Terbit: 19 February 2019 | Diperbarui: 24 May 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Salah satu sumber nutrisi yang cukup penting dan kerap menjadi bahan perdebatan adalah telur. Mengapa telur? Karena bahan makanan ini di satu sisi mengandung cukup banyak nutrisi dan bisa menyuplai kebutuhan protein harian. Di sisi lain, telur juga mengandung kolesterol dan berisiko sebabkan gangguan pada jantung.

Mengonsumsi Telur Utuh, Sehat atau Berbahaya bagi Kesehatan?

Lantas, mana yang benar dan bisa diikuti? Jawabannya tidak mudah karena setiap orang memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, simak beberapa ulasan tentang telur di bawah ini agar bisa menentukan sendiri manfaatnya atau menghindarinya karena alasan tertentu.

Manfaat telur kalau dikonsumsi dengan benar

Telur utuh kalau dikonsumsi dengan benar baik takaran atau cara pengolahannya bisa memberikan beberapa manfaat di bawah ini.

  • Memberikan rasa kenyang lebih lama. Mengonsumsi 1-2 butir saat pagi bisa tahan hingga makan siang.
  • Membantu penurunan berat badan kalau diintegrasikan dengan beberapa jenis diet.
  • Telur mengandung kolin yang merupakan nutrisi untuk otak agar selalu sehat.
  • Telur mencegah katarak yang terjadi pada orang tua.
  • Mencegah inflamasi yang terjadi pada tubuh dan menghindari munculnya penyakit tertentu.

Mengapa klaim tidak sehat selalu diberikan pada telur?

Telur utuh terdiri dari dua komponen, pertama bagian putih yang menjadi sumber dari protein. Selanjutnya bagian kuning yang mengandung nutrisi lain. Dua bagian ini akan memberikan banyak manfaat pada tubuh meski beberapa orang menganggap kuning telur adalah bagian yang berbahaya.

Penyebab kuning telur dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya adalah kandungan kolesterolnya. Seperti yang kita tahu kolesterol di dalam darah bisa menyebabkan pengendapan di pembuluh darah. Dampaknya, gangguan pada tubuh khususnya sistem kardiovaskular sangat besar.

Selanjutnya pada tahun 1960-an muncul aturan pembatasan kolesterol di Amerika. Hal ini diikuti oleh beberapa organisasi kesehatan lainnya. Dampak dari rekomendasi ini konsumsi telur jadi anjlok dan bahan makanan sehat ini dianggap sebagai pemicu gangguan pada tubuh.

Benarkah mengonsumsi telur utuh memicu kolesterol?

Dalam dua butir telur utuh terdapat kandungan kolesterol sekitar 400 mg. Sementara itu jumlah konsumsi harian maksimal 300 mg. Artinya dalam satu hari hanya boleh mengonsumsi 1-2 butir saja, tidak bisa lebih.

Selama beberapa tahun, batasan ini dilakukan dan diterbitkan ke beberapa panduan makanan sehat. Namun, beberapa tahun silam, batasan konsumsi kolesterol dihapus atau tidak ada batas atas atau bawahnya. Sejak itulah telur mulai dilirik lagi sebagai sumber protein yang terjangkau dan memiliki cukup banyak nutrisi kainnya.

Oh ya, apakah telur benar-benar menyebabkan gangguan pada tubuh khususnya sistem kardiovaskular? Jawabannya tidak, dari beberapa penelitian yang dilakukan pada manusia sehat, tidak ada kenaikan berarti dari kolesterol di dalam tubuh.

Mengapa tidak ada kenaikan? Pada dasarnya tubuh mengenal hukum keseimbangan. Saat tubuh dipenuhi kolesterol yang didapat dari makanan, hati tidak akan membuatnya. Produksi kolesterol yang ada di hati disetop atau dibuat lebih sedikit. Sebaliknya kalau kolesterol dari makanan tidak didapatkan, hati akan memproduksi yang sesuai untuk tubuh.

Oh ya, kolesterol adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh pada tingkat sel. Kalau tidak ada kolesterol, sel di dalam tubuh tidak akan bisa berjalan dengan lancar. Dampaknya, kita sendiri yang akan mendapatkan masalah.

Apakah telur meningkatkan risiko gangguan jantung?

Barangkali efek telur terhadap kesehatan jantung menjadi perhatian banyak orang. Mengonsumsi telur bisa meningkatkan LDL di dalam tubuh. Padahal secara fakta tidak. Mengonsumsi 1-2 telur setiap hari tidak menyebabkan apa-apa pada tubuh. Bahkan cenderung memberikan manfaat.

Kandungan omega-3 pada telur bermanfaat untuk otak. Selanjutnya konsumsi telur secara tepat juga membuat tubuh mengalami penurunan inflamasi yang bisa memicu gangguan pada jantung.

Sederhananya, telur yang dikonsumsi dalam jumlah seimbang setiap hari tidak akan menyebabkan gangguan jantung. Justru m jantung terbantu menjadi lebih sehat sehingga tubuh tidak menerima efek samping lainnya.

Apakah makan telur meningkatkan risiko diabetes?

Dari beberapa studi yang dilakukan, telur memiliki hubungan erat dengan pradiabetes dan diabetes. Meski studi ini tidak secara umum menyebutkan apakah telur menyebabkan diabetes, beberapa praktisi merekomendasikan pembatasan telur untuk konsumsi harian.

Karena kejelasan masalah kolesterol dengan diabetes masih simpang siur, ada baiknya Anda melakukan pembatasan konsumsi saja. Misal dalam satu hari hanya bisa mengonsumsi telur sebanyak 1-2 butir saja. Kebutuhan protein bisa diganti dengan daging, ayam, atau tempe.

Kalau sedang makan telur juga usahakan tidak terlalu mengonsumsi karbohidrat terlalu banyak. Dari beberapa penelitian yang dilakukan, diet rendah karbohidrat dan medium protein bisa membantu menjaga kesehatan tubuh dan menurunkan berat badan berlebih atau obesitas yang memicu diabetes.

Gen dan respons terhadap telur

Seseorang dengan kondisi gen tertentu lebih rentan mengalami gangguan tubuh apabila mengonsumsi telur.

  • Gen ApoE4. Gen ini menyebabkan seseorang lebih mudah mengalami diabetes, kolesterol tinggi, dan serangan jantung. Konsumsi telur yang terlalu tinggi semakin cepat menyebabkan beberapa gangguan penyakit.
  • Familial hypercholesterolemia. Seseorang dengan kondisi ini memiliki kolesterol yang sangat tinggi di dalam tubuhnya. Kalau mengonsumsi telur, ada kemungkinan kolesterol semakin tinggi sehingga menghindari adalah hal yang tepat.
  • Dietary cholesterol hyper-responders. Orang dengan kondisi ini akan mudah terpicu memiliki kolesterol di dalam darah kalau mengonsumsi telur atau sumber kolesterol lainnya.

Dari ulasan di atas terlihat dengan jelas kalau telur utuh sebenarnya memberikan manfaat. Namun, harus dikonsumsi dengan jumlah tepat dan orang yang tepat pula. Seperti halnya dengan obat, kadang ada yang cocok dan kadang tidak memberikan efek sama sekali. Jadi, hanya makan sesuai kebutuhan tubuh.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi