Terbit: 18 December 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Bagi masyarakat Indonesia, telur ayam dan telur puyuh adalah bahan makanan yang mudah untuk didapatkan. Namun, banyak kabar beredar di masyarakat mengatakan bahwa kandungan telur puyuh bisa lebih membahayakan kesehatan dibanding telur ayam, benarkah hal tersebut?

Telur Ayam dan Telur Puyuh, Mana yang Lebih Sehat?

Membandingan Kandungan Gizi Telur Puyuh dan Telur Ayam

Sebelum membahas lebih jauh perbandingan telur puyuh dan telur ayam, sering kali masyarakat beralih mengonsumsi telur puyuh hanya karena lebih praktis saat memakannya dan dipercaya tidak memicu kolesterol dibanding telur ayam. Benarkah hal tersebut?

Pada dasarnya, telur merupakan sumber protein yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh. Karena bentuk telur puyuh yang lebih kecil dari telur ayam, hal ini memungkinkan seseorang untuk mengonsumsinya lebih dari satu butir

Sebagai perbandingan, dalam satu porsi telur puyuh (5 butir) mengandung 5 gram lemak dan 6 gram protein. Kandungan lemak dan protein telur puyuh yang relatif sedikit ini membuat jumlah kalori telur puyuh juga relatif sedikit sekitar 71 kalori.

Dalam 5 butir telur puyuh terkandung 1,6 gram lemak jenuh, di mana hal ini merupakan kadar yang relatif tinggi. Jumlah ini bahkan lebih tinggi dibandingkan telur ayam yang mengandung lemak jenuh sebanyak 1,5 gram dalam satu butir. Sementara itu, dalam satu butir telur ayam rata-rata terkandung 72 kalori. Selain itu, kuning telur biasanya mengandung sekitar 6 mg lemak dan 180 – 200 mg kolesterol.

Meski kandungan telur ayam memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dari telur puyuh, namun sajian telur puyuh khas masyarakat Indonesia adalah menggunakan tusuk sate, di mana hal ini membuat Anda minimal menghabiskan 4 butir telur puyuh.

Hal inilah yang membuat telur puyuh dituduh menjadi penyebab meningkatnya kadar kolesterol dibanding telur ayam. Kandungan kolesterol telur ayam 114,74 mg per butir sementara kadar kolesterol telur puyuh 48,15 mg per butir. Kandungan kolesterol dalam telur ayam sudah mencapai 62% dari anjuran asupan kolesterol harian. Oleh karena itu, Anda harus membatasi asupan kolesterol dari makanan lain.

Meski begitu, makanan yang mengandung kolesterol tinggi belum tentu menyebabkan Anda mengalami tekanan darah dan kolesterol tinggi. Perlu diketahui, bahwa tubuh juga membutuhkan kolesterol untuk membuat vitamin D, membangun sel dan memproduksi hormon tertentu.

Selain itu, kandungan di dalam telur puyuh antara lain: zat besi, potasium, protein, dan vitamin A, B1, B2. Sedangkan kandungan dalam telur ayam adalah asam folat, kolin, biotin, serta vitamin A dan E.

Namun, Anda tidak perlu khawatir saat mengonsumsi telur, baik itu telur ayam atau telur puyuh karena ada beberapa orang yang mengalami kenaikan kolesterol meski hanya mengonsumsi kolesterol dengan jumlah yang sedikit.

Akan tetapi, beberapa orang lainnya tidak menunjukkan kenaikan kolesterol meski banyak mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol. Bagi Anda yang mudah mengalami kolesterol tinggi, mulai sekarang sebaiknya Anda membatasi asupan telur.

Batasan Mengonsumsi Telur

Para pakar kesehatan menyarankan untuk tidak terlalu sering mengonsumsi telur, batasan amannya adalah 6 butir telur per minggu. Namun, jika Anda memiliki penyakit kolesterol tinggi dan jantung, jangan mengonsumsi lebih dari 3 butir telur per minggu.

Selain itu, mereka yang menderita diabetes juga sebaiknya mengurangi konsumsi kolesterol dari makanan lain. Sebuah penelitian mengungkapkan, risiko terkena penyakit jantung lebih besar pada mereka yang diabetes dan mengonsumsi satu butir telur atau lebih setiap harinya.

Membatasi jumlah konsumsi telur bertujuan untuk mengurangai risiko pembentukan plak di dalam arteri. Ketika arteri sudah tersumbat maka aliran darah bisa berkurang dan berisiko menimbulkan stroke dan serangan jantung.

Disarankan untuk mengonsumsi telur matang dengan sempurna, karena mengonsumsi telur mentah bisa menyebabkan keracunan makanan. Akan lebih baik jika Anda mengonsumsinya tanpa menggunakan garam. Sementara menggoreng telur dapat meningkatkan lemak hingga 50 %

Meski telur termasuk salah satu jenis makanan sehat, namun ada beberapa orang tertentu yang harus membatasi asupan telur. Jika Anda tetap ingin mengonsumsi telur, Anda masih bisa mengonsumsi putih telur atau makanan yang terbuat dari putih telurnya saja.

Perlu Anda ketahui, sebagian besar vitamin dan mineral terkandung di dalam kuning telur, dan bermanfaat untuk memaksimalkan fungsi dan kesehatan tubuh Anda. Sementara itu, pada putih telur lebih banyak terdapat kandungan protein, sekitar 60% protein yang terdapat pada telur terdapat di putihnya dan 40% nya terdapat di kuning telur. Apabila Anda enggan mengonsumsi kuning telur, maka mineral dan vitamin yang berguna bagi tubuh tidak bisa Anda dapatkan.

Tips Mengolah Telur Sehat

Mengonsumsi telur setengah matang dapat menyebabkan keracunan makanan, khususnya bagi bayi, ibu hamil, orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah dan manula. Keracunan ini bisa terjadi apabila telur terkontaminasi bakteri Salmonella.

Seseorang yang terinfeksi bakteri Salmonella bisa mengalami beberapa gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, sakit perut, hingga muntah. Pada umumnya gejala ini bisa berlangsung 4-7 hari, namun pada beberapa kasus ada yang mengalami gangguan lebih lama. Dampak terburuknya adalah menimbulkan tifus. Guna menghindari keracunan makanan karena telur, memasak telur hingga matang merupakan pencegahan yang paling baik.

Sementara jika Anda ingin tetap mengonsumsi telur setengah matang, pastikan telur tersebut sudah melalui proses pasteurisasi guna membunuh bakteri di dalamnya. Selain itu, perhatikan juga prosedur penyimpanannya hingga alat-alat dapur yang digunakan.

Agar telur tetap aman hindari menggunakan telur yang cangkangnya sudah rusak karena hal ini memungkinkan terjadinya kontaminasi kuman. Simpanlah di tempat yang sejuk seperti di kulkas dan jangan lupa untuk cuci tangan hingga bersih sebelum dan setelah memasak telur. Waktu terbaik untuk mengonsumsi telur adalah 28 hari dari waktu bertelur.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi