DokterSehat.Com – Salah satu jenis olahraga yang dianggap sangat murah namun bisa memberikan dampak kesehatan yang maksimal adalah olahraga lari. Lari sendiri bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Uniknya, dibalik kesederhanaan olahraga ini, ada mitos yang berkembang pesat mengenai lari oleh masyarakat. Apa sajakah mitos-mitos tentang olahraga lari ini? Pakar kesehatan Michele Olson, PhD dari Auburn University akan memberikan penjelasan mengenai hal ini.

Mitos pertama mengenai olahraga lari adalah kita harus melakukan peregangan sebelum memulai berlari. Menurut Olson, hal ini ternyata tidak perlu dilakukan karena ternyata melakukan peregangan sama sekali tidak akan memberikan pemanasan yang optimal bagi tubuh. Alih-alih melakukan peregangan, kita justru bisa memulai olahraga lari dengan berjalan santai terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan cepat selama 10 menit dan barulah kita mulai berlari. Pada saat berjalan ini, berusahalah untuk banyak menghirup oksigen agar otot-otot menjadi lebih hangat dan siap untuk berlari.
Kadang kala olahraga lari akan menyebabkan masalah kram otot dan orang pun akan langsung menyalahkan asupan kalium yang sangat minim sebagai penyebabnya. Menurut Olson, hal ini ada benarnya namun ada faktor lain yang menentukan layaknya rendahnya kadar glukosa, air, dan juga natrium. Kurangnya kadar nutrisi tersebut akan membuat asam laktat terbentuk dan menyebabkan kram. Jika hal ini terjadi, istirahatkan tubuh selama 1 menit hingga 90 detik untuk mengatasi kram. Sementara itu, untuk mencegahnya, kita bisa banyak meminum air putih.
Banyak orang yang berkata jika kita tidak boleh langsung duduk setelah berlari dan cobalah untuk berjalan dan mengatur nafas terlebih dahulu. Menurut Olson, kita sebenarnya bisa langsung duduk sambil mengatur nafas dan tidak akan ada masalah yang mendera tubuh.
Mitos terakhir tentang olahraga lari adalah berlari dengan rutin akan mampu mencegah osteoprosis. Olson berkata jika berlari memang bisa menjaga kesehatan tulang belakang dan tulang pinggung. Namun, ada baiknya kita mengimbanginya dengan latihan bagi seluruh tubuh layaknya yoga atau angkat beban agar osteoporosis benar-benar bisa dicegah dengan maksimal.