Terbit: 21 January 2019 | Diperbarui: 7 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Banyak orang yang memilih untuk melakukan diet penurunan berat badan dengan cara memilih untuk tidak makan malam. Mereka percaya bahwa makan malam, apalagi yang dilakukan setelah matahari tenggelam hanya akan menyebabkan kenaikan berat badan atau membuat program diet berantakan. Sebenarnya, apakah kebiasaan ini bisa membahayakan kesehatan?

Bahaya Diet dengan Tidak Makan Malam bagi Tubuh

Dampak tidak makan malam bagi program diet?

Sebuah penelitian membuktikan bahwa kebiasaan makan terlalu malam atau lebih dari pukul 20.00 akan membuat tubuh cenderung menyimpan lemak dalam jumlah lebih banyak. Hal ini akan membuat berat badan naik dan sulit untuk diturunkan.

Saat tidur, tubuh sebenarnya membakar timbunan lemak dengan cara mengubah glikogen menjadi glukosa yang dilepas ke dalam aliran darah. Hal ini dilakukan demi menjaga keseimbangan kadar gula darah selama kita beristirahat. Pakar kesehatan menyebut proses ini bisa saja berlangsung selama 12 jam hingga glikogen benar-benar habis. Jika hal ini terjadi, tubuh akan mulai membakar sel lemak menjadi energi.

Adanya proses ini membuktikan bahwa tidak makan malam bisa saja membantu pembakaran lemak lebih banyak dan membuat berat badan turun. Hanya saja, jika kita kemudian mengonsumsi sarapan dalam jumlah yang berlebihan atau tetap terbiasa ngemil, bisa jadi dampak penurunan berat badan tidak akan terasa.

Bahaya tidak makan malam saat diet

Meskipun bisa membantu menurunkan berat badan, sembarangan melakukan kebiasaan tidak makan malam sebenarnya juga bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Sebagai contoh, kita bisa saja akan mengalami susah tidur karena perut yang lapar. Selain itu, saat bangun tidur, kita juga bisa mengalami dampak berupa kelelahan, pusing, hingga gangguan suasana hati.

Berikut adalah beberapa dampak yang akan dirasakan jika terbiasa tidak makan malam

  1. Gangguan pencernaan

Pakar kesehatan menyebut tubuh tetap membutuhkan energi saat tidur karena sistem metabolisme yang masih berjalan. Tanpa makan malam, maka kita tidak akan mendapatkan energi yang cukup untuk melakukannya. Kondisi ini sayangnya bisa menyebabkan kenaikan asam lambung atau gangguan pencernaan lain seperti perut kembung dan begah. Kondisi ini tentu akan membuat kita tidur dengan tidak nyenyak.

  1. Membuat kita ingin ngemil

Perut yang kelaparan akan membuat kita lebih tergoda untuk ngemil. Masalahnya adalah kita kesulitan untuk menahan diri dan akhirnya mengonsumsi makanan apa saja baik itu biskuit, kue, keripik, yang justru berpotensi membuat kita lebih mudah mengalami kenaikan berat badan. Bahkan, hal ini juga bisa saja menyebabkan kenaikan risiko diabetes.

  1. Gangguan keseimbangan kadar gula darah

Kebiasaan makan tidak teratur, termasuk terbiasa melewatkan maka malam akan membuat kekacauan kadar gula darah. Jika hal ini terjadi, tubuh akan semakin kesulitan mengendalikan kadar gula darah. Hal ini bisa saja berimbas pada resistensi insulin yang berujung pada datangnya diabetes.

Adakah cara aman untuk diet dengan tidak makan malam?

Melewatkan makan malam bisa membantu menurunkan asupan kalori berlebihan hingga 500 kalori. Hanya saja, pakar kesehatan menyarankan kita untuk tetap memenuhi kebutuhan kalori harian. Sebagai contoh, jika kita membutuhkan 1.600 kalori, maka kita bisa membagi asupan kalori ini di waktu siang hari atau sebelum matahari tenggelam.

Kita juga bisa mengonsumsi makan berat dua kali sehari saja. Hanya saja, pastikan bahwa nutrisi makanan yang kita konsumsi seimbang seperti memperbanyak asupan serat dari sayur, buah, biji-bijian, dan mengonsumsi asupan protein, susu, dan lemak sehat.

Selain itu, ada sebagian pakar diet yang menyebut kita bisa mengganti waktu makan malam menjadi waktu makan yang lebih sore seperti sebelum matahari tenggelam. Setelahnya kita tidak mengonsumsi makanan apapun. Dengan melakukan hal ini, maka tubuh akan tetap mendapatkan energi namun tidak akan mengalami penumpukan lemak.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi