Terbit: 5 August 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Gorengan masih menjadi camilan yang paling digemari masyarakat Indonesia. Rasanya yang renyah sangat nikmat untuk dikonsumsi kapan saja, khususnya saat mengobrol dengan orang lain atau menonton acara televisi. Hanya saja, ada sebagian orang yang mengaku merasakan sakit kepala setelah mengonsumsi gorengan. Sebenarnya, apakah gorengan memang bisa menyebabkan dampak kesehatan ini?

Gorengan Bisa Picu Sakit Kepala?

Dampak makan gorengan bagi risiko sakit kepala

Kandungan lemak tidak sehat di dalam gorengan dikenal luas sebagai penyebab berbagai macam masalah kesehatan seperti penyakit jantung, obesitas, dan diabetes, namun pakar kesehatan menyebut dalam jangka pendek, makan gorengan memang bisa menyebabkan datangnya sakit kepala.

Hal ini ternyata terkait dengan adanya kandungan lemak trans yang ada dalam gorengan. Sebagaimana kita ketahui, gorengan diolah di dalam minyak dengan suhu yang sangat panas. Proses pengolahan ini akan menimbulkan proses hidrogenasi yang membuat gorengan lebih awet dan enak. Sayangnya, hal ini bisa mempengaruhi kadar kolesterol darah dan meningkatkan risiko penumpukan plak di dalam pembuluh darah.

Jika kita sering makan gorengan, maka penumpukan plak pada pembuluh darah, termasuk di dalam pembuluh darah yang berada di kepala akan meningkat. Hal ini tentu akan membuat aliran darah menuju otak akan terhambat.

Jika sampai hal ini terjadi, sel-sel di dalam otak tidak akan mendapatkan oksigen dan nutrisi yang ada di dalam darah dengan cukup. Hal inilah yang kemudian menyebabkan sensasi pening atau sakit kepala.

Selain itu, jika kita sudah mengalami masalah hipertensi atau tekanan darah sebelumnya, keberadaan lemak trans pada gorengan akan membuat kondisi hipertensi menjadi semakin parah. Padahal, jika sampai tekanan darah sangat tinggi pada pembuluh darah yang ada di kepala, maka risiko untuk terkena sakit kepala akan meningkat.

Makanan yang tinggi kandungan lemak trans lainnya

Selain gorengan, kita juga harus mewaspadai makanan-makanan lain yang tanpa disadari juga tinggi kandungan lemak trans. Jika terlalu sering dikonsumsi, dikhawatirkan akan menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah dan meningkatkan risiko sakit kepala.

Makanan dengan kandungan lemak trans ini adalah biskuit, makanan beku atau makanan kalengan, snack ringan seperti keripik kentang, makanan cepat saji seperti burger, kentang goreng, dan ayam goreng, margarin, dan krimer kopi.

Dampak lain dari kebiasaan mengonsumsi gorengan

Ada banyak sekali dampak kesehatan yang bisa kita dapatkan jika sering mengonsumsi gorengan.

Berikut adalah berbagai dampak kesehatan yang tidak baik tersebut.

  1. Penggunaan minyak goreng yang tidak sehat bisa berbahaya

Jika kita terbiasa mengonsumsi gorengan yang dibeli di pinggir jalan, dampaknya bahkan bisa lebih berbahaya jika dibandingkan dengan membuat gorengan sendiri. Hal ini disebabkan oleh minyak yang dipakai untuk menggoreng biasanya dipakai hingga berulang kali hingga warnanya semakin gelap. Minyak ini bisa membuat gorengan tinggi kandungan radikal bebas yang bisa memicu peradangan di dalam tubuh.

  1. Membuat asupan lemak trans tinggi

Gorengan tinggi lemak trans. Masalahnya adalah lemak trans bisa membuat risiko terkena kanker, diabetes, penyakit jantung, serta obesitas meningkat.

  1. Tinggi kandungan minyak

Meski terlihat kering dan renyah, dalam realitanya gorengan menyerap minyak dalam jumlah yang sangat banyak, apalagi jika kandungan tepungnya cenderung cukup tebal. Mengonsumsi minyak dalam jumlah banyak tentu akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan organ kardiovaskular.

  1. Tinggi kandungan akrilamida

Akrilamida bisa muncul saat gorengan atau makanan bertepung layaknya kentang goreng dimasak di dalam suhu yang tinggi. Kandungan ini bisa memicu datangnya beberapa jenis kanker.

  1. Meningkatkan risiko terkena penyakit lainnya

Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa rutin makan gorengan bisa memicu hipertensi, kolesterol tinggi, gagal jantung, dan diabetes tipe 2.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi