Terbit: 21 September 2019 | Diperbarui: 23 September 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Cairan lubrikasi atau pelumas sangat diperlukan saat seks khususnya untuk pasangan yang mengalami masalah pada organ seksualnya atau ingin mendapatkan sensasi seks yang hebat. Cairan ini akan mengurangi terjadinya gesekan pada vagina sehingga kedua belah pihak tidak akan merasakan sakit yang berlebihan.

7 Kesalahan Memakai Pelumas yang Sering Dilakukan Pria

Kesalahan Menggunakan Pelumas

Meski pelumas tambahan ini memiliki banyak sekali manfaat untuk seks, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pria sebelum menggunakannya. Jangan lakukan lima kesalahan di bawah ini agar seks yang dijalankan tetap berjalan dengan lancar dan tidak memberikan dampak yang terlalu besar seperti penularan penyakit hingga infeksi.

  1. Menggunakan Ludah untuk Pelumas

Karena tidak ingin seks yang dilakukan menjadi sakit karena cairan yang dihasilkan vagina sangat sedikit, beberapa pria menggunakan ludah atau saliva. Penggunaan saliva ini sebenarnya aman kalau pria sedang sehat dan tidak memiliki penyakit. Kalau pria memiliki herpes simplex, kemungkinan penularan penyakit akan terjadi.

Selain itu, saliva juga tidak sepenuhnya bersih karena makanan yang menempel di dalam bisa membuat pria mengeluarkan saliva yang kotor. Ada banyak bakteri yang terkandung di dalamnya sehingga kemungkinan besar bisa mengakibatkan infeksi di dalam vagina.

  1. Pakai Pelumas Padahal Ingin Hamil

Pelumas memang membantu pasangan saat berhubungan badan. Namun, beberapa pelumas mengandung zat sejenis spermisida. Zat ini akan membunuh sperma dengan mudah sehingga saat pria mengalami ejakulasi di dalam vagina, sperma yang dikeluarkan akan mati sehingga pembuahan tidak akan bisa terjadi.

Kalau Anda ingin mendapatkan kehamilan dengan cepat, gunakan pelumas yang aman dan tidak mengandung spermisida. Kalau bisa pilih yang berbahan dasar air yang tidak akan mengganggu pergerakan sperma hingga akhirnya bisa menjangkau sel telur di dalam rahim.

  1. Menggunakan Pelumas Minyak Saat Pakai Kondom

Sedikit berkebalikan dengan Anda yang menginginkan kehamilan, pasangan yang tidak menginginkan kehamilan biasanya menggunakan kondom. Nah, saat menggunakan kondom ini jangan sekali-kali menggunakan pelumas yang menggunakan bahan baku minyak apa pun jenisnya.

Bahan minyak pada pelumas sangat berbahaya karena bisa membuat kondom berbahan lateks jadi tipis. Kalau penetrasi yang dilakukan intens, ada kemungkinan kondom jadi robek dan saat ejakulasi bisa bocor sehingga ada sebagian sperma yang masuk ke serviks.

Selain masalah kehamilan, cairan kelamin yang membawa penyakit juga bisa masuk ke penis atau ke vagina. Kondom jadi tidak berfungsi lagi sebagai alat untuk mencegah penyakit menular seksual.

  1. Menggunakan Krim Perawatan Tubuh untuk Pelumas

Beberapa pria sering melakukan masturbasi dengan menggunakan body lotion. Cairan ini dipilih karena mudah didapatkan dan memberikan efek licin. Kalau pria menggunakan cairan ini untuk pelumas, ada kemungkinan menyebabkan infeksi di dalam vagina.

Body lotion kemungkinan besar mengandung pewangi dan zat lain yang tidak cocok dengan permukaan dalam vagina. Gesekan yang terjadi berkali-kali dengan body lotion bisa menyebabkan masalah yang cukup besar.

  1. Menggunakan Produk untuk Mandi sebagai Pelumas

Selain menggunakan body lotion beberapa produk mandi seperti sabun atau sampo juga kerap dijadikan pelumas darurat khususnya saat pasangan bercinta di kamar mandi. Penggunaan cairan ini tentu sangat berbahaya karena ada kandungan zat kimia di sana.

Pelumas ini juga mengandung senyawa mentol yang memberikan efek dingin. Kalau digunakan pada penis bisa memberikan efek dingin terlalu besar sehingga bisa menyebabkan sensasi tidak nyaman selama beberapa jam. Pada wanita, sensasi ini semakin susah untuk dihilangkan.

  1. Menggunakan Pelumas dengan Sensasi Tentu

Pelumas yang dijual di luar sana memiliki cukup banyak jenis mulai dari yang memiliki aroma hingga memunculkan sensasi. Maksud memunculkan sensasi ini adalah pelumas memberikan perasaan dingin atau hangat pada penis dan bagian dalam dari vagina saat digunakan.

Beberapa orang mungkin menyukai sensasi yang berbeda saat melakukan seks dengan pelumas. Namun, tidak sedikit yang merasa tidak nyaman dan aktivitas seks tidak bisa dilanjutkan lagi dengan sempurna.

Sebelum melakukan seks menggunakan pelumas yang memiliki sensasi tertentu, ada baiknya untuk mencobakan dahulu ke tangan. Kalau Anda merasa aneh, berarti pengaplikasian ke kemaluan lebih aneh lagi karena area itu sangat sensitif.

  1. Menggunakan Makanan Sebagai Pelumas

Beberapa orang memiliki fantasi seks menggunakan beberapa jenis makanan untuk memberikan kenikmatan. Misal menggunakan buah atau mungkin es. Cara ini mungkin saja aman kalau dilakukan di luar kemaluan atau sekadar untuk memberikan rangsangan saja. Namun, kalau sampai digunakan sebagai pelumas akan berbahaya.

Beberapa jenis makanan memang ada yang memberikan efek licin. Namun, makanan tidak bisa digunakan di kemaluan. Kalau sampai digunakan kemungkinan besar bisa memicu perasaan gatal yang cukup kuat dan susah dibersihkan. Kemungkinan terjadi infeksi dan luka di dalam vagina juga sangat besar.

Tujuan menggunakan pelumas adalah membuat seks jadi lebih nikmat atau membantu wanita yang memiliki masalah dengan dirinya. Namun, kalau cairan pelicin yang digunakan justru salah, kemungkinan besar memicu masalah pada kemaluan khususnya pada vagina. Mari lebih bijak menggunakan pelumas.

 

 

Sumber:

  1. Scaccia, Annamarya. 2018. Everything You Need to Know About Vaginal Lubricants. https://www.healthline.com/health/healthy-sex/vaginal-lubricants. (Diakses pada 20 September 2019).
  2. Reid, Rebecca. 2017. 9 things you should never use as lube. https://metro.co.uk/2017/04/21/9-things-you-should-never-use-as-lube-6588476/. (Diakses pada 20 September 2019).
  3. Mens Journal. When Sex Lube Goes Bad: What’s Safe, What Works, and What to Avoid. https://www.mensjournal.com/health-fitness/when-sex-lube-goes-bad-whats-safe-what-works-and-what-to-avoid-w446463/. (Diakses pada 20 September 2019).

 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi