Terbit: 21 February 2019 | Diperbarui: 27 May 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Batu ginjal tidak hanya disebabkan oleh kebiasaan kurang mencukupi asupan air putih setiap hari. Dalam realitanya, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan tertentu yang bisa menyebabkan penumpukan kristal di ginjal kita. Sebenarnya, makanan apa sajakah yang bisa menyebabkan datangnya batu ginjal?

Awas, Makanan Ini BIsa Memicu Batu Ginjal

Makanan penyebab batu ginjal

Data yang dikeluarkan oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 lalu menyebut 1 persen masyarakat Indonesia menderita batu ginjal. Meskipun terlihat rendah, 1 persen jika dikalikan populasi total Indonesia tentu sama saja dengan angka jutaan. Melihat adanya fakta ini, kita memang sebaiknya mencegah datangnya masalah kesehatan yang bisa menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa ini dengan cara membatasi asupan makanan atau minuman tertentu.

Berikut adalah beberapa jenis makanan dan minuman yang bisa menyebabkan datangnya batu ginjal.

  1. Teh hitam

Teh hitam dikenal luas sebagai minuman yang baik bagi kesehatan, namun menurut pakar kesehatan, jika kita mengonsumsinya dengan berlebihan, maka risiko untuk terkena batu ginjal bisa meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan kalsium, oksalat, dan asam urat di dalam minuman ini. Ketiga kandungan inilah yang bisa menyebabkan terbentuknya batu ginjal.

Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa 80 persen batu ginjal seringkali terkait dengan keberadaaan kalsium oksalat yang ada di dalam teh hitam. Karena alasan inilah kita sebaiknya tidak mengonsumsinya dengan berlebihan.

  1. Makanan dengan kandungan oksalat

Beberapa jenis makanan yang tinggi oksalat seperti kacang kedelai, tempe, ubi, dan bayam ternyata sebaiknya tidak dikonsumsi dengan berlebihan karena bisa saja menyebabkan kemunculan batu ginjal. Selain itu, kita juga sebaiknya tidak sembarangan dalam mengonsumsi kopi atau cokelat.

  1. Daging-dagingan

Meskipun rasanya enak dan bisa diolah menjadi berbagai jenis masakan yang lezat, dalam realitanya daging-dagingan jika dikonsumsi dengan berlebihan bisa menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan tubuh. Sebagai contoh, kita bisa saja mengalami peningkatan risiko terkena batu ginjal. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan purin di dalam daging, khususnya daging merah atau jeroan, yang bisa saja mengendap di dalam ginjal dan memicu datangnya masalah batu ginjal.

  1. Makanan olahan

Pakar kesehatan menyebut makanan olahan, makanan kalengan, dan makanan cepat saji sebagai makanan-makanan yang bisa menyebabkan batu ginjal. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan bahan pengawet seperti fosfor yang cukup tinggi. Karena alasan inilah kita sebaiknya membatasi konsumsi makanan-makanan tersebut. Jika kita membeli makanan kemasan, pastikan untuk mengecek kandungan fosfornya agar kita tidak mengonsumsinya dengan berlebihan.

  1. Makanan asin

Makanan yang asin akibat diberi garam terlalu banyak atau memiliki kandungan sodium yang sangat tinggi ternyata akan mempengaruhi penyerapan kalsium di dalam saluran pencernaan. Kalsium ini justru hanya akan menumpuk di dalam saluran kemih menjadi batu yang tentu akan memicu rasa nyeri.

  1. Telur

Dikenal luas sebagai makanan sehat, pakar kesehatan ternyata juga menyebut telur sebagai makanan yang sebaiknya tidak dikonsumsi dengan berlebihan karena bisa saja memicu datangnya masalah batu ginjal.

  1. Minuman berkarbonasi

Minuman berkarbonasi seperti minuman bersoda atau minuman energi cenderung tinggi kandungan asam fosfat. Hal ini berarti, sering mengonsumsinya akan membuat kita lebih rentan terkena batu ginjal dan penyakit ginjal kronis.

  1. Minuman beralkohol

Minuman beralkohol dikenal luas sebagai penyebab dari kerusakan organ-organ penting seperti ginjal dan hati. Selain itu, jika sering dikonsumsi, alkohol juga bisa meningkatkan risiko terkena batu ginjal.

Pastikan untuk menghindari makanan dan minuman tersebut demi mencegah datangnya batu ginjal.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi