DokterSehat.Com – Mendapatkan kepuasan seks tanpa melakukan hubungan seksual secara langsung atau biasa disebut onani adalah salah satu aktivitas seksual yang masih terbilang ‘normal’. Meski Anda bisa mendapatkan kepuasaan seksual tanpa khawatir terkena penyakit kelamin, sering onani ditengarai memberikan dampak negatif bagi kesehatan.
Menurut survei, kebanyakan kaum laki-laki lah yang melakukan onani, bahkan ada yang hingga kecanduan sampai-sampai menyebabkan gelisah jika dalam sehari tidak melakukannya. Namun tahukah Anda dampak apa saja yang bisa terjadi jika terlalu sering melakukan onani?
Pada dasarnya dampak buruk onani bisa terlihat dari fisik maupun non fisik. Seperti dikutip dari askmen, aktivitas onani terlalu sering bisa memicu aktivitas berlebih pada saraf parasimpatik. Dampaknya produksi hormon-hormon dan senyawa kimia seks meningkat termasuk serotonin, asetilkolin dan dopamin.
Sementara jika Anda termasuk orang yang sulit menghilangkan kebiasaan onani, hal itu bisa memengaruhi tubuh akibat kelebihan produksi hormon seks dan neurotransmiter.
Meski dampaknya pada setiap orang berbeda, terlalu sering onani dapat memicu gangguan kesehatan seperti kelelahan, nyeri panggul, hingga testis sakit. Kontraksi otot saat mengalami orgasme bisa memicu nyeri otot, terutama di daerah punggung dan selangkangan.
Bahaya Onani Lain yang Bisa Terjadi
-
Iritasi kulit
Meski onani adalah aktivitas seksual paling aman dari penyakit menular seksual, cedera bisa muncul dalam bentuk iritasi kulit jika Anda melakukan onani terlalu sering dan kasar. Risiko yang lebih berbahaya, onani dapat menyebabkan terjadinya fraktur penis yang disebabkan oleh adanya paksaan membengkokkan penis saat ereksi.
Namun demikian, kecil kemungkinan Anda mengalami cedera atau sakit akibat onani. Sebagian pria khawatir penis akan cedera karena gesekan yang terlalu kencang. Namun kondisi ini sangat jarang terjadi, kecuali penis yang sedang ereksi dibengkokkan oleh orang lain.
-
Menimbulkan linu
Bahaya onani terlalu sering dapat menyebabkan penis terasa linu. Seorang pria yang melakukan onani terus-menerus dapat mengalami pembengkakan pada penis yang disebut edema akibat dari penumpukan cairan. Pembengkakan ini umumnya akan mereda dalam 1-2 hari.
-
Memicu prostat
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa seorang pria muda yang sering melakukan onani memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat. Namun sebaliknya, pada pria lebih tua, aktivitas onani justru dapat menurunkan risiko terkena kanker prostat. Walau demikian, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memastikan hal ini.
-
Gangguan masturbasi kompulsif
Terlalu sering melakukan onani dapat membuat seseorang menjadi kecanduan dan mengalami gangguan masturbasi kompulsif. Seseorang yang mengalami gangguan masturbasi kompulsif akan memilih untuk melakukan onani secara terus-menerus.
Mereka lebih memilih untuk tinggal di rumah dan menyaksikan hal-hal berbau porno untuk menyalurkan perilaku kompulsif mereka. Mereka yang telah kecanduan parah bahkan tidak bisa mengendalikan diri dalam melakukan masturbasi meskipun berada di tempat umum.
-
Sulit mendapatkan klimaks
Terlalu sering merangsang diri dengan cara yang berbeda dari cara pasangan mensimulasikan seks bisa membuat Anda mengalami gangguan ejakulasi. Akibatnya, Anda menjadi sulit mencapai klimaks saat berhubungan dengan pasangan.
Mitos Bahaya Onani
Onani tidak menyebabkan kebutaan, gangguan mental, menjadi pemicu jerawat, atau penyebab kebotakan. Onani merupakan kegiatan seksual yang relatif aman karena tidak mendatangkan risiko terkena penyakit menular seksual jika dilakukan sendiri.
Selain itu, onani tidak akan berdampak kepada kemampuan pria dalam memproduksi sperma. Sperma dapat diproduksi terus-menerus oleh pria. Ketika mengalami ejakulasi setelah melakukan onani, memang dibutuhkan waktu sebelum pria dapat berejakulasi kembali. Ini adalah hal yang normal.
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda merasa mengalami cedera atau gangguan lainnya setelah melakukan onani.