Terbit: 15 November 2014 | Diperbarui: 25 July 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Saat bayi lahir, Ibu pun akan menyambutnya dengan rasa suka cita. Penantian selama 9 bulan, berakhir sudah dengan hadirnya tangisan si Kecil di pangkuan Ibu. Mungkin Ibu akan memperhatikan betapa sempurna dan sehatnya si Kecil. Namun bila Ibu tiba-tiba melihat munculnya perubahan warna kulit si Kecil menjadi kekuningan, Ibu pun akan sedikit cemas mengenai apa yang terjadi dan mulai bertanya-tanya bolehkah si Kecil disusui? Bagaimana nanti dengan pemberian ASInya?

Bolehkah Ibu Menyusui Bayi Kuning?

Bayi kuning merupakan salah satu perubahan kondisi yang umum terjadi pada bayi, rentan usia bayi yang mengalami bayi kuning adalah 0 hingga 3 bulan. Bayi kuning terjadi dikarenakan adanya pigmen di dalam darah yang membuat bayi terlihat kuning, pigmen itu dinamakan pigmen bilirubin. Bilirubin merupakan hasil dari pemecahan hemoglobin yang berada pada sel darah merah.

Pada bayi kuning bilirubin mengalami beberapa kondisi diantaranya :

  • Pembentukan bilirubin yang dibentuk
    Pada bayi yang baru lahir jumlah sel darah merah lebih banyak sehingga memecah lebih banyak sel darah merah. Kondisi ini memicu kuning fisiologis, kondisi ini normal dialami oleh bayi yang baru lahirkan asalkan tidak terjadi inkompabilitas. Inkompabilitas ABO umumnya terjadi pada ibu yang golongan darah nya O dan bayi bergolongan darah A ataupun B. Selain itu dapat juga terjadi inkompabilitas rhesus.
  • Organ belum sempurna
    Hati atau liver bayi masih belum sempurna sehingga masih membutuhkan waktu penyesuaian bilirubin pada awal kelahirannya. Sehingga pada bayi yang prematur seringkali mengalami kadar bilirubin yang lebih tinggi dari bayi yang lahir pada usia 9 bulan.
  • Terjadinya peningkatan sirkulasi enterophepatik
    Sirkulasi enterophepatik dapat terjadi karena kurangnya ASI, hal ini mempengaruhi penyerapan bilirubin yang tinggi sehingga pergerakan usus pada bayi menurun.

Dengan mengetahui penyebab terjadinya bayi kuning, maka sudah pasti anda dapat menjawabnya bahwa menghentikan ASI bukan solusi yang tepat pada bayi kuning. Bayi kuning umum terjadi sehingga pada kondisi menyusui yang berlangsung baik maka penyakit kuning tidak mengharuskan ibu berhenti menyusui. Apabila anda menghentikan proses menyusui maka akan memperburuk kondisi dan mengganggu pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi. Pemberian ASI yang sering akan membantu dalam meredakan kondisi ikterik.

Anda dapat memberikan ASI hingga 8-12 kali dalam satu hari, bahkan frekuensi yang lebih. Dengan cara ini maka bayi akan mudah sembuh, kondisi ini berkaitan dengan kadar bilirubin yang menurun apabila pemberian asupan pada bayi meningkat. Sehingga gerakan usus besar akan membantu dalam pengeluaran bilirubin

Sedangkan apabila bilirubbin melebihi batas normal maka anda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanangan fototerapi. Umumnya pada terapi ini ASI dapat diberikan sesering mungkin untuk proses pertumbuhan. Selain itu pada bayi kuning anda dapat berkonsultasi dengan ahli laktasi untuk memastikan posisi yang benar dalam pemberian ASI pada bayi. Sedangkan apabila anda disarankan untuk mendapatkan suplemen dalam meningkatkan kalori dan asupan bayi anda dapat menggunakan sesuai dengan resep dokter.

Dengan demikian apabila anda harus menghentikan proses menyusui saat bayi anda sakit (salah satunya ketika mengalami bayi kuning) tidak benar. Beberapa kondisi mungkin meminta anda untuk menghentikan sementara (1×24 jam) itupun harus sesuai dengan anjuran ahli medis apabila ditemukan kelainan atau kondisi yang memperburuk. Umumnya kondisi kesehatan pada bayi akan ditunjang optimal dalam pemberian ASI tanpa harus berhenti memberikan ASI.

 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi