Terbit: 20 May 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Penggunaan gurita pada bayi baru lahir dipercaya dapat membuat perut bayi tidak buncit, mencegah masuk angin dan mencegah pusar anak menjadi bodong. Namun saat ini penggunaan gurita sudah mulai ditinggalkan karena justru dapat membahayakan kesehatan anak. Mengapa demikian?

Bayi Baru Lahir Ternyata Tidak Perlu Gurita

Benarkah gurita bisa mengecilkan perut bayi dan pusar bodong?

Orang tua zaman dahulu percaya memakaikan gurita dapat membantu mengecilkan perut bayi yang tampak buncit. Nah ternyata, kondisi perut buncit pada bayi adalah hal yang normal dan tidak perlu penanganan khusus.

Besar kecilnya perut bayi ditentukan oleh ketebalan kulit, lemak di bawah kulit dan otot perut. Lemak dan otot bayi masih tipis karena belum tumbuh sempurna sehingga belum mampu menahan gerak usus keluar. Hal inilah yang menyebabkan perut bayi terlihat buncit.

Seiring berjalannya waktu, perut bayi akan mengecil sengan sendirinya. Lapisan kulit, lemak, ototnya sudah menebal dan perutnya sudah bsia menahan daya dorong usus sehingga perut bayi tidak akan terlihat besar.
Selain itu perut bayi akan terlihat besar jika ia menelan terlalu banyak udara, namun kondisi bisa diatasi tanpa menggunakan gurita.

Sedangkan untuk pusar bodong, sebenarnya hal ini tidak mengakibatkan gangguan kesehatan serius pada bayi. Pusar bodong disebabkan oleh otot cincin perut yang tidak menutup sempurna atau karena puntung tali pusar bayi memang panjang. Umumnya pusar bodong akan berkurang ketika anak berusia 3-5 tahun. Jadi penggunaan gurita tidak berpengaruh signifikan pada pusar bodong bayi.

Risiko penggunaan gurita pada bayi

Umumnya orang tua mengenakan gurita dengan kencang untuk membuat perut bayi tidak buncit dan menghindari perut bodong. Namun pemakaian gurita bayi yang terlalu kencang bisa membuat bayi gerah dan berkeringat sehingga memicu biang keringat.

Selain itu pemakaian gurita yang terlalu ketat juga dapat menyebabkan bayi sesak napas. Kondisi ini memengaruhi pola pernapasan bayi, sehingga bayi dapat kekurangan oksigen dan napasnya menjadi cepat dan pendek-pendek. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan bayi kehilangan kekuatan otot, detak jantung melemah dan kehilangan kesadaran.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi