Terbit: 6 July 2018 | Diperbarui: 7 March 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Semua orangtua pasti menginginkan anaknya pintar dan berprestasi dalam pendidikan. Orangtua akan senang jika buah hatinya bisa calistung.

Jangan Paksa Anak Belajar Calistung!

Apa itu calistung?

Calistung adalah singkatan dari membaca, menulis, dan berhitung. Calistung merupakan kegiatan anak belajar mengenal huruf dan angka.

Tidak heran, banyak orangtua yang menyekolahkan dan memaksa anak harus bisa calistung saat duduk di pra sekolah. Apalagi beberapa Sekolah Dasar (SD) mensyaratkan anak yang akan masuk SD harus bisa membaca, namun ternyata hal itu tak baik bagi kondisi anak.

Menurut pengajar di Taman Bermain Pelangi, Yuwanita Eka Putri, mendorong anak agar belajar terutama belajar calistung akan mengganggu perkembangannya, bahkan orangtua bisa melewatkan masa perkembangan anak yang penuh warna dengan bermain.

Tahapan perkembangan kemampuan calistung bukanlah keterampilan yang dapat begitu saja dikuasai anak. Terdapat keterampilan-keterampilan pendahuluan yang harus dimiliki anak untuk akhirnya bisa calistung sebagai modal menapaki pendidikan setinggi-tingginya.

Keterampilan pendahuluan, kata Yuwanita Eka Putri, diberikan pada masa golden age. Yakni usia 0–6 tahun. Pada masa ini, sebetulnya otak anak sedang mudah-mudahnya menyerap informasi yang dilihat dan dipelajari.

Yuwanita mengatakan, untuk usia 2–3 tahun, anak bisa mengikuti kelas toddler. Di kelas toddler 2 tahun, anak diajarkan bagaimana cara bersosialisasi, bermain, dan memang konsepnya belum untuk belajar. Sedangkan kelas berikutnya, yaitu usia 3 tahun, anak sudah diperkenalkan warna, angka 1–5, bentuk-bentuk datar, segitiga, dan sebagainya.

Kemudian ketika anak 4 tahun, ia mulai masuk Taman Kanak-kanak (TK) A serta masih diperkenalkan nama kendaraan transportasi, nama, bagian tubuh, sekolah, kesehatan, pantai, dan laut. Setahun kemudian, di TK B, metode belajarnya juga tidak jauh dengan TK A. Namun, dengan kesulitan yang berbeda.

Jadi anak-anak usia 0–6 tahun ini diajarkan bermain dengan teman-temannya untuk bersosialisasi supaya anak tidak jadi pemalu. Ketika bertemu teman, anak menjadi riang dan tidak diam, lalu menangis.

Belajar Calistung

Jika masa keemasan anak ini sudah dilewati, barulah anak masuk ke tahapan perkembangan kemampuan calistung.

1. Membaca

Melihat gambar adalah bentuk membaca yang paling sederhana, sejak usia 3–5 tahun pun, anak diharapkan sudah memiliki ketertarikan untuk membaca gambar, simbol, dan logo yang ada di sekitarnya. Karena itu, salah satunya anak membutuhkan pencahayaan yang tinggi pada buku bergambar.

Pada usia 4–6 tahun, anak baru mulai diharapkan mampu membaca gambar, simbol, dan logo. Misalnya melihat gambar iklan di pinggir jalan atau melihat logo supermarket, membaca dengan pola ini diharapkan mulai dikuasai anak pada usia 5–7 tahun.

Selain mengenali bentuk dan pola, anak juga harus bisa memegang buku dengan baik serta mampu membalikkan dari kiri ke kanan. Keterampilan ini sangat berhubungan erat dengan perkembangan keterampilan motorik anak.

2. Menulis

Jauh sebelum anak bisa memegang pensil dengan baik, ia perlu belajar menjumput (memegang benda dengan telunjuk dan ibu jari). Ia perlu mengetahui bahwa tulisan itu memiliki arti, kembali lagi bisa dikembangkan dengan memperlihatkan berbagai buku.

3. Berhitung

Anak perlu memahami konsep berhitung bahwa satu untuk satu benda (one-to-one correspondence), jadi sebelum mengajarkan menghitung satu-dua-tiga, ajarkan anak untuk membagikan satu benda untuk satu orang atau satu benda ke dalam satu lubang (bisa memakai congklak). Seperti disebutkan di atas, mengenali simbol termasuk angka baru diharapkan setelah anak berusia 4–6 tahun.

Sementara untuk les calistung, sebaiknya jangan diberikan kepada anak di bawah usia 6 tahun.

Jadi, umur berapa anak belajar membaca dan menulis?

Anak bisa belajar membaca dan menulis di usia 6–7 tahun, karena di usia ini anak baru mencapai kematangan sensorik dan motorik. Pada waktu itulah, anak benar-benar siap untuk menulis dan membaca. Pada akhirnya semua anak pasti bisa membaca dan menulis, hanya waktunya yang mungkin berbeda-beda.

Karena perkembangan tiap anak berbeda, ada yang bisa membaca pada usia 4 tahun atau ketika usia 5 tahun. Jadi jangan khawatir bila anak lain sudah menguasai keterampilan tertentu, sementara anak Anda belum.

Lihat kisaran usianya saja, jangan memaksa belajar membaca terlalu dini. Apabila dipaksakan untuk membaca dan menulis pada waktu belum siap, anak akan memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan serta muncul penolakan.

Namun, saran ini tidak berlaku untuk anak-anak yang memang memiliki ketertarikan dalam membaca dan menulis yang sangat tinggi.

Apabila anak sudah sangat tertarik, bisa mulai mengajarkan atau memasukkan ke tempat les calistung. Sebelum ikut les, perhatikan cara pengajarannya. Jangan sampai setelah les, minat membaca, menulis, dan berhitung anak malah menurun.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi