Terbit: 16 February 2018 | Diperbarui: 5 July 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Sama seperti orang dewasa, balita ternyata juga bisa merasakan stres. Namun kadang orang tua tidak menyadari bahwa anaknya sedang stres dan menganggapnya hanya rewel biasa. Lalu bagaimana cara mengenali balita yang sedang stres?

Bukan Hanya Orang Dewasa, Balita Juga Bisa Stres!

Stres adalah salah satu reaksi tubuh terhadap perubahan emosional atau situasi fisik sehingga tubuh akan merespon sebagai upaya perlindungan. Saat tubuh merespon stres, detak jantungnya akan meningkat, pernapasan lebih cepat dan otot menegang. Pada balita, ia akan mulai mengolah rasa stresnya pada usia 3 tahun.

Ada banyak penyebab stres pada balita. Balita bisa stres karena bosan, lapar, mengantuk, atau hal-hal lain yang tidak bisa ia penuhi. Terkadang balita merasa kesulitan untuk mengungkapkan tekanan ini sehingga mereka menunjukkannya dengan menangis tanpa henti, atau tantrum. Perilaku ini sebenarnya merupakan cara anak untuk memberi tahu orang tuanya bahwa mereka mengalami sesuatu yang menakutkan.

Jika dibiarkan, stres dapat berdampak negatif pada perkembangan otak anak. Stres pada balita secara terus menerus dapat memaksa otak untuk menghasilkan hormon stres kortisol dalam jumlah tinggi secara permanen dan dapat meningkatkan risiko anak depresi serta perilaku agresif ketika anak bertambah dewasa.

Beberapa perilaku anak yang perlu diwasapadai orang tua sebagai tanda perilaku stres antara lain suka menangis, mengompol, mimpi buruk, rewel, mudah tersinggung atau merasa terganggu, mudah mengamuk, dan sulit tidur. Kadang anak juga sering terlihat sedih, manja, atau menarik diri dari teman-temannya.

Jika anak Anda mengalami beberapa perilaku tersebut, bisa jadi anak Anda sedang mengalami stres. Saat anak marah meledak-ledak, jangan memarahinya. Memarahi anak tidak akan membuatnya berhenti menangis namun malah memperparah tangisannya karena takut. Beri pelukan pada anak untuk membuatnya tenang dan nyaman. Jika sudah mereda, alihkan tenaganya pada hal-hal lain seperti mewarnai, atau menari. Selain untuk melatih motoriknya, aktivitas ini juga dapat membuatnya lebih rileks.

Yang terpenting, jelaskan pada anak bahwa merasa takut, sedih atau marah adalah wajar, namun ajarkan juga bagaimana cara yang baik untuk menghadapi situasi tersebut. Buat suasana yang nyaman untuk bercerita agar anak merasa bahwa orang tuanya adalah sosok yang tepat untuk membicarakan perasaannya. Berikan jawaban yang jujur dan sederhana sehingga mudah dimengerti.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi