Terbit: 11 April 2019 | Diperbarui: 5 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Autisme adalah salah satu gangguan perkembangan pada anak yang bisa diatasi. Pengobatan autisme perlu dilakukan karena bisa mengurangi gejala gangguan autisme dan memperbaiki perkembangan anak autisme.

Pengobatan Autisme dengan Terapi Obat dan Tanpa Obat

Cara mengobati autisme bisa dilakukan dengan menjalani terapi obat dan tanpa obat. Apa sajakah obat autisme? Terapi non obat apa yang bisa mengobati autisme? Tetaplah membaca untuk mengetahui apa saja terapi obat penyakit autisme dan terapi non obat.

Pengobatan Autisme dengan Obat Autisme (Medis)

Pengobatan autisme dengan obat medis adalah pengobatan yang bersifat simtomatis. Pasalnya, obat autisme (medis) hanya meringankan gejala-gejala yang muncul akibat adanya gangguan autisme seperti agresif, hiperaktif, depresi, dan lainnya.

Berikut ini adalah pengobatan autisme dengan menggunakan terapi medikamentosa (obat autisme) yang bersifat simtomatis:

1. Gangguan Pemusatan Perhatian

Obat autisme yang biasa diresepkan oleh dokter adalah obat-obatan yang termasuk ke dalam kelas terapi gangguan pemusatan perhatian. Pemberian terapi obat jenis ini adalah untuk mengatasi masalah konsentrasi perhatian. Obat yang masuk ke dalam jenis ini adalah metilfenidat hidroklorida dan deksafetamin.

2. Antipsikotik Atipikal

Pengobatan autisme yang bersifat simtomatis bisa dilakukan dengan memberikan obat-obatan dari golongan Antipsikotik Atipikal, yaitu risperidone. Tujuan pemberian obat risperidon adalah untuk mengembalikan keseimbangan senyawa alami di otak.

Keseimbangan senyawa alami di otak membaik, maka anak autisme pun bisa berpikir lebih baik dan menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mengontrol tingkah lakunya. Gunakanlah obat risperidone sesuai dosis yang direkomendasikan dokter.

3. Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor (SSRI)

Obat autisme dari golongan Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor (SSRI) juga masuk di dalam pengobatan autisme yang bersifat simtomatis. Tujuan pemberian obat jenis ini adalah untuk mengatasi depresi anak autisme.

Semua obat yang tergolong SSRI adalah obat saraf antidepresan. Beberapa obat yang termasuk SSRI di antaranya adalah fluoksetin, sitalopram, fluvoksamin, dan paroksetin.

Obat antidepresan dari golongan SSRI lebih aman untuk mengatasi depresi pada anak-anak penderita gangguan autisme. Hal ini tidak demikian pada obat antidepresan dari golongan antidepresan trisiklik seperti amoksapin.

Meskipun lebih efektif untuk mengatasi depresi, obat antidepresan triksiklin sebaiknya tidak digunakan untuk mengatasi depresi pada anak-anak autisme. Pengobatan autisme dengan amoksapin baru bisa dilakukan jika dokter spesialis merekomendasikannya.

Pengobatan autisme tanpa obat medis

Pengobatan autisme tidak hanya bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obatan medis. Autisme bisa diatasi dengan melakukan beberapa upaya non obat medis. Meskipun, pengobatan ini juga ada yang bersifat simtomatis.

Berikut ini adalah beberapa pengobatan autisme tanpa obat-obatan medis:

1. Terapi Tingkah Laku

Pengobatan autisme tanpa obat yang pertama perlu dilakukan adalah terapi tingkah laku. Ini penting karena manfaat terapi perilaku pada anak autisme bisa mengurangi perilaku anak autisme yang tidak lazim.

Pada terapi tingkah laku, ada dua sub terapi yang termasuk di dalamnya, yaitu terapi okuvasi dan terapi wicara.

  • Terapi wicara

Komunikasi verbal secara lisan adalah masalah autisme yang paling sering ditemukan. Melalui terapi wicara, maka masalah komunikasi anak autisme bisa diobati secara perlahan.

Terapi wicara bisa meningkatkan kelancaran penggunaan bahasa pada anak autisme sehingga bisa ia berkomunikasi dengan lebih baik di lingkungan sosialnya.

Metode terapi wicara pada anak autisme yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan metode ABA (Applied Behaviour Analysis).

  • Terapi okuvasi

Jika pada terapi wicara menitikberatkan tujuan pada kemampuan berbicara, maka pada terapi okuvasi lebih memfokuskan pada perkembangan motorik halus pada anak autisme.

Tujuan dilakukannya pengobatan autisme dengan terapi okuvasi adalah untuk meningkatkan perkembangan kemampuan otot. Selain itu, terapi okuvasi juga bisa meningkatkan koordinasi otot-otot halus.

2. Terapi Fisik

Terapi fisik atau fisioterapi adalah terapi yang juga diperlukan dalam pengobatan autisme. Tidak seperti terapi okuvasi, terapi fisik ditujukan untuk merangsang dan mengembangkan fungsi dan kemampuan alat gerak tubuh.

3. Terapi Sosial

Perkembangan anak autisme tidak akan cukup dinilai hanya dengan kemampuan fisik, komunikasi, dan tingkah lakunya. Diperlukan adanya terapi sosial untuk mengobati gangguan autisme.

Terapi sosial pada anak autisme adalah obat autisme alami secara sosial untuk meningkatkan kemampuan interaksi. Pengobatan autisme dengan terapi sosial ini bisa dilakukan dengan konsep bermain sehingga ada keceriaan di dalam terapi ini.

4. Pendidikan Kebutuhan Khusus

Orang tua anak autisme yang telah menjalankan terapi tingkah laku, terapi wicara, terapi akuvasi, fisioterapi, dan terapi sosial secara pribadi bisa menambahkan manfaat terapi-terapi tersebut dengan memasukkan anak autis ke sekolah untuk anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan anak dengan kebutuhan khusus biasanya sudah mencakup beberapa jenis terapi yang telah dibahas sebelumnya. Ada kemungkinan beberapa sekolah kebutuhan khusus tidak fokus pada terapi fisik sehingga Anda tetap perlu melakukan fisioterapi di luar sekolah.

5. Diet untuk Anak Autisme

Anak autisme juga perlu menjalani pengobatan autisme dengan menerapkan diet. Diet untuk anak autisme ini adalah obat penyakit autisme alami yang lebih mudah dan murah dilakukan.

Beberapa jenis diet untuk anak autisme adalah :

1. Diet bebas ikan

Anak autisme perlu menerapkan diet bebas ikan terutama ikan laut. Hal ini dikarenakan ikan laut mengandung logam berat yang diduga menjadi pemicu kejadian autisme.

2. Diet bebas gluten dan kasein

Pengobatan autisme juga dilakukan dengan membatasi asupan gluten dan kasien. Anak autisme sebaiknya tidak mengonsumsi makanan berbahan tepung terigu, tepung ketan oat, barley, dan susu sapi.

3. Diet bebas gula

Penyandang autisme sebaiknya tidak mengonsumsi makanan yang mengandung gula tebu ataupun gula buatan. Asupan gula tebu bisa diganti dengan buah dan gula aren, sedangkan gula jagung bisa menjadi alternatif untuk gula buatan.

4. Diet bebas makanan terfermentasi

Hindarilah jenis makanan yang telah mengalami proses fermentasi seperti keju, kue, kecap, tauco, tape, dan lainnya. Gangguan autisme bisa dikurangi dengan menghindari makanan tersebut.

 

 

Sumber:

  1. PIONAS-BPOM. Gangguan Pemusatan Perhatian. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat/44-gangguan-pemusatan-perhatian [diakses pada 10 April 2019]
  2. PIONAS-BPOM. RISPERIDON. http://pionas.pom.go.id/monografi/risperidon [diakses pada 10 April 2019]
  3. PIONAS-BPOM. Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor (SSRI) dan Sejenisnya. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat/43-depresi/432-selective-serotonin-re-uptake-inhibitor-ssri-dan [diakses pada 10 April 2019]
  4. PIONAS-BPOM. Antidepresan Trisiklik dan Sejenisnya. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat/43-depresi/431-antidepresan-trisiklik-dan-sejenisnya [diakses pada 10 April 2019]
  5. Mohamad Sugiarmin. INDIVIDU DENGAN GANGGUAN AUTISME. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271987031-MOHAMAD_SUGIARMIN/INDIVIDU_DENGAN_GANGGUAN_AUTISME.pdf [diakses pada 10 April 2019]
  6. Jaja Suteja. BENTUK DAN METODE TERAPI TERHADAP ANAK AUTISME
    AKIBAT BENTUKAN PERILAKU SOSIAL . https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos/article/download/325/287 [diakses pada 10 April 2019]
  7. Zulfa Zahra dan Endang Warsiki G. ASPEK BIOMEDIK PADA AUTISME FOKUS PADA DIET DAN NUTRISI. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers- psikiatri865825985b2full.pdf [diakses pada 10 April 2019]

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi