Terbit: 28 April 2018
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Indra penciuman adalah salah satu indra yang pertama kali terbentuk dalam kandungan. Fungsi indra penciuman telah berkembang sejak usia kandungan 22 minggu ketika gerak pernapasan dalam kandungan mulai menciptakan gerakan cairan ketuban keluar masuk lubang hidung.

Tips Merangsang Indra Penciuman pada Bayi

Sejak dalam kandungan, bayi belajar mengenali bau dan rasa melalui cairan ketuban. Pengenalan terhadap bau dan rasa cairan ketuban bermanfaat bagi bayi yang baru lahir karena bau air susu ibu (ASI) agak mirip dengan cairan ketuban, sehingga adaptasi bayi untuk mulai menyusui segera setelah lahir dapat berlangsung dengan mudah.

Bau dan rasa cairan ketuban juga dipengaruhi oleh makanan ibu dalam masa kehamilan terutama pada trimester akhir, sehingga bayi telah akrab dengan bau dan rasa makanan tertentu.

Indra penciuman adalah bagian yang penting dalam perkembangan bayi. Indra ini berhubungan erat dengan indra pengecap, hal inilah yang menjadi salah satu faktor utama yang menentukan makanan apa yang bayi sukai. Indra penciuman juga memiliki hubungan yang erat dengan emosi bayi dan memainkan peran penting dalam hubungan orang tua dan anak.

Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua atau pengasuh untuk membantu bayi mengembangkan indra penciumannya, diantaranya:

  • Bayi yang baru lahir memiliki sistim indra penciuman yang telah berfungsi baik. Aroma ibu, ayah, dan pengasuh terdekat memiliki efek menenangkan bagi bayi. Untuk membantu bayi mengenal aroma orang-orang terdekat, sebaiknya tidak menggunakan parfum atau pewangi yang sangat menonjol atau tajam terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. Asap rokok termasuk bau tajam yang telah dikenal tidak menyenangkan bagi bayi.
  • Bicarakan dengan tenaga kesehatan saat pemeriksaan kehamilan agar sedapat mungkin proses kelahiran bayi diikuti oleh inisiasi menyusu dini. Inisiasi menyusu dini sangat membantu proses adaptasi bayi dengan dunia luar, membantu kedekatan ibu dan bayi, dan berperan penting dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
  • Selama masa menyusui, sebaiknya ibu mengonsumsi berbagai jenis makanan. Pemberian ASI eksklusif membantu transisi bayi mengenal rasa dan aroma makanan. Apabila jenis makanan ibu bervariasi, bayi juga dapat mulai mengenal rasa dan aroma makanan yang biasa dimakan ibu.
  • Saat bayi mulai mengonsumsi makanan padat, ia akan menggunakan indra penciuman dan pengecapnya untuk memutuskan apakah ia akan suka makanan itu atau tidak. Anda dapat melihat reaksi bayi, dan melakukan penyesuaian sambil berinteraksi dengan bayi.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perkenalan bau dan rasa makanan baru membutuhkan sekitar 10-15 kali percobaan sebelum bayi mulai mengenali dan memutuskan apakah ia menyukai makanan tersebut atau tidak. Orang tua dapat memperkenalkan makanan baru dengan cara memakan beberapa suap dan menggambarkan bau dan rasanya yang enak kepada anak.

Peran Orang Tua

Bayi yang baru lahir memiliki indra penciuman yang berkembang pesat. Walaupun bayi Anda belum dapat mengenali Anda melalui pandangannya, bayi akan mengenali Anda dari aroma tubuh alami.

Dengan mengenali aroma tubuh Anda, ia akan merasa nyaman dan aman karena tahu Anda bersamanya. Anda dapat membantunya membedakan aroma tubuh Anda dengan tidak menggunakan parfum atau produk pengharum lain.

Saat Anda dan bayi saling mencium aroma tubuh masing-masing lewat pelukan, hal ini akan merangsang hormon oksitosin. Ini adalah hormon yang dapat membantu Anda untuk mempererat hubungan dengan bayi Anda. Jika bayi Anda perlu ditenangkan, berada di tempat favoritnya dengan bau yang tidak asing dapat membuatnya lebih nyaman.

Sementara itu, bau obat-obatan alami seperti minyak telon atau minyak kayu putih juga dapat menenangkan bayi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi yang mulas merespon baik pijatan dengan minyak lavender dan membuatnya lebih tenang. Namun, masih belum jelas apakah bayi merasa tenang karena minyak lavender atau karena dipijat.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi