Terbit: 7 August 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com– Penis bengkok atau penyakit Peyronie pasti membuat Anda cemas dan minder saat berhubungan seks. Tenang, Anda tak perlu khawatir karena penis bengkok bukan sesuatu yang berbahaya dan tak begitu menganggu aktivitas seksual, selama Anda bisa menyiasatinya. Meskipun kondisi tersebut tidak berbahaya, namun untuk beberapa individu pasti merasa tak nyaman. Jika penis bengkok disertai rasa sakit, mungkin ada gangguan dengan penis, bisa jadi Anda mengalami Peyronie.

Penyakit Peyronie: Penyebab, Gejala, Diagnosis, & Pengobatan

Apa itu Peyronie?

Peyronie adalah terbentuknya jaringan (plak) pada penis, biasanya jaringan ini makin mengeras pada salah satu sisi, yang membuat penis melengkung saat ereksi. Beberapa pria berpenis bengkok mengalami kesulitan saat berhubungan seksual.

Sampai saat ini penyebab penyakit Peyronie belum diketahui secara pasti. Namun peyronie disease adalah bukan gangguan serius ataupun termasuk kategori penyakit seksual menular, meskipun ada yang menyebutkan gangguan tersebut dipengaruhi masalah genetis dan cara memperlakukan Mr P. Jangan terlalu cemas jika bentuk penisnya tak terlalu bengkok.

Setiap pria bisa saja mengalami Peyronie, umumnya banyak dijumpai pada pria berusia 50 tahun meskipun tak menutup kemungkinan terjadi pada usia 18 tahun. Bahkan sekitar 80 ribu pria di Inggris mengalami kondisi ini.

Penyebab Peyronie atau Penis Bengkok

Penyebab Peyronie tidak sepenuhnya dapat dipahami. Namun, ada beberepa kemungkinan berikut ini yang menjadi penyebabnya:

1. Kerusakan pembuluh darah kecil

Kemungkinan besar akibat dari kerusakan pembuluh darah kecil, yang mungkin terjadi saat hubungan seks, olahraga, cedera, atau kecelakaan kendaraan. Sel-sel mungkin terperangkap di mana cedera terjadi selama penyembuhan, yang menimbulkan jaringan parut.

2. Seks yang terlalu bersemangat

Penis memiliki dua tabung seperti spons di kedua sisi, yang masing-masing disebut corpus cavernosum. Tabung ini dipenuhi dengan kapiler (pembuluh darah kecil). Ketika pria bersemangat secara seksual, kapiler menjadi membesar dengan darah, yang kemudian menghasilkan ereksi.

Corpus cavernosum terletak dalam selubung jaringan elastis – tunica albuginea. Selubung ini meregang ketika penis ereksi. Jika penis terluka, jaringan selubung yang elastis ini bisa menjadi rusak hingga menyebabkan penyakit peyronie.

3. Jaringan parut

Namun, jika ada jaringan parut permanen, ada kemungkinan pasien dapat terserang Peyronie, karena bagian selubung itu tidak lagi dapat meregang dengan benar; ketika penis menjadi ereksi, bagian bekas luka yang tidak bisa meregang menarik penis, menekuknya.

Perlu dicatat bahwa sejumlah besar pria yang mengalami cedera penis tidak melanjutkan untuk mengembangkan penyakit Peyronie.

Faktor Risiko Peyronie

Penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit Peyronie:

1. Keturunan

Individu dengan kerabat dekat yang memiliki penyakit Peyronie lebih mungkin mengembangkannya sendiri.

2. Gangguan jaringan ikat

Misalnya, kontraktur Dupuytren, penebalan dan pengetatan jaringan di tangan, menyebabkan jari-jari menarik ke dalam.

3. Usia

Orang tua lebih cenderung mengalami luka saat sembuh. Prevalensi penyakit Peyronie meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada pria di atas 55.

Karena beberapa kasus Peyronie terjadi tanpa cedera, para peneliti percaya mungkin ada gangguan sistem kekebalan yang menyebabkannya dalam beberapa kasus.

Gejala Peyronie

Tanda dan gejala Peyronie kemungkinan muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara bertahap, di antaranya:

1. Jaringan parut

Jaringan parut (plak) sebagai gejala penyakit Peyronie dapat dirasakan keberadaan benjolan atau jaringan keras di bawah kulit penis.

2. Penis bengkok secara signifikan

Mungkin penis melengkung ke atas, ke bawah atau bengkok ke satu sisi. Dalam beberapa kasus, penis yang ereksi mungkin memiliki penyempitan, lekukan atau tampak ramping di bagian tengah batang penis.

3. Disfungsi ereksi

Peyronie adalah penyakit yang dapat menyebabkan masalah mendapatkan atau mempertahankan ereksi (disfungsi ereksi).

4. Penis menjadi pendek

Gajala yang dapat dilihat seperti ukuran penis Anda mungkin menjadi lebih pendek akibat penyakit penyakit Peyronie.

5. Rasa sakit

Sementara gejala yang satu ini timbul rasa sakit. Anda mungkin mengalami sakit pada penis, dengan atau tanpa ereksi.

Penis bengkok yang terkait dengan Peyronie mungkin secara bertahap memburuk. Namun, pada kondisi tertentu biasanya akan stabil.

Nyeri selama ereksi biasanya akan membaik dalam satu hingga dua tahun, tetapi jaringan parut dan bengkok pada penis biasanya bertahan. Dalam beberapa kasus, baik penis bengkok dan rasa sakit yang terkait dengan penyakit Peyronie akan membaik tanpa pengobatan. Namun, jika gejalanya tidak kunjung sembuh, sebaiknya periksakan diri ke dokter.

Diagnosis Peyronie

Jika menduga Anda menderita penyakit Peyronie, tindakan yang pertama adalah konsultasikan dengan dokter. Pemeriksaan fisik dapat membantu dokter mendiagnosis kondisi Anda. Pemeriksaan mungkin melibatkan pengukuran awal penis.

Setelah mengukur penis, dokter dapat mengidentifikasi lokasi dan jumlah jaringan parut pada penis. Pemeriksaan fisik juga membantu menentukan apakah penis Anda memendek. Dokter mungkin juga akan menyarankan USG atau sinar-X untuk memastikan keberadaan jaringan parut dan dokter mungkin merujuk Anda ke ahli urologi.

Pengobatan Peyronie

Meskipun tak semua penderita penis bengkok atau peyronie butuh pengobatan, namun tak ada salahnya mengikuti cara mengatasi peyronie berikut:

1. Tamoxifen

Untuk tahap awal dan mencegah terbentuknya pengerasan jaringan, tablet Tamoxifen bisa mengatasinya. Tablet ini biasanya digunakan dalam pengobatan kanker payudara, meskipun tak ada hubungan sama sekali di antara keduanya.

2. Vitamin E

Cara mengatasi peyronie juga bisa mengonsumsi vitamin E, yang terbukti efektif mengurangi rasa sakit dan kelainan penyakit.

3. Verapamil

Verapamil bisa digunakan sebagai cara menghilangkan peyronie, meskipun sebenarnya untuk pengobatan darah tinggi (hipertensi), yang terbukti bisa mengurangi ukuran plak dan menurunkan rasa sakit dengan menyuntikkannya secara langsung ke plak.

4. Terapi

Terapi kejut Extracorporeal atau ESWT (Extracorporeal Shock Wave Therapy), pengobatan baru yang digunakan dibeberapa rumah sakit. Pengobatan baru ini terbukti efektif, sampai saat ini belum ada laporan efek samping pengobatan ini dalam jangka panjang.

5. Pembedahan

Operasi hanya dilakukan jika Anda memang telah menderita Peyronie dalam kondisi parah selama setahun atau lebih, atau bahkan tak mengalami kemajuan dalam jangka waktu tiga bulan.

Ada dua jenis prosedur operasi. Prosedur Nesbitt, prosedur ini dilakukan dengan menghilangkan jaringan yang menyebabkan penis bengkok dan memulihkan penis kembali normal (lurus).

Cara menghilangkan peyronie lainnya dengan pencangkokan atau menggunakan bagian urat darah dalam jaringan untuk memperluas area. Dalam beberapa kasus implantasi prostesis penis juga dianjurkan.

Trik Berhubungan Seks untuk Penderita Peyronie

Tak perlu cemas, penis bengkok tak berarti tak bisa memuaskan pasangan. Anda bisa menyiasatinya dengan mengubah gaya bercinta.

1. Woman on top

Posisi Woman on Top (WOT), memudahkan Anda mengatur kedalaman penetrasi atau mengontrol gerakan selama bercinta.

2. Trik spooning

Gaya spooning juga bisa Anda lakukan. Mintalah pasangan berbaring menyamping dan membelakangi Anda, kemudian lakukan penetrasi dari arah belakang.

3. Komunikasi dengan pasangan

Akan sangat membantu sekali jika Anda mau berkomunikasi dengan pasangan, dukungan dan pengertian pasangan akan membantu menurunkan kekhawatiran dan kecemasan saat berhubungan seks.

 

Sumber:

  1. Peyronie’s disease (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/peyronies-disease/symptoms-causes/syc-20353468, diakses 7 Agustus 2019).
  2. What is Peyronie’s disease? (https://www.medicalnewstoday.com/articles/242682.php, diakses 7 Agustus 2019).
  3. Understanding ED: Peyronie’s Disease (https://www.healthline.com/health/erectile-dysfunction/peyronies-disease#tests-and-diagnosis, diakses 7 Agustus 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi