Terbit: 22 May 2019 | Diperbarui: 6 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Kebanyakan orang berpikir makanan yang tinggi kandungan lemak trans atau lemak jahat sebagai gorengan dan makanan bersantan saja. Padahal, ada cukup banyak jenis makanan dengan kandungan lemak trans tinggi yang sebenarnya sering kita konsumsi. Masalahnya adalah jika kita tidak membatasi konsumsinya, bisa jadi risiko untuk terkena kolesterol tinggi akan meningkat dengan signifikan.

7 Makanan yang Ternyata Tinggi Lemak Trans, Bisa Picu Kolesterol!

Beberapa jenis makanan yang tinggi kandungan lemak trans

Mengingat masalah kolesterol tinggi bisa memicu penumpukan plak di dalam pembuluh darah, maka hal ini bisa saja menyebabkan kenaikan risiko terkena penyakit jantung atau stroke yang mematikan. Karena alasan inilah kita sebaiknya memang tidak sembarangan mengonsumsi makanan yang tinggi kandungan lemak.

Berikut adalah beberapa makanan tinggi kandungan lemak trans yang sebaiknya kita batasi konsumsinya.

  1. Roti yang diberi tambahan selai kacang

Banyak orang yang sengaja membeli roti yang diberi tambahan selai kacang karena rasanya yang enak. Masalahnya adalah roti ini ternyata memiliki kandungan lemak trans yang tinggi. Bahkan, jika kita membeli roti tawar yang diberi tambahan selai kacang sendiri, dampaknya juga cenderung sama saja.

Hal ini disebabkan oleh bahan selai kacang yang menggunakan minyak terhidrogenasi yang bisa membuatnya menjadi lebih awet. Sayangnya, bahan minyak ini termasuk dalam golongan lemak trans yang tidak sehat.

  1. Margarin

Salah satu bahan makanan yang ternyata memiliki kandungan lemak trans paling banyak adalah margarin. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan minyak terhidrogenasi. Masalahnya adalah beberapa jenis makanan olahan atau jajanan yang kita konsumsi menggunakan bahan ini.

Bahkan, jika kita menemukan margarin dengan label bebas lemak trans, bisa jadi hal ini tidak benar karena adanya kandungan minyak terhidrogenasi.

  1. Biskuit

Biskuit yang sering kita jadikan camilan ternyata juga tinggi kandungan lemak trans, lho. Kandungan ini memang bisa membuat rasa biskuit menjadi lebih nikmat. Selain biskuit, kue-kue yang dijajakan di berbagai tempat juga biasanya tinggi kandungan lemak trans.

Melihat fakta ini, pakar kesehatan menyarankan kita untuk selalu mengecek label kemasan dari biskuit atau camilan-camilan lainnya untuk mengetahui apakah adanya kandungan lemak trans atau minyak terhidrogenasi di dalamnya atau tidak.

  1. Krakers

Sejenis dengan biskuit, namun krakers biasanya memiliki rasa yang lebih asin. Banyak orang yang menjadikannya camilan karena rasanya yang nikmat dan mengenyangkan. Sayangnya, menurut pakar kesehatan, krakers juga memiliki kandungan lemak trans atau minyak terhidrogenasi dalam jumlah yang banyak. Bahkan, dalam banyak kasus, krakers memiliki tambahan perasa buatan, pewarna buatan, dan gula tambahan yang tentu tidak baik bagi kesehatan jika terlalu sering dikonsumsi.

  1. Granola bar

Granola termasuk dalam makanan yang direkomendasikan untuk dikonsumsi saat sarapan, khususnya bagi mereka yang sedang menjalani program penurunan berat badan, namun jika granola yang akan kita konsumsi adalah yang berjenis granola bar, bisa jadi makanan ini justru kurang baik bagi kesehatan.

Granola bar biasanya sudah mendapatkan tambahan kandungan gula atau lemak trans yang tidak baik dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan.

  1. Popcorn

Popcorn atau berondong jagung yang bisa ditemukan dengan mudah di mana saja ternyata juga tinggi lemak trans. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan mentega yang biasanya dijadikan campuran pada makanan ini. Pakar kesehatan menyebut di dalam popcorn bisa ditemukan 0,5 gram lemak trans. Bahkan, jika popcorn ini diberi tambahan karamel, bisa jadi kandungan lemaknya naik hingga 1,5 gram!

  1. Pizza beku

Pizza beku memang praktis untuk diolah dan memiliki rasa yang lezat, namun kandungan lemak trans-nya mencapai 0,3 gram. Jumlah ini tentu sangat banyak dan bisa membahayakan kesehatan, bukan?


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi