Terbit: 25 April 2019 | Diperbarui: 5 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Meski sudah berkali-kali diingatkan pakar kesehatan tentang pentingnya sarapan, dalam realitanya masih banyak orang yang malas melakukannya. Biasanya, mereka tidak mampu menyempatkan diri untuk sarapan akibat kesibukan. Bagi mereka yang tinggal di kota besar misalnya, tak lagi sempat memasak atau makan karena tidak ingin telat ke tempat beraktivitas. Masalahnya adalah kebiasaan ini bisa memberikam dampak yang tidak bisa disepelekan.

Sering Malas Sarapan Bisa Picu Kematian Dini

Bahaya malas sarapan

Pakar kesehatan menyebut kebiasaan malas sarapan bisa meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular layaknya penyakit jantung atau stroke. Bahkan, sebuah penelitian yang dipublikasikan hasilnya dalam Journal of American College of Cardiology menghasilkan fakta bahwa orang-orang yang tidak pernah sarapan cenderung memiliki risiko terkena penyakit kardiovaskular 87 persen lebih besar dibandingkan dengan orang yang jarang sarapan.

“Penelitian kami membuktikan tingginya dampak yang bisa didapatkan dari kebiasaan sarapan pagi,” ungkap Wei Bao, pemimpin penelitian yang berasal dari University of Iowa, Amerika Serikat.

Dalam penelitian ini, 6.550 orang dewasa yang tinggal di Amerika Serikat dilibatkan dalam survei berjudul National Health and Nutrition Examination Survey yang diadakan pada 1988-1994. Hasil dari survey ini adalah, 5,1 persen partisipan tidak pernah sarapan, 10,9 persen jarang sarapan, 25 persen kadangkala tidak sarapan, dan 59 persen rutin sarapan. Setelah dibandingkan dengan risiko terkena kematian dini akibat penyakit kardiovaskular, dihasilkan fakta bahwa kebiasaan tidak sarapan dan jarang sarapan bisa membahayakan kesehatan.

Bao menyebut tidak sarapan mempengaruhi indeks massa tubuh dan sistem metabolisme secara keseluruhan. Hal inilah yang akhirnya terkait dengan risiko terkena penyakit jantung.

“Temuan kami mendukung hasil penelitian sebelum-sebelumnya yang juga menyebut kebiasaan malas sarapan memang bisa membahayakan kesehatan,” terang Bao.

Berbagai dampak buruk dari kebiasaan malas sarapan

Pakar kesehatan menyebut ada banyak sekali dampak buruk dari kebiasaan malas sarapan.

Berikut adalah dampak-dampak kesehatan tersebut.

  1. Kekacauan sistem metabolisme tubuh

Pakar kesehatan menyebut dampak melewatkan waktu makan saat sarapan pagi lebih buruk dari melewatkan waktu makan siang. Hal ini disebabkan oleh kacaunya sistem metabolisme tubuh jika kita sering melakukannya. Tak hanya membuat kita lebih rentan terkena gangguan pencernaan, kekacauan metabolisme ini juga bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan sistem-sistem lainnya.

  1. Bisa membuat tubuh mudah gemuk

Kekacauan sistem metabolisme tubuh ternyata juga berimbas pada peningkatan risiko mengalami kenaikan berat badan. Karena tidak mendapatkan asupan makanan yang bisa menyediakan energi untuk beraktivitas, kita pun jadi lebih tertarik untuk ngemil atau makanan-makanan yang tidak sehat. Bahkan, saat makan siang kita bisa jadi akan ‘balas dendam’. Hal inilah yang akhirnya membuat asupan kalori berlebihan dan meningkatkan berat badan.

  1. Susah bersemangat dan berkonsentrasi

Tanpa adanya asupan makanan di pagi hari, maka tubuh akan mengalami penurunan kadar gula darah. Hal ini mempengaruhi energi tubuh dan fungsi otak secara keseluruhan, tubuh akan mudah lelah dan lemas, kepala mudah pusing, dan kita pun sulit untuk berkonsentrasi atau berpikir. Pekerjaan pun bisa menjadi semakin tidak karuan.

Terganggunya fungsi otak juga bisa menyebabkan masalah psikologis. Berdasarkan sebuah penelitian, disebutkan bahwa 26 persen orang yang jarang sarapan cenderung rentan mengalami gangguan suasana hati dan mudah untuk terpancing emosinya.

  1. Merusak siklus menstruasi

Sebuah penelitian yang diunggah dalam jurnal Appetite menyebut kebiasaan malas sarapan bisa membuat wanita mengalami gangguan siklus menstruasi. Risiko mengalami masalah menstruasi layaknya kram perut dan lain-lain juga meningkat.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi