DokterSehat.Com – Dalam rangka menjaga kadar gula dalam tubuh tetap normal, setiap orang harus menjaga setiap asupan makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya. Kadar gula darah dikatakan terlalu tinggi jika melebihi angka 200 mg/dL. Kadar gula darah yang terlalu tinggi dalam dunia medis disebut hiperglikemia.
Pada banyak kasus, kondisi ini dialami oleh penderita diabetes yang tidak bisa menjalani gaya hidup sehat seperti terlalu banyak makan, jarang berolahraga, atau lupa mengonsumsi obat diabetes atau insulin.
Meski begitu, orang normal yang tidak menderita diabetes bisa juga terkena hiperglikemia, terutama saat sedang menderita sakit berat. Tanda-tanda seseorang memiliki kadar gula darah terlalu tinggi adalah badan terasa lelah, nafsu makan meningkat, bobot tubuh berkurang, sering merasa haus, dan sering buang air kecil.
Selain menderita hal-hal tersebut, kadar gula darah terlalu tinggi, terutama yang tidak pernah mendapat pengobatan, juga bisa menyebabkan bahaya serius seperti ketoasidosis diabetik, sebuah komplikasi diabetes mematikan yang disebabkan oleh tingginya produksi asam darah tubuh yang disebut keton.
Lantas, apa yang harus dilakukan untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil?
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Dairy Science, H. Douglas Goff, PhD dan tim Human Nutraceutical Research Unit di University of Guelph, bekerja sama dengan University of Toronto, meneliti efek samping mengonsumsi susu berprotein tinggi saat sarapan dan kaitan dengan kadar gula darah.
Temuan itu mengungkapkan, susu yang dikonsumsi dengan sereal mengurangi konsentrasi gula darah postprandial (kadar glukosa darah 2 jam setelah pemberian beban glukosa atau makanan) dibandingkan dengan air.
Sedangkan konsentrasi susu tinggi protein mampu mengurangi konsentrasi gula darah postprandial dibandingkan dengan konsentrasi protein susu normal. Asupan protein tinggi juga mengurangi nafsu makan setelah makan kedua dibandingkan dengan susu yang rendah protein.
“Penyakit metabolik sedang meningkat secara global, dengan diabetes tipe 2 dan obesitas sebagai keprihatinan utama dalam kesehatan manusia,” kata Dr. Goff dan tim seperti dikutip dari EurekAlert.org
“Dengan demikian, ada dorongan untuk mengembangkan strategi diet untuk pengurangan risiko dan manajemen obesitas dan diabetes untuk memberdayakan konsumen untuk meningkatkan kesehatan pribadi mereka,” imbuhnya.
Dalam penelitian acak, terkontrol, dan double-blinded ini, tim meneliti efek dari peningkatan konsentrasi protein dan meningkatnya whey protein dalam susu yang dikonsumsi dengan sereal saat sarapan dan munculnya perasaan kenyang.
Whey protein dan kasein secara alami hadir dalam susu kemudian memicu hormon pencernaan di lambung untuk memperlambat pencernaan dan meningkatkan perasaan kenyang. Proses pencernan whey protein pun jauh lebih cepat. Sementara kasein, salah satu jenis protein terbaik untuk memberikan efek kenyang yang lebih lama.
Seperti protein hewani lainnya, kasein memiliki kandungan asam amino yang lengkap, terutama asam amino leusin yang cukup tinggi. Selain itu, kasein juga mengandung berbagai jenis bioaktif peptida.
Ketika menjalankan fungsinya sebagai unsur yang membantu pembentukan otot, kasein bekerja lebih lambat dibandingkan whey protein. Kasein dicerna oleh tubuh dalam waktu sekitar tiga sampai empat jam.
Namun, proses pencernaan yang lambat tersebut malah memberikan manfaat yang banyak bagi tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan pengosongan lambung yang lebih lambat dan penyerapannya juga lebih lambat sehingga asam amino masuk ke aliran darah juga secara perlahan namun lebih bersifat stabil.
Meskipun tim penelitian ini hanya menemukan perbedaan sederhana dalam konsumsi makanan saat makan siang dan meningkatkan whey protein saat sarapan, mereka menemukan bahwa konsumsi susu bersama dengan makanan tinggi karbohidrat saat sarapan juga mengurangi gula darah bahkan setelah makan siang.
Susu dengan proporsi whey protein yang tinggi memiliki efek yang tidak terlalu signifikan pada kadar gula darah sebelum makan siang, akan tetapi susu tinggi whey protein mampu menurunkan kadar gula darah yang lebih besar daripada yang diberikan oleh susu biasa.
Menurut Dr. Goff dan tim, “Penelitian ini menegaskan pentingnya susu saat sarapan untuk membantu pencernaan karbohidrat yang lebih lambat dan untuk membantu menjaga kadar gula darah lebih rendah. Ahli gizi selalu menekankan pentingnya sarapan yang sehat, dan studi ini harus mendorong konsumen untuk memasukkan susu,” ungkapnya.