Terbit: 26 December 2018 | Diperbarui: 6 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Telur adalah salah satu lauk yang paling sering kita konsumsi. Rasanya enak, harganya murah, dan bisa diolah menjadi berbagai macam masakan. Hanya saja, dari berbagai jenis masakan yang terbuat dari bahan telur, telur ceplok atau telur dadar menjadi yang paling sering kita konsumsi, khususnya saat dijadikan lauk.

Lebih Sehat Mana, Telur Ceplok atau Telur Dadar?

Cara mengolah telur yang tepat

Pakar kesehatan Prof. Dr. dr. Ir. Rindit Pambayun, MP yang berasal dari Universitas Sriwijaya, Palembang menyebut cara pengolahan telur yang paling sehat sebenarnya adalah telur rebus. Bahkan, menurut Prof. Rindit, cara pengolahan ini jauh lebih sehat dibandingkan dengan telur mentah yang dipercaya banyak orang bisa memberikan banyak manfaat kesehatan. Padahal, dalam realitanya telur mentah justru berpotensi memiliki kandungan bakteri yang bisa berbahaya bagi tubuh kita.

Bahkan, jika kita makan telur mentah, ada kemungkinan kita mengonsumsi zat aviding yang ada di dalam bagian putih telur. Zat ini mampu mengikat berbagai macam nutrisi sehingga kita justru tidak akan mendapatkan manfaat sehat apapun dari telur. Prof. Rindit juga menyarankan kita untuk merebus telur selama 5 atau 10 menit saja. Dengan cara ini, maka zat avidin di dalamnya akan terurai dan kita pun tidak akan terpapar bakteri berbahaya.

Jika kita ingin mengolah telur dengan cara digoreng, baik itu dengan cara didadar atau dijadikan telur ceplok, Prof. Rindit justru menyarankan kita untuk mengolahnya menjadi telur ceplok saja. Hal ini disebabkan oleh proses pengocokan telur saat kita mencampur bagian putih dan kuningnya yang bisa membuat zat avidin justru mengikat nutrisi di dalam kuning telur.

Sebagai contoh, kandungan senyawa biotin di dalam kuning telur justru akan terikat oleh zat avidin dan tidak bisa diserap oleh tubuh. Padahal, senyawa ini sangatlah penting bagi proses metabolisme beberapa jenis nutrisi seperti lemak, karbohidrat, dan protein. Jika kita kekurangan asupan biotin, maka kita pun akan lebih rentan terkena masalah rambut rontok, dermatitis, diabetes tipe 2, dan depresi.

Selain memilih cara memasak telur yang benar. Prof. Rindit juga meminta kita untuk menggunakan minyak goreng yang sehat seperti yang terbuat dari bahan nabati, dan minyak yang baru dipakai, bukannya yang sudah beberapa kali dipakai untuk menggoreng.

Batasan makan telur

Meski tinggi manfaat kesehatan, banyak orang yang percaya jika kebiasaan makan telur setiap hari bisa menyebabkan efek buruk seperti bisulan atau bahkan berjerawat. Bahkan, banyak orang yang takut akan mengalami masalah kolesterol tinggi jika kita terlalu banyak makan telur.

Beruntung, menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan hasilnya dalam American Journal of Clinical Nutrition, dihasilkan fakta bahwa mengonsumsi 12 telur dalam jangka waktu 7 hari atau satu pekan masih dianggap aman bagi kesehatan tubuh kita. Bahkan, penderita diabetes juga masih boleh mengonsumsi telur dalam jumlah tersebut.

Dalam penelitian ini, dihasilkan fakta bahwa mengonsumsi telur sebanyak ini tidak akan menyebabkan efek samping yang selama ini ditakutkan oleh banyak orang seperti munculnya peradangan, kenaikan glukosa darah, hingga peningkatan risiko terkena masalah kardiometabolik.

Kaitan konsumsi telur dengan kolesterol

Lantas, bagaimana jika kita kaitkan dengan kadar kolesterol? Pakar kesehatan menyebutkan bahwa jika kita memiliki tubuh yang sehat, maka kita sebaiknya membatasi asupan makanan berkolesterol maksimal 300 mg saja. Hanya saja, jika kita memiliki masalah kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes, hingga kolesterol tinggi, asupannya bisa dibatasi hingga kurang dari 200 mg setiap harinya.

Demi memenuhi kebutuhan gizi sekaligus mencegah asupan kolesterol agar kita tidak berlebihan, pakar kesehatan menyarankan kita untuk mengonsumsi satu atau dua butir saja dalam sehari.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi