Terbit: 27 February 2018 | Diperbarui: 31 January 2022
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Gangguan pendengaran pada bayi perlu dideteksi sedini mungkin mengingat pentingnya peranan fungsi pendengaran dalam proses perkembangan bicara. Keterlambatan dalam diagnosis membuat dampak serius dalam perkembangan selanjutnya.

Deteksi Dini Gangguan Pendengaran Pada Bayi

Photo Credit: Flickr.com/ Anders Jälevik

Pada beberapa kasus, gangguan pendengaran sering kali diabaikan karena orang tua tidak menyadari anaknya menderita gangguan. Orang tua baru menyadari adanya gangguan pendengaran pada anak bila tidak ada respons terhadap suara keras atau mengalami keterlambatan berbicara.

Identifikasi awal gangguan pendengaran pada anak
Orang tua yang jeli akan menangkap tanda-tanda anaknya yang kurang memberikan reaksi terhadap suara di sekitarnya dan akan segera pergi ke rumah sakit untuk evaluasi pendengaran, tanpa menunggu usia anak lebih besar.

Untuk diketahui, pada tahun-tahun pertama kehidupan (0-3 tahun), merupakan masa perkembangan bahasa dan bicara yang paling kritis. Penelitian membuktikan bahwa pada masa-masa tersebut kualitas stimulasi pendengaran berpengaruh pada perubahan-perubahan anatomis, fisiologis dan tingkah laku yang diakibatkan oleh perkembangan sistem pendengaran.

Berikut ini adalah acuan yang bisa Anda gunakan apakah seorang anak mengalami masalah gangguan pendengaran:

  1. Usia 0-4 bulan. Apakah bayi kaget kalau mendengar suara yang sangat keras? Apakah bayi yang sedang tidur terbangun kalau mendengar suara keras?
  1. Usia 4-7 bulan. Apakah anak mulai mampu menoleh kearah datangnya suara diluar pandangan mata? dan Apakah anak mulai mengoceh saat memasuki usia 5-7 bulan?
  1. Usia 7-9 bulan. Apakah anak mampu mengeluarkan suara dengan nada yang naik–turun atau monoton saja?
  1. Usia 9-13 bulan. Apakah anak menoleh bila ada suara dibelakangnya? Apakah anak mampu menirukan beberapa jenis suara? Apakah anak sudah mampu mengucapkan suara konsonan seperti ‘beh’, ‘geh’ , ‘deh’, ‘ma’
  1. Usia 13-24 bulan. Apakah anak mendengar bila namanya dipanggil dari ruangan lain? Apakah anak memberikan respons dengan bervokalisasi atau bahkan datang kepada Anda? Kata-kata apa saja yang mampu diucapkan? Apakah kualitas suara dan cara pengucapannya normal?

Apa yang harus dilakukan jika anak Anda memiliki gangguan pendengaran?

  • Konsultasi dengan dokter anak (Tumbuh kembang anak)
  • Konsultasi dengan psikiater anak
  • Konsultasi dengan psikolog anak
  • Konsultasi dengan dokter THT

Sementara itu, berdasarkan penelitian pada bayi yang tuli sejak lahir terdapat sejumlah faktor risiko yang berperan. Faktor-faktor risiko yang mungkin menyebabkan gangguan pendengaran adalah:

  1. Lahir belum cukup bulan (prematur).
  2. Pernah dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit).
  3. Pada saat hamil, ibu mengalami infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubela, Sitomegalovirus, Herpes)
  4. Kadar bilirubin darah yang tinggi (hiperbilirubinemia), sehingga membutuhkan transfusi tukar
  5. Terdapat kelainan anatomi pada wajah
  6. Pernah mendapat obat yang bersifat meracuni pendengaran (ototoksik)
  7. Di dalam keluarga terdapat penderita tuli sejak lahir
  8. Mengalami infeksi selaput otak

Kapan proses pendengaran dimulai?
Proses mendengar sebenarnya sudah terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Akan tetapi, bayi sudah dapat memberikan reaksi terhadap bunyi yang keras seperti terkejut, kedipan mata, berhenti menyusui, terbangun dari tidur ataupun menangis, namun bayi belum dapat menentukan dari mana asal bunyi tersebut.

Dalam perjalanan hidupnya, bayi akan menganalisis suara yang ada di lingkungan sekitarnya dengan melakukan tepuk tangan, suara sendok yang dipukulkan pada benda disekitarnya, dering telepon, dan suara percakapan anggota keluarga.

Saat ini, hampir semua gangguan pendengaran pada anak-anak dapat diobati, hal ini memungkinkan anak-anak Anda untuk menjalani hidup normal dan mengikuti semua jenjang pendidikan yang tersedia. Dengan identifikasi gangguan pendengaran pada anak sedini mungkin, terapi pun dapat dimulai sesegera mungkin sehingga gangguan perkembangan lebih lanjut pada anak dapat dicegah seminimal mungkin.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi