Terbit: 2 November 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Salah satu makanan yang paling disukai oleh masyarakat Indonesia adalah mie instan. Rasanya yang enak dan mudah untuk didapatkan dengan harga yang murah menjadi nilai tambah dari makanan ini. Masalahnya adalah ada anggapan yang menyebut hobi makan mie instan bisa menyebabkan msalah kurang gizi. Apakah anggapan ini memang benar?

Hobi Makan Mie Instan Bisa Sebabkan Kurang Gizi

Kaitan Antara Mie Instan dengan Masalah Kurang Gizi

Di Indonesia, mie instan termasuk dalam makanan yang biasa dikonsumsi oleh anak-anak. Masalahnya adalah hal ini ternyata memang bisa menyebabkan masalah kurang gizi. Fakta ini diungkap oleh salah satu badanPBB, UNICEF.

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF pada Oktober 2019 ini, disebutkan bahwa 40 persen anak-anak dengan usia kurang dari lima tahun di Indonesia, Malaysia, dan Filipina mengalami masalah kurang gizi. Angka ini lebih besar dari rata-rata masalah kurang gizi di seluruh dunia.

Meskipun rasanya enak dan mengenyangkan, dalam realitanya mie instan termasuk dalam makanan yang rendah nutrisi dan tidak menyediakan kandungan gizi mikro dengan cukup seperti zat besi atau protein. Sebaliknya, kadar kalori dan garamnya justru sangat tinggi.

Kebanyakan orang yang mengonsumsi mie instan juga cenderung tidak menambahkan tambahan seperti sayuran, daging ikan, telur, dan lain-lain. Sayangnya, hal ini bisa membuat asupan gizi menjadi tidak seimbang.

Melihat fakta ini, sebaiknya memang kita lebih cermat dalam mengonsumsi mie instan. Batasi konsumsinya dan pastikan untuk memberikan tambahan lauk sehat pada mie instan jika sedang mengonsumsinya agar membuatnya menjadi lebih bergizi dan bisa memberikan manfaat kesehatan.

Dampak Terlalu Sering Mengonsumsi Mie Instan

Selain bisa menyebabkan masalah kurang gizi, pakar kesehatan menyebut ada dampak kesehatan lain yang bisa didapatkan jika kita terlalu sering mengonsumsi mie instan.

Berikut adalah dampak-dampak kesehatan tersebut.

  1. Bisa Meningkatkan Risiko Kanker

Dampak pertama yang bisa didapatkan jika kita terlalu sering mengonsumsi mie instan adalah peningkatan risiko kanker. Hal ini terkait dengan adanya kandungan kimia di dalamnya seperti butylated hydroxyanisole serta t-butylhydroquinone yang kurang baik untuk dikonsumsi dalam jangka panjang.

  1. Bisa Menyebabkan Sindrom Restoran China

Sindrom restoran China adalah kondisi yang disebabkan oleh tubuh yang terlanjur terbiasa dengan makanan yang diberi tambahan penyedap rasa sehingga membuat kita seperti merasa makanan dengan rasa lainnya menjadi kurang nikmat. Masalahnya adalah hal ini akan membuat kita seperti kurang bisa menikmati makanan sehat. Hal ini tentu akan membuat pola makan kita menjadi tidak sehat.

  1. Bisa Mengganggu Fungsi Otak

Rutin mengonsumsi mie instan bisa membuat kandungan tidak sehat di dalamnya semakin menumpuk dan akhirnya mempengaruhi jaringan otak. Bisa jadi hal ini akan mengganggu fungsi kognifitnya dengan signifikan.

  1. Merusak Sistem Metabolisme

Kandungan kalori dan garam di dalam mie instan sangatlah tinggi. Sebaliknya, kandungan nutrisi sehatnya sangatlah rendah. Rutin mengonsumsi mie instan tentu akan membuat sistem metabolisme lebih rentan mengalami gangguan dan membuat proses penyerapan nutrisi dan pengendalian berat badan menurun.

  1. Bisa Menyebabkan Obesitas

Kandungan kalori di dalam mie instan yang sangat tinggi bisa membuat kita mengonsumsi kalori dengan berlebihan. Masalahnya adalah hal ini terbukti bisa membuat berat badan naik sekaligus meningkatkan risiko terkena obesitas.

  1. Peningkatan Tekanan Darah

Kandungan natrium atau garam yang tinggi di dalam mie instan bisa memicu peningkatan tekanan darah jika terlalu sering dikonsumsi. Hal ini tentu bisa menyebabkan datangnya hipertensi.

 

Sumber:

  1. 2019. High on ease, low on nutrition: Instant noodle diet harms Asian kids. channelnewsasia.com/news/asia/instant-noodle-diet-harms-asian-kids-nutrition-health-unicef-12001162. (Diakses pada 2 November 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi