Terbit: 18 October 2019 | Diperbarui: 31 May 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Meski kopi digemari oleh banyak orang karena dianggap bisa menambah semangat, dalam realitanya kita tidak boleh mengonsumsinya dengan berlebihan. Bahkan, ada yang menyebut konsumsi kopi bisa saja meningkatkan risiko osteoporosis. Apakah anggapan ini memang benar?

Benarkah Kopi Bisa Memicu Osteoporosis?

Kaitan Antara Kopi dengan Risiko Osteporosis

Pakar kesehatan dr. Robert Recker dari Osteoporosis Research Center at Creighton University, Omaha, Amerika Serikat menyebut kita tidak perlu khawatir untuk minum kopi. Menurutnya, hingga saat ini, banyak penelitian yang membuktikan bahwa tidak ada kaitan antara kopi dengan peningkatan risiko terkena patah atau retak tulang.

Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan pada 2013 silam yang melibatkan 61 ribu wanita di Swedia selama 20 tahun membuktikan bahwa mengonsumsi empat cangkir kopi atau lebih dalam sehari terkait dengan penurunan kepadatan tulang dengan kadar yang cukup minim. Hal ini dianggap tidak akan meningkatkan risiko terkena osteoporosis, keretakan, dan patah tulang.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan pada 2017 dan dipublikasikan hasilnya dalam jurnal Food and Chemical Toxicology menghasilkan fakta bahwa konsumsi kopi tidak memberikan dampak yang signifikan bagi kepadatan tulang, khususnya pada orang dewasa yang mendapatkan asupan kalsium cukup setiap hari.

Sebagai informasi, National Institutes of Health menyarankan wanita dengan usia 51 hingga 70 tahun disarankan untuk mengonsumsi 1.200 mg kalsium setiap hari. Pria dengan usia yang sama juga disarankan untuk mengonsumsi 1.000 mg kalsium setiap hari.

Benarkah Minum Kopi Bisa Menurunkan Kalsium?

Pakar kesehatan Connie Weaver dari Purdue University menyebut meningkatkan asupan kafein memang bisa membuat semakin banyak kalsium terbuang lewat buang air kecil. Hanya saja, hal ini juga berimbas pada tubuh yang berusaha untuk menyerap kalsium dari berbagai hal yang mereka konsumsi.

Pakar kesehatan menyebut kafein memang bisa membuat proses penyerapan kalsium dari berbagai makanan dan minuman akan meningkat, namun hal ini tidak akan mudah terjadi jika kita mau membatasi asupan kafein maksimal dua cangkir saja setiap hari. Minuman dengan kandungan kafein lainnya seperti teh atau minuman bersoda juga bisa kita batasi demi mencegah dampak buruk bagi kesehatan.

Pakar kesehatan juga menyarankan kita untuk memperbanyak asupan air putih dan membatasi asupan garam demi mencegah datangnya masalah osteoporosis. Kita juga sebaiknya memperbanyak asupan makanan atau suplemen kalsium demi menjaga kesehatan tulang.

Mencegah Osteoporosis

Mengingat osteoporosis bisa menyebabkan dampak kesehatan yang lebih serius seperti patah atau retak tulang, pakar kesehatan menyarankan kita untuk mencegahnya.

Berikut adalah berbagai cara untuk mencegah hal ini.

  1. Mengonsumsi Makanan Sehat

Makanan dengan asupan vitamin D yang tinggi seperti susu kedelai, kuning telur, atau hati sapi bisa membantu menjaga kesehatan dan kekuatan tulang. Kita juga bisa mengonsumsi makanan dengan kadar kalsium tinggi layaknya tahu, tempe, dan ikan sarden.

  1. Menikmati Sinar Matahari Pagi

Menikmati sinar matahari pagi bisa membuat tubuh memproduksi vitamin D dengan lebih baik. Lakukan setidaknya 10 menit sebelum pukul 09.00 pagi. Akan jauh lebih baik jika kita juga menikmatinya dengan melakukan olahraga.

  1. Tak Lagi Merokok

Merokok bisa meningkatkan risiko terkena osteoporosis dengan signifikan. Kita sebaiknya menghindari atau berhenti melakukan kebiasaan ini.

  1. Tak Lagi Minum Alkohol

Jika kita rutin mengonsumsi alkohol, maka risiko terkena osteoporosis akan semakin meningkat.

  1. Rutin Berolahraga

Latihan kekuatan bisa membantu meningkatkan kekuatan dan kepadatan tulang. Lakukan sembari menikmati sinar matahari pagi demi mendapatkan manfaat kesehatannya dengan maksimal.

 

Sumber:

  1. Saint Louise, Catherine. 2017. Is Coffee Bad for Your Bones? Image. nytimes.com/2017/08/25/well/eat/is-coffee-bad-for-your-bones.html (Diakses pada 18 Oktober 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi