DokterSehat.Com – Berbagai metode diet terus diciptakan oleh beberapa praktisi. Setelah beberapa bulan lalu diet Keto sangat menjamur, saat ini ada diet jenis baru bernama diet Microbiome. Diet ini sedikit berbeda dengan diet rendah karbohidrat yang diklaim mampu menurunkan banyak lemak di tubuh dengan cepat. Diet ini lebih menekankan pada kesehatan dari perut.
Pernah mendengar istilah kalau perut merupakan otak kedua dari tubuh? Kalau organ ini mengalami masalah, kemungkinan menyebabkan gangguan tubuh akan besar. Tidak hanya dalam masalah berat badan saja, penyakit kronis juga bisa muncul. Oleh karena itu, diet dengan fokus kesehatan dibuat agar organ ini menjadi sehat dan berdampak ke hal lainnya.
Apa itu diet microbiome?
Ide diet microbiome dicetuskan oleh dr. Raphael Kellman yang merupakan ahli di bidang kesehatan perut. Dia menganggap kalau penurunan berat badan bisa dilakukan kalau kesehatan dari perut dikembalikan. Dengan mereset ulang kemampuan pencernaan, berat badan yang susah turun bisa dengan mudah dibabat.
Ide dari diet microbiome ini adalah untuk menjaga microbiome yang terdiri dari banyak bakteri baik dan tidak baik di saluran pencernaan. Dua bakteri ini kalau jumlahnya seimbang bisa mengembalikan kondisi alami dari perut dan mencegah terjadinya gangguan pencernaan, inflamasi, hingga memperbaiki mood.
Memiliki perut dan saluran pencernaan yang sehat juga dikatakan bisa meningkatkan metabolisme. Anda juga tidak akan memiliki nafsu makan yang terlalu menggebu-gebu. Dengan kontrol nafsu makan yang baik, kemungkinan terjadi kenaikan berat badan akan rendah.
Langkah atau cara diet microbiome
Diet microbiome terdiri dari 3 fase yang masing-masing memiliki langkah yang cukup terstruktur. Berikut langkah-langkah diet microbiome yang harus Anda lakukan.
-
Fase 4 R
Fase pertama dilakukan selama 21 hari. Cara pertama dilakukan dengan Remove atau membuang racun atau partikel berbahaya dari dalam tubuh khususnya yang ada di saluran pencernaan. Radikal bebas ini menyebabkan ketidakseimbangan bakteri di dalam tubuh. Selanjutnya Repair atau memperbaiki, cara ini dilakukan untuk memperbaiki lapisan usus dan lambung dengan makanan dari tumbuh-tumbuhan.
Replace dilakukan dengan mengonsumsi beberapa herbal untuk mengganti kondisi perut yang asam dan juga beberapa enzim yang mengganggu pencernaan. Terakhir ada Reinoculate atau mengembalikan bakteri baik dengan mengonsumsi makanan dengan kandungan probiotik dan prebiotik bermanfaat.
Pada fase ini Anda akan lebih banyak mengonsumsi makanan yang terbuat dari tumbuhan baik untuk protein atau lemaknya. Selanjutnya makanan dengan kandungan prebiotik seperti bawang merah, bawang putih, hingga asparagus sangat dibutuhkan. Terakhir untuk probiotik bisa dalam bentuk makanan berfermentasi.
-
Fase meningkatkan metabolisme tubuh
Pada fase ini perut sudah mulai sehat dan kuat karena mikroba yang ada di dalamnya sudah bisa berjalan dengan baik. Selama 28 hari atau 4 minggu, Anda tetap disarankan mengonsumsi makanan yang sama seperti di fase pertama. Namun, ada sedikit kebebasan meski tidak sepenuhnya karena bisa mengancam bakteri baik yang ada di dalam tubuh.
Anda boleh mengonsumsi telur atau beberapa jenis susu, dan polong-polongan. Konsumsi ini dilakukan secara terbatas dan difungsikan untuk meningkatkan metabolisme agar tubuh mendapatkan energi dalam jumlah banyak.
-
Fase perawatan
Pada fase perawatan ini Anda boleh mengonsumsi apa saja asalkan tidak berlebihan dan tetap menghindari apa yang dilarang. Dengan tetap berpegang pada aturan awal, kondisi kesehatan dari usus akan terjaga dan perlahan-lahan berat badan yang Anda inginkan bisa dicapai.
Makanan yang harus dimakan saat diet microbiome
Makanan yang harus dimakan pada saat menjalani diet microbiome terdiri dari:
- Ikan laut tangkapan liar dan daging sapi yang makan dari rumput tidak dengan pakan kimia.
- Sayuran hasil fermentasi seperti kimchi.
- Sayuran yang tidak mengandung tepung seperti asparagus, wortel, bawang merah, bawah putih, dan lobak.
- Buang yang tidak mengandung banyak tepung atau karbohidrat seperti tomat, avokad, kiwi, jeruk, dan apel.
- Kacang-kacangan dan biji-bijian.
- Minyak zaitun dan biji bunga matahari.
- Beberapa herbal seperti jahe, kunyit, dan cabai.
Makanan yang harus dihindari saat diet microbiome
Sementara itu, makanan yang tidak boleh disantap oleh diet ini terdiri dari:
- Makanan yang sudah diproses atau dalam kemasan.
- Gula atau penggantinya yang sangat manis.
- Lemak trans.
- Buah dan sayuran yang mengandung banyak karbohidrat seperti pisang, jagung, dan kentang.
- Daging merah dengan kandungan lemak yang tinggi.
- Buah yang dikeringkan.
- Semua jenis biji-bijian yang banyak mengandung karbohidrat.
Efektivitas diet microbiome
Karena masih terbilang baru, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas diet ini masih belum banyak. Meski demikian, beberapa kelebihan sudah ditunjukkan mulai dari memperbaiki kesehatan dari sistem pencernaan, mencegah inflamasi, dan membuat kita terbiasa untuk mengonsumsi makanan yang sehat.
Dengan melakukan diet ini secara rutin dan sering mengonsumsi makanan dengan kandungan probiotik tinggi, kesehatan perut akan terus terjaga. Gangguan seperti sindrom iritasi usus besar atau IBS hingga kemungkinan terjadi kanker di perut sangat kecil. Jadi, diet ini tidak hanya berfokus pada masalah penurunan berat badan saja, tapi juga kesehatan tubuh jangka panjang.
Kekurangan diet microbiome
Diet ini memiliki juga memiliki beberapa kekurangan yang sudah sepantasnya kita harus mengetahuinya juga.
- Membatasi Anda mendapatkan makanan yang mengandung nutrisi spesifik.
- Makanan dengan jenis organik kadang memiliki harga lebih mahal.
- Membutuhkan banyak suplemen agar tubuh terpenuhi semua nutrisinya.
Diet microbiome termasuk yang diramalkan akan menjadi salah satu tren untuk penurunan berat badan. Nah, menurut Anda bagaimana efektivitas dari diet yang menekankan pada kesehatan perut ini? Apakah bisa diikuti untuk mendapatkan body goal untuk mereka yang masih memiliki obesitas.