Terbit: 17 March 2019 | Diperbarui: 6 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Diet adalah mengatur makanan yang masuk ke dalam tubuh agar sesuai dengan kebutuhan. Kalau tubuh membutuhkan banyak protein, kita bisa mengurangi asupan karbohidrat setiap harinya. Sebaliknya kalau kita harus menghindari makanan hewani, kita hanya diperkenankan mengonsumsi buah, sayur, dan biji-bijian.

6 Mitos Diet Vegetarian yang Sering Salah Kaprah

Seseorang yang menjalani diet nom hewani sering menyebut dirinya vegetarian. Diet yang dijalankan oleh vegetarian diklaim bisa memberikan cukup banyak manfaat untuk tubuh. Namun, banyak juga yang menganggap diet ini justru tidak baik untuk kesehatan karena bisa membuat tubuh mengalami kekurangan nutrisi. Benarkah demikian?

Mitos tentang diet vegetarian yang salah kaprah

Seseorang yang menjalani diet vegetarian ini dianggap sering mengalami kekurangan gizi? Selanjutnya mereka juga dianggap membahayakan tubuhnya. Benarkah demikian, simak beberapa mitos tentang diet vegetarian di bawah ini.

  1. Kebutuhan protein tidak terpenuhi

Seseorang yang sedang menjalani diet vegetarian dianggap tidak mampu mencukupi kebutuhan proteinnya. Beberapa orang yang mengatakan ini mungkin lupa kalau kita mengenal dua sumber protein yaitu nabati dan hewani. Protein nabati cukup banyak pilihannya dan bisa dikonsumsi dengan rasa yang nikmat. Kita ambil contoh saja tempe dan tahu yang merupakan makanan khas masyarakat Indonesia.

Dua makanan yang terbuat dari kedelai itu mengandung protein yang cukup banyak. Selanjutnya kalau bosan dalam bentuk padat bisa dalam bentuk susu kedelai. Saat ini susu jenis ini banyak ditemukan di pasaran dan kandungan protein per sajiannya cukup besar.

Seseorang yang menjalani diet vegetarian mungkin akan lebih riskan mengalami kekurangan protein. Namun, kalau seseorang bisa mengatur pola makannya dengan baik dan mencari alternatif protein yang sesuai dengan protokol diet, kemungkinan mengalami kekurangan akan rendah.

  1. Diet sayuran terlalu mahal

Beberapa orang menganggap diet dengan cara ini akan mahal. Harga buah dan sayuran cukup mahal khususnya di supermarket. Sebenarnya mahal atau tidaknya suatu diet bergantung dengan kemampuan kita dalam mencari bahan makanan yang sesuai dan harganya lebih murah. Misal bahan makanan yang dijual di pasar tradisional harganya lebih murah dan kita masih bisa memilih yang berkualitas.

Untuk masalah buah kita bisa menyiasatinya dengan mengonsumsi buah yang sedang musim. Misal sekarang sedang musim buah naga. Tentu harga buah ini akan menjadi lebih murah. Selalu pertimbangkan masalah musim panen dari buah dan sayur. Dengan begitu Anda tetap bisa berhemat dan tidak mengalami keborosan.

  1. Pilihan makannya sedikit

Melakukan diet dengan cara vegetarian ini dianggap hanya memiliki pilihan makanan yang sedikit. Padahal pilihan makanan untuk seseorang yang menjalani diabetes sangat banyak dan beragam. Karbohidrat bisa didapatkan dari mana saja termasuk buah, jagung, ubi, hingga biji-bijian seperti kedelai. Selanjutnya untuk protein bisa menggunakan kacang tanah hingga kedelai.

Yang sulit dari menjalani gaya hidup vegetarian sebenarnya bukan susahnya mencari jenis makanan yang sesuai. Tapi sulitnya mengolah makanan yang sesuai di lidah. Dari berbagai jenis pilihan makanan yang ada kita tidak bisa mengolahnya dengan benar dan susah untuk melakukan variasi. Kalau Anda pandai memasak dan bisa melakukan aneka variasi, gaya hidup ini akan berjalan menyenangkan.

  1. Kehilangan otot selama diet

Seseorang yang menjalani diet secara vegetarian ini dianggap akan rawan sekali mengalami penurunan jumlah sel otot di dalam tubuhnya. Padahal, protein hewani memiliki cukup banyak jenisnya dan bisa didapatkan dari sayuran hijau, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Selama tiga hal ini masih dikonsumsi dalam jumlah banyak, tubuh akan tetap mendapatkan suplai protein dalam jumlah banyak dan peluang terjadi pengerutan otot akan kecil.

Selama menjalani diet dengan metode vegetarian ini tubuh tidak akan membedakan mana saja protein yang berasal dari hewani dan tumbuhan. Asal protein diterima, tubuh akan menggunakannya sebagai energi dan juga sintesis otot agar jumlahnya menjadi sangat banyak. Kalau Anda tidak ingin mengalami penurunan jumlah otot pastikan berapa kebutuhan protein harian lalu penuhi semua kebutuhan itu.

  1. Sering lapar selama diet

Lapar atau tidak sebenarnya tidak berhubungan dengan jenis diet. Seseorang bisa sangat kenyang dengan diet vegetarian karena kebutuhan nutrisinya terpenuhi. Sebaliknya seseorang bisa jadi sangat lapar padahal sudah melakukan diet tinggi protein hewani.

Lapar yang muncul pada tubuh bisa terjadi karena beberapa hal. Lapar bisa terjadi karena apa yang masuk ke tubuh terlalu kecil, kekurangan karbohidrat kompleks yang berserat, dan kekurangan air. Terkadang seseorang menjadi lapar karena dehidrasi. Jadi pastikan kebutuhan air ini tetap terpenuhi dengan baik.

  1. Tidak menyuplai vitamin dan mineral

Beberapa orang menganggap kalau diet dengan hanya mengonsumsi makanan dari tumbuhan akan membuat Anda kekurangan vitamin dan mineral. Padahal tidak demikian. Vitamin dan mineral tetap bisa terpenuhi. Namun, kalau Anda takut tidak bisa memenuhinya, gunakan suplemen makanan.

Bagaimana cara sehat meski hanya mengonsumsi makanan jenis nabati?

Kalau Anda ingin memenuhi kebutuhan nutrisi setiap harinya, ada baiknya melakukan beberapa hal di bawah ini.

  • Variasikan jenis makanan yang dikonsumsi. Kalau setiap hari hanya mengonsumsi makanan yang sama, kemungkinan bosan akan tinggi.
  • Selalu gunakan aplikasi yang digunakan untuk mencatat kebutuhan nutrisi seperti lemak, protein, dan karbohidrat agar terlacak dengan sempurna.
  • Perbanyak konsumsi air setiap harinya. Konsumsi air akan membuat tubuh tidak mengalami dehidrasi dan sering lapar.

Inilah beberapa ulasan tentang mitos seputar diet nom hewani atau vegetarian. Nah, menurut Anda sendiri bagaimana? Apakah diet jenis ini memberikan manfaat yang besar atau justru manfaat yang diberikan tidak terlalu banyak untuk tubuh?


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi