DokterSehat.Com – Tak hanya dengan berhubungan intim dengan pasangannya, banyak kaum hawa yang ingin merasakan sensasi seksual lainnya. Salah satunya adalah dengan memakai alat bantu seks yang disebut sebagai vibrator. Banyak wanita, khususnya yang memiliki status single, yang memakai alat ini untuk kepuasan seksualnya sendiri. Sayangnya, dibalik kenikmatan yang ditawarkan oleh vibrator, ada sebuah mitos yang berkata jika terlalu sering menggunakan alat bantu seks ini bisa berakibat vagina mati rasa atau yang kerap disebut sebagai dead vagina syndrome. Apakah mitos ini benar adanya?
Pakar kesehatan Nicole Prause, Ph.D yang mempelajari dampak kesehatan yang diberikan oleh vibrator menunjukkan jika masih belum ditemui data yang benar-benar menunjukkan adanya kasus dead vagina syndrome. Namun, jika membicarakan tentang menurunnya sensitivitas vagina, bisa jadi hal ini benar adanya. Hal ini dikarenakan jika anggota tubuh lain, layaknya tangan, yang diberikan getaran terus menerus selama satu jam akan cenderung mengalami penurunan sensitivitas.
Hanya saja, Prause berkata jika ada kemungkinan juga wanita yang cenderung memakai vibrator dengan intensitas yang tinggi merasa kurang puas saat mengubah intensitasnya menjadi lebih rendah atau bahkan saat melakukan hubungan intim. Namun, menurut Prause, penggunaan vibrator sebenarnya tidak mengubah vagina secara permanen. Bahkan, hanya 0,05 wanita yang melaporkan jika vaginanya kehilangan sensitivitas akibat penggunaan alat bantu seks ini.
Pakar kesehatan seksual Carol Queen, Ph.D dari Good Vibration berujar bahwa jika wanita cukup sering memakai vibrator dengan intensitas tinggi, bisa jadi Ia akan kesulitan mencapai orgasme saat berhubungan intim dengan pasangannya dan berpikir jika vaginanya mengalami penurunan sensitivitas. Memang, dalam realitanya vibrator bisa membuat wanita lebih bisa menikmati sensasi seksual jika dibandingkan dengan saat melakukannya dengan pasangan yang belum tentu bisa sehebat dan seintens vibrator.