Terbit: 5 August 2016
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Jika anak sakit, orang tua pasti berusaha mencari cara untuk menyembuhkannya secepat mungkin. Menenangkan anak yang sakit memang sulit, karena anak, terutama bayi, belum dapat mengatakan apa yang mereka rasakan. Penting untuk mengetahui apa saja penyebab nyeri perut pada anak agar dapat segera dicari solusinya.

Tips Menenangkan Anak yang Nyeri Perut

Gejala
Anak mungkin sedang mengalami nyeri perut jika menunjukkan satu atau lebih tanda berikut ini:

  • Rewel atau ngambek
  • Tidak mau tidur atau tidak mau makan
  • Menangis lebih sering atau lebih keras dari biasanya
  • Diare
  • Muntah
  • Tidak bisa diam (selalu bergerak menggeliat-geliut atau meregangkan otot)
  • Membuat ekspresi nyeri (misalnya menutup mata rapat-rapat atau menyeringai)

Nyeri perut merupakan gejala yang banyak dialami oleh anak-anak. Untungnya, nyeri perut ini biasanya tidak disebabkan oleh penyakit yang serius. Meskipun demikian, nyeri perut ini tetap dapat mengganggu kenyamanan anak sehingga anak menjadi rewel.

Penyebab
Penyebab nyeri perut pada anak bisa bermacam-macam, antara lain:

Kolik
Kolik biasanya terjadi pada bayi di bawah usia 3 bulan. Dokter sendiri seringkali tidak tahu mengapa bayi pada usia tersebut sering mengalami kolik, hanya bisa menduga kemungkinan karena otot polos usus yang menegang. Bayi mungkin mengalami kolik jika muncul gejala:

  • Menangis lebih sering pada sore atau malam hari
  • Menangis selama minimal 3 jam selama 3 hari atau lebih dalam seminggu selama minimal 3 minggu
  • Menarik kaki ke dadanya saat menangis
  • Banyak buang angin

Cara menenangkan anak yang rewel karena kolik: Setiap bayi berbeda, tetapi ada beberapa pilihan yang bisa dicoba.

  • Bayi dibedong dengan kain atau selimut
  • Gendong bayi dan ajak berjalan-jalan atau ayun-ayunkan
  • Gunakan bunyi-bunyian untuk mengalihkan perhatian anak
  • Tawarkan minum

Jangan lupa untuk memperhatikan diri sendiri. Anak yang menangis terus-menerus dapat membuat orang tuanya kelelahan. Jangan ragu untuk meminta tolong pada orang lain jika sudah merasa letih.

Gas Dalam Usus
Pada bayi, kolik dan adanya gas berlebihan dalam usus sering muncul bersamaan. Sistem pencernaan mereka masih berkembang seiring dengan pertumbuhannya. Gas dapat muncul akibat:

  • Adanya bakteri dalam usus
  • Terlalu banyak menelan udara
  • Kesulitan mencerna makanan tertentu atau susu formula
  • Kesulitan mencerna ASI karena ibunya mengonsumsi makanan tertentu

Saat sedang menyusui, konsultasikan dengan dokter makanan apa saja yang boleh dimakan. Hindari makanan-makanan yang sepertinya mengganggu kenyamanan bayi. Jika menggunakan susu formula, coba ganti  susu formula dengan merk atau varian yang lain.

Konstipasi
Jika tinja anak keras, buang air besar jarang, atau tidak buang air besar sama sekali, artinya anak mengalami konstipasi. Beberapa hal yang dapat menyebabkan konstipasi antara lain:

  • Menahan buang air besar
  • Kurang konsumsi makanan yang kaya serat seperti buah dan sayuran
  • Kurang minum air
  • Perubahan pola makan
  • Obat-obatan tertentu
  • Alergi susu

Meskipun bisa juga terjadi pada bayi, konstipasi lebih banyak terjadi pada anak yang sudah mulai mengonsumsi makanan padat. Ingat bahwa bayi yang mengejan pada saat buang air besar merupakan hal yang normal. Bahkan normal juga jika bayi hanya buang air besar satu minggu sekali (tanpa gangguan lain apapun). Hal ini karena mereka menggunakan semua makanan yang masuk ke tubuh mereka untuk proses pertumbuhan, jadi memang tidak ada yang perlu dibuang.

Cara terbaik untuk mengatasi konstipasi adalah dengan membuat usus kembali bergerak. Ada beberapa cara yang dapat membantu:

  • Berikan jus buah untuk diminum oleh anak.
  • Hentikan pemberian makanan yang dapat memicu konstipasi, misalnya susu dan keju.
  • Pastikan anak berolahraga teratur atau cukup gerak.
  • Berhenti mengajari anak untuk menahan buang air besar. Mengajarkan anak untuk menahan buang air sampai menemukan tempat buang air yang tepat memang diperlukan, tetapi hal ini bisa dihentikan sementara jika anak mengalami konstipasi, kemudian diajarkan kembali saat buang air besar anak sudah normal kembali.
  • Jangan memberikan obat pencahar pada anak tanpa sepengetahuan dokter.

Refluks
Bayi dengan refluks akan mengalami sensasi rasa panas di tenggorokan karena asam lambung yang naik ke kerongkongan. Kadang-kadang, bayi dengan refluks ini mengalami kelainan pencernaan yang disebut GERD (gastroesophageal reflux disease). Tanda-tandanya meliputi:

  • Tidak mau makan
  • Cegukan
  • Tersedak
  • Batuk, terutama malam hari
  • Wheezing (mengi)
  • Sering mengalami infeksi telinga
  • Suara serak atau gemeretak di dalam dada
  • Muntah
  • Berat badan sulit naik
  • Perdarahan saluran cerna

Dokter akan menyarankan berbagai posisi agar bayi tetap tegak saat sedang makan atau minum sehingga asam lambung tidak mengalir ke kerongkongan. Ada juga obat-obatan yang bisa menetralkan asam lambung, jika memang sangat diperlukan. Sebagian besar bayi yang pernah mengalami refluks, tidak lagi mengalaminya saat usianya mencapai satu tahun.

Kapan Kita Harus Menghubungi Dokter
Jika nyeri perut datang tiba-tiba, atau tidak kunjung sembuh, periksakan anak ke dokter spesialis anak. Dokter mungkin akan menanyakan gejala-gejala yang lain, seperi muntah, demam lebih dari 38 ºC, nyeri kepala, nyeri tenggorok, atau diare. Gejala-gejala tersebut mungkin merupakan tanda adanya infeksi bakteri atau virus.

Penyebab nyeri perut pada anak yang lebih jarang terjadi di antaranya:

  • Apendisitis atau radang usus buntu. Jika nyeri awalnya di dekat pusat lalu pindah ke kanan bawah, mungkin terjadi karena radang usus buntu. Penyakit ini jarang terjadi pada anak di bawah lima tahun.
  • Sumbatan usus. Kadang-kadang, pada bayi usia 8-14 bulan, ada bagian dari usus anak yang masuk ke dalam bagian usus yang lain sehingga menyebabkan sumbatan usus (disebut intususepsi). Perlu pemeriksaan foto Rontgen untuk mendiagnosis penyakit ini. Mungkin juga perlu dilakukan tindakan pembedahan untuk mengatasinya.
  • Dokter mungkin perlu melakukan pemeriksaan laboratorium tinja anak untuk mengetahui kemungkinan adanya parasit (misalnya cacing) pada tubuh anak. Parasit ini biasanya dapat dimatikan dengan obat-obatan.

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi