DokterSehat.Com – Singkong adalah salah satu sumber makanan yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Tubuh memerlukan karbohidrat seperti yang ada pada singkong sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Bagaimana diet singkong yang tepat?
Singkong memiliki komposisi rendah kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C, amilum serta memiliki kadar gula yang rendah. Oleh karena itu, singkong sangat dianjurkan bagi penderita diabetes sebagai pengganti nasi.
Diet Singkong yang Tepat
Karena singkong termasuk ke dalam makanan yang mengandung karbohidrat tinggi, maka singkong akan mudah mengenyangkan. Singkong tidak mengandung kandungan lemak, sehingga kalau diolah dengan cara yang benar maka Anda akan mendapatkan manfaatnya tanpa ada efek samping atau hal buruk yang didapatkan.
Manfaat singkong rebus untuk diet dilaporkan mengandung beberapa senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif sendiri merupakan senyawa kimia yang dipercaya dapat meningkatkan kesehatan tubuh manusia, termasuk dalam pencegahan kanker dan penyakit jantung.
Cara mengolah singkong untuk diet singkong adalah dengan merebus atau mengukusnya. Singkong yang diolah dengan cara digoreng memang akan tetap bisa memberikan manfaat nutrisi berupa karbohidrat yang tinggi, akan tetapi kandungan minyak dan lemak pada minyak goreng akan ikut terbawa ke dalam tubuh. Oleh sebab itu, teknik pengolahan paling tepat adalah dengan dikukus atau direbus. Kalori singkong rebus sendiri sebanyak 146 per 100 gram.
Fakta tentang Singkong
Selain manfaat singkong bagi kesehatan, Anda juga perlu memerhatikan beberapa fakta lain dari makanan yang termasuk dalam umbi-umbian ini, antara lain:
1. Melepaskan sianida dalam tubuh
Singkong mentah mengandung zat kimia yang disebut glikosida sianogen. Bahan kimia ini dapat melepaskan sianida di dalam tubuh. Oleh karena itu, singkong harus disiapkan dengan benar sebelum dimakan untuk mencegah keracunan sianida.
2. Tidak baik untuk ibu hamil
Mengonsumsinya secara teratur, singkong untuk diet di masa kehamilan dan menyusui juga kurang aman. Hal tersebut dapat menyebabkan cacat lahir dan memengaruhi fungsi tiroid pada bayi Anda.
3. Singkong tidak baik disimpan telalu lama
Singkong diketahui sebagai makanan yang miskin protein, kualitas singkong juga lebih mudah rusak pasca-panen. Hal tersebut menyebabkan singkong tidak baik disimpan terlalu lama.
4. Menurunkan kadar hormon tiroid
Mengonsumsi singkong juga dapat menurunkan kadar hormon tiroid. Pada orang dengan penyakit tiroid, terutama mereka yang membutuhkan untuk menggunakan terapi penggantian hormon tiroid, disarankan untuk tidak mengonsumsi singkong.
5. Menurunkan yodium yang diserap tubuh
Singkong diketahui dapat menurunkan jumlah yodium yang diserap oleh tubuh. Pada orang yang memiliki tingkat yodium rendah, mengonsumsi singkong dapat membuat kondisi menjadi lebih buruk.
Meski begitu, singkong merupakan bahan pangan yang cukup baik sebagai sumber dari karbohidrat (zat tepung atau energi). Dalam 100 gram singkong, rata-rata komposisi nutrisinya adalah: mengandung 63,50 gram air, fospor sebanyak 40 gram, karbohidrat 35 gram, kalsium 33 mg, vitamin C 30 mg, protein 1. 20 mg, zat besi 0. 70 mg, lemak 0. 30 mg, vitamin B1 0,01 mg, dan kalori singkong rebus (121 kal) lebih rendah dari nasi.
Manfaat singkong rebus untuk diet lainnya yakni cocok sebagai menu bagi penderita diabetes. Singkong, ubi jalar, dan kentang mengandung vitamin C dan beta-karoten. Vitamin C berguna melindungi sistem imunitas tubuh, mencegah penyakit kardiovaskular, hingga masalah kerutan di kulit.
Sementara itu, beta-karoten merupakan antioksidan yang memiliki banyak fungsi seperti mengurangi risiko terbakar sinar matahari, gejala asma, mencegah kanker jenis tertentu, penyakit jantung, katarak, serta degenerasi makula terkait usia (AMD).
Cara Mengonsumsi Singkong yang Lebih Aman
Singkong umumnya aman bila disiapkan dengan benar dan kadang-kadang dimakan dalam jumlah sedang. Ukuran porsi yang masuk akal adalah sekitar 1/3 – 1/2 cup.
Berikut ini beberapa cara agar singkong lebih aman untuk dikonsumsi:
1. Mengupas singkong
kupas dan buanglah kulit singkong, karena kulit singkong mengandung sebagian besar senyawa penghasil sianida.
2. Merendam singkong
Rendam singkong dalam air selama 48-60 jam sebelum dimasak dan dikonsumsi. Cara ini dapat mengurangi jumlah bahan kimia berbahaya yang dikandungnya.
3. Memasak singkong
Karena bahan kimia berbahaya ditemukan dalam singkong mentah, penting untuk memasaknya dengan saksama – dengan merebus, memanggang atau membuat jenis makanan lainnya.
3. Makan singkong dengan protein
Makan singkong dengan makanan berprotein protein sangat bermanfaat, karena protein membantu membersihkan tubuh dari racun sianida.
4. Pertahankan diet seimbang
Anda dapat mencegah efek buruk dari singkong dengan memasukkan berbagai makanan dalam diet singkong Anda dan tidak mengandalkannya sebagai satu-satunya sumber nutrisi.
Penting untuk dicatat bahwa produk yang terbuat dari singkong, seperti tepung singkong dan tapioka, mengandung sangat sedikit atau tanpa senyawa penginduksi sianida dan aman untuk dikonsumsi manusia.
Cara Menggunakan Singkong
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menambahkan singkong ke dalam makanan Anda. Anda bisa menyiapkan beberapa makanan ringan dan hidangan singkong. Biasanya singkong diiris dan direbus atau dibakar.
Selain itu, singkong dapat dihaluskan atau dicampur dengan tumisan, omelet, dan sup. Kadang juga ditumbuk menjadi tepung dan digunakan dalam roti dan camilan lainnya.
Anda juga bisa menikmati singkong untuk diet dalam bentuk tapioka, yang merupakan pati dari singkong. Tapioka umumnya digunakan sebagai pengental untuk puding, tumisan, dan sup.
Produk Olahan Singkong
Tak hanya disajikan sebagai camilan, singkong juga dapat diaplikasikan menjadi tepung tapioka yang kemudian digunakan untuk keperluan produksi makanan ringan, kue, pudding, ataupun pengental. Sama halnya seperti singkong, tapioka juga tidak mengandung nutrisi yang lengkap, meski begitu singkong maupun tapioka tetap memiliki manfaat kesehatan bagi tubuh.
Selain bebas gluten, produk olahan singkong yang berupa tapioka disebut-sebut bebas kolesterol, mengandung serat, mudah dicerna, sebagai sumber kalsium, rendah garam, serta mengandung asam folat, mangan, zat besi, dan mengenyangkan.