Terbit: 8 December 2018
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Ingin menurunkan berat badan tapi justru mengonsumsi banyak lemak? Konsep diet tinggi lemak memang terkadang masih membuat masyarakat bingung. Di satu sisi, banyak orang yang ragu untuk menjalaninya karena meragukan efektivitasnya. Di sisi lain, justru ada yang menjalaninya, namun tidak terlalu paham dengan risikonya. Ketahui lebih jauh tentang diet tinggi lemak berikut ini, yuk!

5 Jenis Diet Tinggi Lemak Paling Populer, Apakah Baik untuk Kesehatan?

Jenis Diet Tinggi Lemak

Diet tinggi lemak adalah diet dengan aturan pola makan tinggi konsumsi lemak dan membatasi konsumsi karbohidrat. Sedangkan untuk konsumsi proteinnya umumnya berbeda-beda. Diet tinggi lemak terdiri dari berbagai macam jenis dengan aturannya masing-masing. Berikut adalah beberapa jenis dengan aturan konsumsi lemak tinggi.

1. Diet Atkins

Diet tinggi lemak yang pertama adalah diet atkins. Diet atkins merupakan diet dengan pola konsumsi tinggi lemak dan protein, namun rendah karbohidrat. Diet ini ditemukan oleh seorang kardiolog Amerika bernama Robert Atkins. Diet atkins di bagai menjadi empat fase yaitu induksi, balancing, pre-maintenance, dan lifetime-maintenance.

Fase pertama dilakukan selama kurang lebih dua minggu dan Anda diharuskan memangkas konsumsi karbohidrat hingga hanya 20 gram per hari. Pada fase-fase selanjutnya, jumlah karbohidrat akan ditingkatkan, namun jumlahnya tetap sedikit. Fase terakhir bertujuan untuk mempertahankan berat badan yang Anda inginkan.

2. Diet Ketogenic

Diet tinggi lemak yang kedua adalah diet ketogenic. Banyak orang yang sulit membedakan antara diet atkins dan diet keto karena kedua diet ini memang mirip. Perbedaannya adalah konsumsi protein yang lebih sedikit pada diet keto. Pembagian prosi pada diet keto adalah 75% lemak, 20% protein, dan 5% karbohidrat atau 60% lemak, 35% protein, dna 5% karbohidrat.

Diet ketogenic tidak hanya dierapkan oleh seseorang yang ingin menurunkan berat badan, tetapi juga biasa diterapkan untuk anak penderita epilepsi. Sebuah studi telah membuktikan bahwa diet satu ini bisa meringankan gejala epilepso dan menurunkan risiko gangguan saraf.

3. Diet LCHF

Diet LCHF atau diet Low Carbohydrate – High Fat adalah diet yang tidak jauh berbeda dengan diet atkins dan diet keto. Diet ini memiliki prinsip tinggi lemak dan rendah karbohidrat, namun tidak mengatur secara pasti persentase dari konsumsi nutrisi tersebut. Maka dari itu, diet LCHF sering disebut sebagai diet yang lebih praktis dan tidak menyiksa.

Selain makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat, diet ini juga mengharuskan Anda untuk menghindari makanan dan minuman kemasan. Diet ini cocok untuk Anda yang tidak dapat menurunkan porsi karbohidrat seekstrem pada diet atkins dan juga diet keto.

4. DEBM

DEBM adalah singkatan dari Diet Enak Bahagia Menyanangkan. Diet yang satu ini memiliki prinsip yang sama yaitu tinggi lemak dan rendah karbohidrat atau bahkan tanpa karbohidrat sama sekali. Bahkan konsumsi buah yang dianggap memiliki kandungan karbohidrat tinggi seperti pisang, mangga, pepaya, semangka, dan melon juga dilarang.

Diet yang ini diklaim menyenangkan karena pada dasarnya pelakunya dapat menikmati berbagai makanan lezat walaupun dengan resep yang berbeda. Contohnya seperti aturan yang memperbolehkan pelaku DEBM untuk makan mie instan namun hanya bagian kuahnya saja. Terdapat juga berbagai resep kue yang bisa diterapkan pada DEBM yang mengganti bahan dasar kue dari terigu menjadi keju.

5. Diet Kopi Mentega

Diet kopi mentega dikenal juga dengan bulletproof diet. Diet yang satu ini juga kontroversial karena mengandalkan mentega untuk diet, sedangkan mentega adalah bahan makanan yang mengandung lemak tinggi. Diet kopi mentega dilakukan dengan cara mencampurkan sesendok mentega pada kopi yang Anda konsumsi di pagi hari.

Selain mentega, Anda juga harus menambahkan minyak MCT ke dalam kopi tersebut. Hal yang perlu diingat adalah tentunya kopi mentega yang digunakan untuk diet ini tidak mengandung gula sama sekali. Kopi mentega diklaim akan membuat seseorang  dapat kenyang lebih lama sehingga cocok untuk dijadikan sebagai menu untuk menurunkan berat badan.

Kontroversi Diet Tinggi Lemak

Diet tinggi lemak menjadi diet yang kontroversial selama ini. Mengapa hal ini bisa terjadi? Lemak dianggap sebagai sesuatu yang buruk bagi tubuh. Konsumsi lemak berlebih selalu dianggap sebagai pemicu menumpuknya lemak dalam tubuh sehingga terjadi kegemukan. Hal ini tentunya tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah.

Lemak terdiri dari berbagai macam jenis dan lemak yang dipilih pada diet tinggi lemak adalah jenis lemak tak jenuh yang merupakan lemak yang baik untuk tubuh. Perlu diingat juga bahwa lemak juga merupakan maktonutrien yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah banyak, sama seperti karbohidrat dan juga protein.

Jadi pada dasarnya diet dengan konsumsi tinggi lemak tidak sepernuhnya berbahaya, melainkan juga dapat memberikan beberapa manfaat untuk kesehatan. Jika berbicara tentang risiko diet, semua jenis diet untuk menurunkan berat badan memang pada dasarnya memiliki risiko, tapi tentunya sama seperti hasilnya, risikonya juga dapat berbeda pada setiap orang.

Tips Diet Tinggi Lemak

Jika ingin menerapkan diet tinggi lemak, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan untuk meminimalisir risiko yang mungkin terjadi. Pertama, Anda harus menerapkan diet sesuai dengan aturannya. Jangan beranggapan bahwa semua lemak baik untuk diet tinggi lemak. Perhatikan dengan teliti apa saja makanan yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan dan patuhi dengan baik.

Kedua, jangan menerapkan diet melebihi waktu yang disarankan. Diet yang ekstrem umumnya tidak diizinkan untuk dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Ketiga, pilihlah diet yang sesuai dengan tubuh Anda. Jangan pernah memaksakan diet jika diet tersebut tidak cocok dengan metabolisme tubuh Anda. Diet seharusnya dapat menyenangkan dan bukan malah menyiksa fisik dan mental Anda.

Selain diet tinggi lemak, pada dasarnya masih banyak lagi jenis diet lainnya yang bisa menjadi pilihan Anda. Jika menginginkan diet yang tanpa risiko, pilihlah diet dengan gizi seimbang dan dibarengi dengan olahraga rutin. Selain itu, ada baiknya juga Anda berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui diet yang paling cocok untuk Anda. Selamat mencoba!


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi