Terbit: 1 April 2014 | Diperbarui: 25 July 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Dokter Sehat – Banyak orangtua, bahkan sebagian dokter masih meyakini bawah banyak minum air putih pada bayi sama seperti orang dewasa akan sehat dan baik. Sebagian dari mereka masih meyakini mitos tidak benar bahwa kalau bayi tidak minum air putih akan membuat ginjalnya rusak, bibir kering, lidah putih atau sulit Buang Air Besar (BAB).

Ternyata pemberian air putih bisa berdampak tidak baik pada bayi mulai hal yang ringan sampai yang berat, Pada kasus yang ringan, pemberian air putih seringkali membuat bayi minum susu ASI atau formula menjadi berkurang dan berdampak gangguan kenaikkan berat badan. Karena, air putih rasanya lebih segar dan enak bagi bayi sehingga bayi memilih air putih dan bila banyak akan mengurangi jumlah susu. Kebanyakan air pada bayi juga dapat mengakibatkan intoksikasi air atau keracunan air yang dapat berakibat kejang atau koma. Tidak pernah disadari sebenarnya kandungan air dalam ASI dan susu formula sudah lebih dari cukup atau bila takaran pembuatan susu formula sesuai anjuran.

Setelah bayi menginjak usia 6 bulan, dia harus minum 2 sampai 4 oz (60-120 cc) air dua kali sehari sampai ia mencapai usia 1 tahun. Pada usia 12 bulan, anak harus minum minimal 4 oz per hari, berdasarkan kehausan anak. Setelah sistem kekebalan tubuh telah matang sedikit, dan makanan padat sudah mulai, ASI atau susu formula masih harus menjadi minuman utama.

Secara umum, bukan ide yang baik untuk memberikan air kepada bayi anda sampai berusia 6 bulan. Sampai usia 6 bulan bayi masih akan mendapatkan semua hidrasi yang ia butuhkan dari ASI atau susu formula, meski dalam cuaca panas sekalipun. Memberikan bayi yang lebih muda dari 6 bulan terlalu banyak air dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi dalam ASI atau susu formula.

Pemberian air putih setelah usia 6 bulan pun ternyata dapat berpengaruh berkurangnya jumlah minum ASI dan susu formula, hal ini juga dapat menyebabkan perutnya merasa penuh, yang mengekang keinginannya untuk makan atau minum susu formula atau ASI. Selain itu pemberian air putih harus diwaspadai tentang kebersihan dan higienitasnya. Paparan bakteri dan bahan mineral seperti fluroide harus selalu diwaspadai pada pemberian air putih pada bayi.

Menurut American Dietetic Association (ADA) dan American Academy of Pediatrics (AAP), ASI dan susu formula bayi biasanya tak perlu air tambahan. Telah diperkirakan bahwa bayi membutuhkan 1,5 mL air atau kkal energi yang dikeluarkan untuk konsumsi yang cukup; ini rasio air-to-energi sesuai dengan yang ditemukan dalam ASI dan susu formula umum. AAP menyarankan air yang dapat ditawarkan untuk botol-makan bayi yang lebih tua dari 6 bulan, tetapi mereka mungkin lebih memilih untuk mendapatkan cairan ekstra dari menyusui lebih sering.

Bayi yang disusui biasanya tidak perlu air tambahan jika mereka makan sesuai permintaan, dalam cuaca sangat panas, bayi mungkin perlu air tambahan. Memperkenalkan bayi yang lebih tua untuk sedikit air dapat membantu mereka belajar untuk minum air untuk memuaskan kehausan, perhatian harus digunakan sehingga air tidak menggantikan energi yang dibutuhkan dan nutrisi dalam makanan. Beberapa pendapat tetap mengatakan bahwa susu formula bayi perlu minum air ketika lebih tua dan saat suhu tinggi.

Sebenarnya, kandungan air dalam susu formula dan ASI mengandung cukup air untuk, bahkan di tempat yang panas, iklim kering. Komposisi air dan dalam ASI sebenarnya sudah lebih dari cukup, saat mencampur susu formula, kandungan air akan mencukupi kebutuhan bayi bila digunakan sesuai takaran yang dianjurkan. Demikian juga dalam ASI sudah terdapat sekitar 88% air, sehingga kalapun orangtua tetap memberi air putih sebiknya hanya seteguk atau dalam beberapa sendok saja.

Rekomendasi ini tidak dimaksudkan untuk dijadikan sebagai petunjuk mutlak bahwa Anda harus menawarkan air pada bayi anda, jika Anda memutuskan untuk memberikan air pada bayi anda, silakan membatasi berapa banyak yang Anda tawarkan. Pemberian air berlebihan nantinya secara tidak disadari akan menggantikan asupan ASI atau susu formula, bayi yang minum terlalu banyak air dapat turun dengan intoksikasi air. Untuk anak-anak bawah usia 1 tahun dan terutama selama sembilan bulan pertama kehidupan – minum terlalu banyak air bisa menjadi praktik berbahaya.

ASI menyediakan semua cairan bayi sehat yang dibutuhkan, jika ibu merasa bayinya perlu mengambil air tambahan, harus dibatasi dengan dua sampai tiga ons pada satu waktu, dan harus ditawarkan hanya setelah bayi telah puas kelaparan dengan pemberian ASI atau susu formula. Bagi orang tua yang melahirkan bayi mereka di bawah usia 12 bulan mengambil pelajaran berenang, harap berhati-hati dari jumlah air yang bayi mungkin secara tidak sengaja menelan. Keracunan air juga dapat terjadi karena bayi menelan terlalu banyak air saat berenang.

Berikut ini 3 alasan mengapa air putih dilarang untuk bayi :

1.Ginjal bisa rusak
Pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, semua organnya belum berfungsi seperti anak yang lebih besar atau orang dewasa. Organ yang langsung berhubungan dengan metabolism cairan adalah ginjal, sehingga jika bayi diberi banya air putih, maka ginjal yang belum siap menyaring cairan selain ASI bisa rusak. Ginjal bayi belum mampu mengeluarkan air dengan cepat, sehingga dapat
menyebabkan timbunan air dalam tubuh yang dapat membahayakan bayi.

2.Keracunan air
Kelebihan air diatas akan menyebabkan kandungan elektrolit dalam darah menjadi tidak seimbang, misalnya sodium (natrium). Kelebihan cairan tersebut akan melarutkan sodium dalam darah dan akan dikeluarkan tubuh, sehingga kadar sodium menjadi rendah yang dapat mempengaruhi aktivitas otak. Awalnya ditandai dengan merengek-rengek, mengantuk dan gejala penurunan kesadaran lainnya yang kadang luput dari kewaspadaan orang tua. Gejala lainnya adalah penurunan suhu tubuh, bengkak di sekitar wajah dan jika dibiarkan dapat menjadi kejang. Jika si kecil sampai mengalami kejang, kemungkinan terjadi gangguan perkembangan di masa depannya. Namun hal ini juga bergantung pada frekuensi dan durasi kejang tersebut terjadi.

3.Kebutuhan gizi tidak terpenuhi
Selain keracunan air, memberikan air putih setiap kali bayi menangis adalah salah. Bayi yang menangis tidak selalu berarti lapar. Bisa saja ia BAK (Buang Air Kecil), BAB (Buang Air Besar), kurang nyaman, sakit atau lainnya.

Bayi yang diberikan air setiap ia menangis akan menjadi kenyang sehingga keinginan bayi untuk menyusu akan menurun, akibatnya asupan gizi dalam tubuhnya menurun pula. Padahal tiga tahun pertama adalah golden period (masa keemasan) untuk pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan dan sangat bergantung pada asupan gizinya pada saat itu, oleh karena itu, bunda harus mengkonsumsi makanan yang bergizi agar kualitas ASI terjaga.

Saat terbaik untuk memperkenalkan air putih adalah saat bayi memasuki usia diatas 6 bulan, yaitu dimana MPASI (Makanan Pendamping ASI) mulai diperkenalkan. Selain itu, pada usia lebih dari 6 bulan, organ bayi lebih siap untuk mencerna makanan dan minuman selain ASI.

Selain itu, ada beberapa penelitian menyebutkan bahwa pada kasus tertentu seperti cuaca panas atau konstipasi, pemberian air pada bayi diperbolehkan. Namun, pemberian air tersebut cukup berkisar pada satu sendok makan tiap pemberiannya. Sebaiknya gunakan sendok, bukan dot atau botol guna menghindari kehilangan kontrol berapa banyak air putih yang sudah diminum bayi. Jangan sampai kebanyakan.


DokterSehat | © 2025 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi