Terbit: 13 December 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Membicarakan topik seputar seksualitas pada anak sering kali dianggap tabu. Padahal, orang tua yang memberikan edukasi seks dapat menurunkan risiko anak terjerumus pada perilaku seks bebas dan tidak bertanggung jawab. Lantas, bagaimana cara memberikan pendidikan seksual yang benar?

8 Cara Memberikan Edukasi Seks yang Benar untuk Anak

Edukasi Seks yang Harus Didapatkan Oleh Anak

Pesatnya perkembangan teknologi dan pergaulan remaja yang semakin bebas perlu mendapat perhatian yang serius. Seorang anak yang enggan atau canggung bertanya seputar seks, membuatnya sering salah langkah terkait penggunaan organ reproduksinya.

Oleh karenanya, orang tua harus memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Berikut beberapa pendidikan seks yang harus diberikan orang tua pada anak, di antaranya:

1. Memanfaatkan Momen untuk Memberikan Pengetahuan

Cara terbaik untuk memberikan pendidikan seks kepada remaja adalah memanfaatkan momen. Misalnya, saat bersama-sama di ruang keluarga dan terdapat tayangan televisi yang memberitakan kekerasan seksual, Anda bisa menjadikan kasus tersebut sebagai contoh bahwa aktivitas seks harus dilakukan dengan konsensus atau kesadaran.

Jika hubungan seks tidak dilakukan atas dasar keinginan bersama, beri tahu pada anak bahwa hal tersebut adalah pemerkosaan dan termasuk dalam tindakan kriminal.

Momentum lainnya adalah saat anak mengalami menstruasi pertamanya. Jelaskan pada remaja wanita tentang siklus menstruasi dan siklus subur. Tentu, hal ini masih masuk ke ranah pendidikan seks yang lebih khusus.

2. Mendengarkan Pendapat Anak Tentang Seks

Meski orang tua belum mengajari anak tentang pendidikan seks, terkadang anak sudah mencari tahu sendiri atau tahu dari temannya. Nah, kalau anak sudah tahu sebaiknya orang tua mulai melakukan pembicaraan secara langsung terkait dengan seks dan biarkan anak mengungkapkan pemahamannya terlebih dahulu.

Perlu dipahami bahwa Anda sebagai orang tua tidak bisa mengajari anak terlalu keras atau memaksakan pemahaman tertentu. Tugas Anda adalah meluruskan pemahaman anak yang kurang tepat. Saat orang tua dan anak terjalin diskusi dengan baik, membicarakan topik seputar seks tidak akan menjadi canggung.

3. Mengajarkan Bahaya Seks yang Tidak Aman

Seks bukan hanya perkara penetrasi dan teknik melakukan sanggama yang benar. Seks juga berkaitan dengan kehamilan dan peluang terjadinya penularan penyakit menular seksual. Oleh karena itu, orang tua harus memberi tahu anak kalau seks harus dilakukan dengan benar dan aman.

Salah satu cara untuk melakukan seks yang aman adalah dengan menggunakan kondom atau alat kontrasepsi lainnya.

Orang tua juga harus menjabarkan beberapa jenis penyakit dan apa efeknya pada tubuh. Dengan tahu secara rinci tentang bahasa seks yang tidak sehat, kelak anak akan lebih hati-hati saat melakukannya.

4. Seks Pranikah

Tidak bisa dimungkiri lagi kalau remaja memiliki rasa penasaran yang tinggi. Jika mereka bertanya tentang seks pranikah, orang tua harus menjelaskannya dengan bijak pada anak. Penjelasan ini terkait dengan adat, budaya, agama, dan risiko.

Beberapa ajaran melarang untuk melakukan seks pranikah, selain itu aktivitas ini juga meningkatkan gangguan kesehatan pada organ reproduksi.

Baca Juga: 5 Tahapan dan Ciri Pubertas pada Anak Laki-Laki

5. Jelaskan Tentang Orientasi Seks

Pertanyaan tentang seks yang mungkin agak sulit adalah masalah orientasi seksual. Anak akan bertanya mengapa ada orang yang suka dengan sesama jenis.

Apabila pertanyaan tersebut muncul, beri jawaban dengan bijak dan tidak terkesan menggurui. Anak akan lebih memahami apa yang diberikan kalau ia tidak merasa terpaksa.

6. Menjelaskan Sesuai Usia

Pendidikan seksualitas harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak. Misalnya, anak berusia 6 tahun tidak tidak perlu memberikan penjelasan lengkap seputar ovulasi.

Sebaiknya berikan penjelasan singkat, faktual, dan positif. Jika Anda dapat melakukan ini, anak akan merasa bahwa ia memerlukan edukasi dari Anda kapanpun anak menginginkannya.

7. Gunakan Nama yang Benar untuk Bagian Tubuh

Sebaiknya gunakan nama yang benar ketika Anda menjelaskan tentang bagian tubuh, misalnya penis atau vagina. Cara ini membantu menyampaikan pesan bahwa membicarakan bagian-bagian tubuh itu sehat dan baik-baik saja.

Jika anak mengetahui nama bagian tubuh yang benar, anak akan dapat berkomunikasi dengan jelas tentang kondisi tubuhnya.

8. Kedua Orang Tua Harus Terlibat

Diskusi seputar seks bersama anak harus melibatkan ayah dan ibu. Hal ini dapat membantu anak merasa nyaman ketika membicarakan soal tubuhnya dan bertanggung jawab atas perilaku seksualnya ketika dewasa.

Baca Juga: 7 Cara Mencegah Pelecehan Seksual Anak, Orang Tua Harus Tahu!

Kapan Waktu yang Tepat Anak Diberikan Pendidikan Seks?

Orang tua dapat mulai memberikan edukasi seks pada anak usia 1 hingga 18 tahun. Memulai perbincangan tentang seksualitas sedini mungkin dan melanjutkan perbincangan tersebut seiring pertumbuhan anak adalah strategi yang tepat.

Hal ini berguna untuk mengurangi konflik saat anak mencapai usia remaja, di mana anak mungkin sudah memiliki informasi soal seks dan tidak mau menerima masukan dari orang tua

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penting untuk menjelaskan segala sesuatunya dengan cara yang dapat dipahami anak yaitu sesuai usia dan tingkat perkembangannya.

Baca Juga: Tanda Anak Mengalami Pelecehan Seksual dan Cara Menyikapinya

Edukasi Seks untuk Anak dengan Autisme

Anak dengan kondisi autisme sering kali tidak menyadari isyarat sosial dan ekspektasi teman sebayanya, sehingga pendidikan seks yang jelas dan langsung sangatlah penting.

Berikut adalah tips memberikan pendidikan seks pada anak autisme, antara lain:

  • Orang tua harus proaktif untuk mengajari anak pra remaja (10-12 tahun) tentang pubertas; agar anak tidak khawatir dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
  • Ajarkan tentang organ reproduksi dan anatomi tubuh.
  • Ajari tentang sentuhan yang pantas dan tidak pantas, serta perilaku yang boleh dilakukan di depan umum dan yang hanya dilakukan secara pribadi.
  • Pembicaraan seksualitas dengan remaja yang memiliki masalah kontak mata mungkin akan lebih berhasil jika orang tua berbicara sambil berjalan berdampingan, makan bersama, atau mengemudikan mobil.
  • Mintalah dukungan dari teman sebayanya untuk membantunya dalam hal bahasa, perilaku, dan gaya busana serta apa yang harus dan tidak harus dilakukan.
  • Berikan antisipasi tentang bagaimana jika anak mulai mengalami menstruasi di sekolah atau bagaimana jika ereksi di tempat umum. Carilah solusinya bersama-sama.

Nah, itulah cara memberikan pendidikan seks yang harus diterima anak dari orang tuanya. Jangan biarkan anak kebingungan dan akhirnya melakukan kesalahan yang fatal. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat.

 

  1. Anonim. 2019. Sexuality: What children should learn and when. https://www.aboutkidshealth.ca/Article?contentid=716&language=English. (Diakses pada 16 November 2023)
  2. Anonim. 2017. Sexuality Education for Youth on the Autism Spectrum. https://www.plannedparenthood.org/planned-parenthood-massachusetts/local-training-education/parent-buzz-newsletter/parent-buzz-e-newsletters/sexuality-education-youth-autism-spectrum. (Diakses pada 16 November 2023)
  3. Anonim. 2022. Sex education and talking with children about sex: 0-8 years. https://raisingchildren.net.au/school-age/development/sexual-development/sex-education-children. (Diakses pada 16 November 2023)
  4. Jackson, Rob. 2004. Sex Education For Kids Ages 9-12. https://www.focusonthefamily.com/parenting/sex-education-how-to-start-early/. (Diakses pada 16 November 2023)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi