peluang kesembuhan meningkat.

Penyebab Alergi Matahari

Alergi matahari terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap sel-sel kulit yang terpapar sinar matahari. Sel kulit yang sebenarnya tidak berbahaya justru dianggap demikian oleh sistem imun. Apa yang terjadi selanjutnya adalah, sistem imun memproduksi protein yang kita kenal sebagai antibodi.

Antibodi ini lantas menyerang sel-sel tersebut hingga terjadilah peradangan pada kulit. Peradangan tersebutlah yang memunculkan gejala-gejala sebagaimana disebutkan sebelumnya.

Lantas, apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh ‘salah’ dalam mengidentifikasi zat asing yang masuk ke dalam tubuh? Perihal tersebut, hingga saat ini para ahli pun belum dapat memastikannya.

Faktor Risiko Alergi Matahari

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami jenis alergi yang satu ini. Faktor-faktor tersebut meliputi:

  • Ras. Siapa pun bisa memiliki alergi matahari, tetapi alergi matahari tertentu lebih sering terjadi pada orang dengan kulit lebih terang.
  • Paparan zat tertentu. Beberapa gejala alergi kulit dipicu saat kulit Anda terpapar zat dan kemudian sinar matahari. Zat umum yang bertanggung jawab atas jenis reaksi ini termasuk wewangian, disinfektan, dan beberapa bahan kimia yang digunakan dalam tabir surya.
  • Minum obat tertentu. Sejumlah obat dapat membuat kulit lebih cepat terbakar sinar matahari, termasuk antibiotik tetrasiklin, obat berbasis sulfa, dan pereda nyeri seperti ketoprofen.
  • Memiliki kondisi kulit lain. Menderita dermatitis meningkatkan risiko alergi matahari.
  • Memiliki kerabat sedarah dengan alergi matahari. Anda lebih mungkin mengalami alergi matahari jika memiliki saudara atau orang tua dengan kondisi yang sama.

Diagnosis Alergi Matahari

Diagnosis fotosensitivitas pertama-tama dengan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter akan melihat ruam dan gejala lainnya yang muncul pada kulit pasien. Setelah itu, dokter akan menanyakan tentang riwayat kemunculan dan hilangnya gejala tersebut.

Pada beberapa kasus, gejala reaksi alergi tersebut akan muncul dalam beberapa menit setelah terpapar sinar matahari dan menghilang dengan cepat jika kulit terhindar dari paparan sinar matahari (tanpa meninggalkan bekas apa pun).

Selain pemeriksaan fisik secara langsung, dokter juga akan melakukan satu atau lebih tes untuk memastikan diagnosis. Tes tersebut meliputi:

  • Phototesting. Tes ini bertujuan untuk melihat bagaimana kulit pasien bereaksi terhadap sinar UV dalam panjang gelombang yang berbeda. Panjang gelombang yang bereaksi terhadap kulit Anda dapat membantu mengidentifikasi alergi matahari tertentu yang pasien
  • Uji tempel. Tes ini melibatkan pemberian zat berbeda yang diketahui memicu alergi pada kulit pasien, menunggu satu hari, dan kemudian memaparkan kulit pasien ke sinar. Jika kulit bereaksi terhadap zat tertentu, mungkin itulah yang memicu fotosensitivitas.
  • Tes darah atau biopsi kulit. Pemeriksaan ini dapat dilakukan jika dokter menduga gatal-gatal pada kulit pasien muncul karena adanya kondisi medis lain, seperti lupus atau penyakit metabolik.

Pengobatan Alergi Matahari

Pada kasus yang ringan, alergi matahari tidak membutuhkan pengobatan khusus karena bisa hilang dengan sendirinya setelah beberapa saat. Dengan catatan, kulit tidak terpapar matahari.

Akan tetapi, Anda mungkin juga bisa menggunakan obat antihistamin—oral dan topikal—untuk meredakan gejala yang muncul. Pastikan untuk menggunakan obat dengan resep dari dokter.

Anda juga bisa menggunakan krim oles yang mengandung gel lidah buaya maupun kalamin. Kedua bahan tersebut diklaim dapat membantu meredakan gejala ruam dan sebagainya pada kulit.

Jika reaksi alergi tergolong parah, dokter mungkin akan merekomendasikan obat lain, seperti:

  • Kortikosteroid
  • Hydroxychloroquine
  • Montelukast

Khusus montelukast, obat ini hanya boleh digunakan sebagai pengobatan alergi jika tidak ada alternatif yang sesuai. Ini karena obat tersebut memiliki efek samping yang dapat memengaruhi suasana hati (mood).  Bahkan, obat ini dapat memicu keinginan untuk bunuh diri.

Dokter juga mungkin akan merekomendasikan fototerapi. Perawatan ini bertujuan untuk mempersiapkan kulit Anda dalam menghadapi sinar matahari musim panas dengan secara teratur memaparkannya ke radiasi ultraviolet dari sinar matahari pada musim semi.

Beberapa jenis pengobatan lainnya untuk kasus fotosensitivitas meliputi:

  • Pemberian obat cyclosporine, imunosupresan, omalizumab
  • Pergantian plasma kulit
  • Fotoferesis
  • Suntik immunoglobulin

Pencegahan Alergi Matahari

Jika Anda berisiko untuk mengalami alergi matahari, maka ada sejumlah langkah untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya kondisi ini, yaitu:

  • Batasi paparan sinar matahari, terutama sinar matahari antara jam 10 pagi dan 4 sore.
  • Pertimbangkan untuk menentukan waktu di luar ruangan saat musim semi dengan secara bertahap meningkatkan waktu yang Anda habiskan di luar ruangan. Ini dapat membantu sel kulit beradaptasi dengan sinar matahari musim panas yang lebih kuat.
  • Kenakan pakaian lengan panjang, celana panjang, atau rok panjang saat beraktivitas di luar ruangan.
  • Pertimbangkan untuk mengenakan pakaian dengan faktor perlindungan UPF lebih dari 40, yang menghalangi UV lebih baik daripada tabir surya.
  • Kenakan tabir surya spektrum luas pada kulit yang terpapar, dan oleskan kembali secara teratur.
  • Kenakan kacamata hitam dan topi dengan pinggiran lebar saat berada di luar ruangan.
  • Gunakan payung.

 

  1. Anonim. 2018. Sun Allergy (Photosensitivity). https://www.health.harvard.edu/a_to_z/sun-allergy-photosensitivity-a-to-z. (accessed on 17 November 2020)
  2. Anonim. Sun Allergy. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sun-allergy/symptoms-causes/syc-20378077. (accessed on 17 November 2020)
  3. Anonim. Sun Allergy. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17681-sun-allergy. (accessed on 17 November 2020)
  4. Hecht, M. 2020. Everything You Should Know About Solar Urticaria. https://www.healthline.com/health/skin-disorders/solar-urticaria. (accessed on 17 November 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi