Terbit: 13 March 2018 | Diperbarui: 22 July 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com– Membacakan dongeng atau cerita untuk anak adalah salah satu kegiatan yang baik untuk perkembangan kecerdasan anak. Saat mendengarkan dongeng, anak-anak akan belajar banyak mengenai kosa kata, cerita, dan nilai moral. Namun ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua saat membacakan dongeng untuk anak sehingga momen membacakan dongeng ini kurang optimal bagi anak. Apa saja?

4 Kesalahan Orang Tua Saat Mendongeng Untuk Anak

Photo Credit: pexels.com

Hindari hal ini saat mendongeng untuk anak

Membacakan dongeng untuk anak bukan hanya mengajarkan anak tentang kosa kata dan membuatnya lebih mudah untuk belajar membaca. Namun mendongeng dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak sehingga sayang jika momen ini dilewatkan begitu saja.

Dilansir dari laman youngparents, berikut ini beberapa kesalahan yang sering dilakukan orang tua saat membacakan cerita untuk anaknya:

1. Melewatkan pre-reading
Saat membacakan cerita untuk anak, berikan gambaran awal mengenai cerita tersebut, lalu pancing anak untuk menebak bagaimana kisah tersebut akan berakhir. Pertanyaan seperti “Bagaimana nasib kebun Pak Tani nanti?” atau “Apakah Adi bisa menemukan jalan pulang?” dapat membantu anak untuk memahami cerita dengan lebih baik dan meningkatkan kreativitas anak.

2. Bosan mengulang cerita
Anda mungkin bosan jika diminta membacakan cerita yang sama berulang kali. Namun dengan mengulang, anak-anak dapat lebih mudah belajar dan memahami cerita. Semakin sering Anda mengulang cerita tersebut, anak-anak akan lebih mudah memahami kosa kata dan cerita. Jika Anda bosan mengulang cerita yang sama, Anda bisa menyiasatinya dengan kalimat atau nada yang berbeda.

3. Anda tidak menanyakan pendapat anak
Membacakan cerita untuk anak bukan berarti tugas Anda selesai saat cerita tersebut selesai. Tanyakan pendapat anak Anda mengenai cerita tersebut, apakah ia suka atau tidak dengan ceritanya?, apa yang dirasakan anak setelah mendengar cerita tersebut, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu mengolah emosi anak pada kejadian di sekitarnya dan menilai seberapa jauh anak memahami cerita.

4. Anda mengabaikan ilustrasi buku

Saat membacakan cerita, Anda mungkin lebih fokus untuk menyelesaikan cerita. Namun anak Anda mungkin punya fokus lain. Gambar atau ilustrasi jauh lebih menarik bagi anak daripada sederetan huruf, apalagi jika anak Anda belum bisa membaca. Karena itu saat membacakan cerita, Anda juga perlu memerhatikan ilustrasi dalam buku dan menejelaskannya pada anak. Dengan begitu, anak akan lebih mudah untuk mengerti isi cerita.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi