Terbit: 4 April 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Apakah Anda sudah tahu apa itu yoyo effect pada diet? Seperti namanya, efek yoyo merupakan kondisi yang naik turun, mirip saat kita memainkan yoyo. Namun sayangnya yang naik dan turun bukanlah mainan, tetapi berat badan.

2 Hal Penyebab Yoyo Effect Pada Diet

Penurunan berat badan yang baik adalah yang bisa dipertahankan. Hal ini tentu bisa diperoleh dengan melakukan diet yang tepat. Pemilihan diet yang tidak tepat akan meningkatkan risiko terjadinya yoyo effect.

Menurut WebMD, ada dua hal utama penyebab yoyo effect pada tubuh, yaitu:

    1. Penerapan fad diet

Seperti yang kita ketahui fad diet adalah diet yang mampu menurunkan berat badan dalam waktu singkat tanpa mampu mempertahankannya. Berbagai jenis fad diet, misalnya diet paleo, frutarian, grapefruit diet atau atkin, menjadi populer, hal ini yang menyebabkan banyak orang mengalami yoyo effect. Diet ini umumnya hanya mampu dipertahankan dalam jangka waktu tertentu saja.

    1. Hormon leptin terbentuk dengan cepat

Saat cadangan lemak dalam tubuh telah terbakar setelah melakukan fad diet, hormon leptin akan memberikan sinyal pada tubuh agar kita makan lebih banyak. Hal ini disebabkan tubuh yang telah terbiasa memiliki cadangan lemak sehingga saat cadangan tersebut hilang akan merasa membutuhkan asupan lemak yang lebih banyak lagi. Kondisi ini berpengaruh pada otak sehingga kita cenderung akan makan lebih banyak saat berat badan sudah turun.

Untuk menghindari hal tersebut, kita perlu selektif dalam memilih diet penurunan berat badan. Diet yang tepat dan sehat adalah yang mampu menurunkan berat badan secara bertahap.

Para pakar kesehatan dunia menganjurkan batas maksimal penurunan berat badan yang sehat adalah 0,45 kg dalam seminggu. Penerapan angka tersebut dengan bertahap tentu bisa mewujudkan diet yang sehat dan menghindari timbulnya yoyo effect.

Nah, agar yoyo effect tidak terjadi maka selalu pilih jenis diet yang tepat ya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi