Terbit: 5 August 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Anda tentu sudah sangat mengenal bahwa metode masak menggoreng akan menyebabkan banyak kandungan lemak dalam makanan atau masakan. Hal ini memang benar karena menggoreng menggunakan minyak sebagai perantara panas.

Selain Menggoreng, 3 Cara Masak Ini Ternyata Juga Banyak Mengandung Lemak!

Akan tetapi, masih ada cukup banyak lho metode masak yang ternyata juga banyak mengandung lemak, penasaran?

Metode masak yang tinggi lemak

Berikut beberapa metode masak yang banyak mengandung lemak:

1. Masak dengan kuah santan kental

doktersehat-gizi-sayur-santan

Photo Credit: Flickr.com/BlueJules

Anda penggemar masakan bersantan? Masakan dengan kuah santan kental memang super nikmat, ya. Sebut saja opor, gulai, sayur asam dengan santan, sayur lodeh, atau sayuran berkuah lainnya. Sayangnya meskipun nikmat, masakan yang berkuah santan memiliki kandungan lemak yang tinggi.

Biasanya, kita kurang menyadari bahwa kelapa, yang merupakan bahan baku santan merupakan salah satu bahan makanan sumber lemak. Dalam berbagai pedoman kesehatan, kelapa merupakan salah satu bahan makanan yang termasuk dalam makanan dalam golongan minyak.

Dalam 1-2 sendok santan encer setara dengan 1 sendok makan minyak. Hal ini tentu membuat penggunaan santan, utamanya santan yang kental dapat meningkatkan asupan lemak dalam masakan.

Maka dari itu, sebisa mungkin hindari menggunakan santan pada masakan. Jika memang perlu, gunakan santan encer dan hindari memanaskan berulang masakan bersantan karena akan meningkatkan kadar lemak dalam masakan.

2. Masakan berkuah kaldu kental, utamanya dari kaldu hewani

doktersehat-tips-sup-sehat

Photo Credit: Flickr.com/Chris

Masakan yang berkuah, tentu super nikmat jika disajikan kental apalagi jika kekentalan tersebut diperoleh dari kaldu bahan makanan. Kaldu dari daging atau tulang, merupakan salah satu jenis keldu yang banyak dipilih karena bisa memberika cita rasa yang gurih.

Sayangnya, penggunaan kaldu dari makanan hewani, rentan menambah asupan lemak, utamanya lemak jenuh dalam masakan. Hal ini tentu sangat merugikan mengingat asupan lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh.

Untuk itu, hindari menggunakan kaldu dari hewani, ganti dengan kaldu dari bawang, daun bawang, atau sayuran yang bercita rasa khas, misalnya wortel.

3. Deep frying atau menggoreng tepung

Makanan-sebabkan-perut-buncit-puasa-doktersehat-1

Photo Credit: Flickr.com/Anokarina

Sama-sama menggoreng, namun metode pemasakannya sedikit berbeda dari menggoreng makanan secara langsung.

Deep frying adalah metode masak yang merendam seluruh bagian bahan makanan ke dalam minyak panas. Hal ini bertujuan untuk mematangkan masakan dengan maksimal dan menciptakan cita rasa yang lebih garing.

Sayangnya, penyerapan minyak pada metode ini cenderung lebih banyak dari minyak biasa, apalagi jika bahan makanan, misalnya ikan atau ayam dibalut dengan tepung. Maka kandungan lemak di dalamnya akan semakin tinggi.

Maka dari itu, sebisa mungkin hindari memilih metode masak deep frying atau menggoreng dengan tepung, utamanya untuk lauk hewani yang tinggi lemak.

Nah, itu dia 3 jenis metode masak yang harus kita hindari agar asupan lemak dalam tubuh tidak berlebihan.

Tips menghindari asupan lemak berlebihan pada saat menggoreng

doktersehat minyak zaitun untuk pelumas

photo credit: Pexels

Untuk menghindari asupan lemak dalam tubuh berlebihan, berikut beberapa tips yang bisa Anda lakukan:

  1. Selalu utamakan metode masak rendah lemak, misalnya bakar, kukus, rebus, panggang, atau asap
  2. Jika ingin menggoreng, gunakan metode menggoreng tanpa minyak, misalnya menggunakan alat khusus
  3. Batasi konsumsi makanan yang digoreng tidak lebih dari 5 porsi dalam sehari
  4. Usahakan menggunakan minyak nabati, misalnya minyak zaitun atau biji bunga matahari, jika ingin mengonsumsi makanan dalam metode masak yang digoreng, dan
  5. Hindari memanaskan berulang atau menggoreng makanan bersantan, bekaldu kental dan deep frying kembali.

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi