Terbit: 9 January 2020
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Semakin banyak ajang lari marathon yang diadakan di Indonesia. Tak hanya di kota-kota besar, ajang ini juga bisa diadakan di daerah dengan pemandangan yang menarik. Hanya saja, karena jarak lari marathon cenderung cukup jauh, apakah hal ini bisa memberikan dampak kesehatan bagi lutut?

Lari Marathon, Berbahayakah bagi Lutut?

Dampak Lari Marathon bagi Lutut

Marathon termasuk dalam aktivitas olahraga dengan intensitas yang tinggi. Jaraknya yang jauh, apalagi jika ditambah dengan medan yang berat, bisa saja menyebabkan cedera, kecelakaan, atau hal lainnya. Bahkan, jika pelari marathon tidak melakukan pemanasan atau tidak berhati-hati saat berlari, bisa saja akan menyebabkan cedera pada lututnya.

Hanya saja, telah banyak penelitian yang mengungkap fakta bahwa olahraga lari sebenarnya tidak memberikan efek buruk bagi lutut yang berada dalam kondisi sehat. Bahkan, ada penelitian yang menyebut rajin berlari bisa membuat para lansia mencegah perkembangan arthritis atau nyeri sendi dengan lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tak pernah atau jarang melakukannya.

Pakar kesehatan dr. Alister Hart dari University College London, Inggris, melakukan sebuah penelitian pada 2012. Penelitian ini didasari oleh pengalamannya yang mengalami nyeri pada lutut dan persendian setelah pertama kali melakukan marathon. Ia bahkan sampai kesulitan naik tangga di dalam rumahnya.

Dalam penelitian yang kemudian dipublikasikan hasilnya dalam BMJ Open Sport and Exercise Medicine ini, disebutkan bahwa setelah berlari marathon, para pelari di London Marathon tetap memiliki persendian dengan kondisi yang baik, tanpa adanya rasa nyeri.

Dr. Hart kemudian meminta para partisipan ini untuk dipindai bagian lututnya lewat tes MRI. Hasilnya adalah, bagi mereka yang pertama kali melakukan marathon, terjadi kerusakan pada otot kaki, namun tidak ada kerusakan yang berarti pada bagian persendian lututnya. Bahkan, setelah beberapa kali melakukan marathon, kondisi lutut cenderung semakin sehat dan prima dibandingkan dengan lutut orang yang tidak pernah atau jarang melakukannya.

Hart masih belum benar-benar mengerti bagaimana bisa marathon bisa memberikan manfaat kesehatan ini bagi lutut. Hanya saja, ada dugaan bahwa olahraga ini bisa memperkuat otot di sekitar persendian dan akhirnya menstabilkan bagian ini sekaligus menurunkan kerusakan jaringan.

Berbagai Manfaat Olahraga Lari

Tak harus melakukan marathon, kita bisa melakukan olahraga lari di sekitar rumah dan bisa mendapatkan banyak manfaat kesehatan.

Berikut adalah manfaat-manfaat tersebut.

  1. Baik bagi Kesehatan Jantung

Saat berlari, denyut jantung meningkat dan membuat sirkulasi darah menjadi lebih lancar. Hal ini ternyata bisa melatih otot jantung dan membuatnya menjadi lebih kuat. Sirkulasi darah yang lancar juga bisa menurunkan risiko terkena hipertensi, kolesterol tinggi, dan aterosklerosis.

  1. Menjaga Berat Badan

Berlari bisa membantu membakar kalori dan lemak di dalam tubuh sehingga berat badan bisa dijaga dalam kondisi normal. Risiko terkena obesitas pun bisa diturunkan dengan signifikan.

  1. Mengatasi Stres

Berlari ternyata bisa membantu mengembalikan keseimbangan hormon di dalam otak. Hal ini akan berimbas pada suasana hati yang lebih baik dan perasaan lebih bahagia. Jika kita berlari di tempat dengan udara yang segar atau pemandangan yang indah, manfaatnya bahkan bisa lebih terasa.

  1. Membuat Persendian Semakin Kuat

Tak hanya tulang dan otot, pakar kesehatan menyebut rutin berlari bisa membuat persendian dan tulang rawan menjadi semakin kuat. Risiko terkena masalah nyeri sendi pun bisa diturunkan dengan signifikan.

  1. Menurunkan Risiko Kanker Payudara

Pakar kesehatan menyebut rutin berlari bisa membantu kita menurunkan risiko terkena kanker payudara hingga 20 persen.

 

 Sumber:

  1. Reynolds, Gretchen. 2019. Surprise, surprise: Marathon running may be good for your knees. https://cnalifestyle.channelnewsasia.com/wellness/marathon-running-may-be-good-for-your-knees-12177702. (Diakses pada 8 Januari 2020).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi