Terbit: 9 June 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Ibu hamil yang berpuasa memang harus mendapatkan perhatian yang super ekstra ya. Pada hari biasa, ibu hamill sudah memiliki banyak tambahan “pekerjaan rumah” dimana ibu hamil harus selalu mencukupi asupan gizinya yang meningkat.

Awas! Ini 4 Kebiasaan Salah Ibu Hamil saat Berpuasa!

Nah, jika ibu hamil berpuasa maka pekerjaan-pekerjaan rumah tersebut tentu haruslah tetap dipenuhi, meskipun waktu makan terbatas, bukan?

Ya, hal inilah yang membuat tantangan tersendiri untuk ibu hamil yang berpuasa. Sayangnya hal ini kerap tidak disadarai dan akhirnya tercipta kebiasaan-kebiasaan yang kurang tepat untuk ibu hamil selama berpuasa

Kebiasan yang kurang tepat ini akhirnya menyebabkan ibu hamil berisiko tidak terpenuhi kebutuhan gizinya.

Anda tentu tidak mau kesehatan ibu hamil dan janin jadi terganggu hanya karena adanya kebiasaan-kebiasaan yang salah selama puasa, bukan?

Untuk itu, yuk kita simak, apa saja sih kebiasaan salah ibu hamil yang bisa menyebabkan risiko asupan gizi selama puasa tidak terpenuhi di bawah ini!

1. Memilih makanan yang hanya tinggi kalori dan miskin gizi

Waktu makan yang terbatas selama hamil, namun nafsu makan yang tinggi, utamanya saat baru berbuka membuat ibu hamil berisiko hanya memilih makanan sesuai keinginannya saja.

doktersehat-pola-makan-salah-puasa

Seperti yang kita tahu, makanan yang paling sering menyebabkan craving, atau sangat ingin mengonsumsinya, adalah makanan yang umumya memiliki rasa sangat asin atau manis, misalnya keripik kemasan berbumbu buatan atau roti cake dari cokelat manis.

Konsumsi makanan ini selama puasa cenderung membuat tubuh terus merasa craving, sehingga risiko ibu hamil merasa kenyang hanya dari makanan tersebut sangat besar.

Jika hal ini terjadi, maka asupan makan ibu hamil menjadi asupan makan yang rendah gizi.

Padahal dengan waktu makan yang terbatas selama puasa, ibu hamil haruslah memilih makanan yang padat gizi, utamanya zat gizi vital yang dibutuhkan selama kehamilan.

2. Tidak konsumsi suplemen

Pada saat hamil namun tidak berpuasa, ibu hamil kerap dianjurkan mengonsumsi tablet zat besi, vitamin tulang atau vitamin lainnya bergantung pada kebutuhan dan kebiasaan makan ibu.

doktersehat-mual-tablet-besi

Photo Credit: Flickr.com/Ernest Duffo

Namun lazimnya, tablet zat besi menjadi salah satu suplemen yang dianjurkan dikonsumsi ibu hamil karena rentan tidak terpenuhi dari makanan.

Hal ini tentu menjadi perhatian penting utamanya saat berpuasa, dimana ibu hamil semakin besar risiko tidak terpenuhinya asupan zat besinya. Waktu makan yang terbatas bisa jadi risiko paling besar ibu tidak mengonsumsi zat besi saat hamil dan beruasa.

3. Menyamakan kebiasaan makan dengan makan saat bulan puasa biasanya

Jika pada puasa biasanya ibu hamil hanya mengonsumsi dua kali makan utama atau lebih rendah dari makan pada hari biasa. Maka hal ini sebaiknya tidak diterapkan saat berpuasa ketika hamil, ya.

Kebutuhan energi ibu hamil meningkat hingga 300 kkal yang berrati ibu hamil harus memenuhi asupan gizinya, baik karbohidrat, protein, lemak dan cairan lebih banyak dari makan biasa.

Pemilihan-makanan-sehat-bumil-1

Pemilihan makanan sehat ibu hamil selama kehamilan

Waktu makan yang terbatas membuat ibu hamil dianjurkan mengonsumsi makanan dalam porsi kecil, padat gizi dalam waktu yang lebih sering. Hal ini bisa menyiasati ibu memenuhi kebutuhan energi yang meningkat selama puasa.

4. Tidak ngemil

Ibu hamil tidak terbiasa ngemil selama puasa hingga sahur? Wah, sayang sekali padahal ngemil bisa jadi salah satu kebiasaan makan yang baik, asalkan camilan yang dipilih adalah camilan yang padat gizi.

sarapan-sandwich-doktersehat

Photo Credit: flickr/ atlnav

Ibu hamil yang ngemil sehat, cenderung akan mendapatkan asupan gizi tambahan dari camilan yang sangat mendukung terpenuhinya asupan gizi yang meningkat dalam waktu makan yang terbatas. Contoh camilan sehat untuk ibu hamil adalah bubur kacang hijau atau roti lapis dengan telur dan sayuran.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi