Terbit: 24 May 2019 | Diperbarui: 4 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Salah satu bahan makanan yang paling sering kita konsumsi adalah kecap. Bahan penyedap makanan ini terbuat dari produk fermentasi kedelai. Dengan menambahkan kecap pada makanan, kita bisa merasakan sensasi gurih dan manis. Hanya saja, pakar kesehatan justru menyarankan kita untuk membatasi konsumsi kecap demi menjaga kondisi kesehatan tubuh.

Meski Enak, Pastikan Untuk Membatasi Konsumsi Kecap

Alasan mengapa kita harus membatasi konsumsi kecap

Pakar kesehatan menyebut proses fermentasi yang digunakan untuk membuat kecap membentuk MSG alami. Selain itu, kedelai yang merupakan bahan utama dari kecap juga telah terpecah menjadi berbagai macam asam amino setelah melalui proses tersebut. Hanya saja, dalam proses fermentasi ini, terdapat kandungan garam yang digunakan dalam jumlah yang cukup banyak. Garam inilah yang membuat kecap memiliki rasa yang gurih dan lebih awet.

Masalahnya adalah garam jika dikonsumsi dengan berlebihan bisa menyebabkan peningkatan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi. Bagi orang sehat, kita sebaiknya membatasi konsumsi kecap maksimal dua sendok makan dalam sehari. Bahkan, bagi penderita diabetes, konsumsi kecap biasanya dibatasi hingga hanya satu sendok makan saja.

Beberapa dampak kesehatan yang akan muncul jika kita berlebihan mengonsumsi kecap

Pakar kesehatan menyebut berlebihan mengonsumsi kecap bisa berimbas pada munculnya beberapa masalah kesehatan.

Berikut adalah beberapa masalah kesehatan tersebut.

  1. Tidak baik bagi kesehatan ginjal

Pakar kesehatan menyebut terlalu banyak makan kecap bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan ginjal. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan oksalat dan fitoestrogen di dalamnya. Jika kita mengonsumsi oksalat terlalu banyak, risiko untuk terkena masalah batu ginjal bisa meningkat. Sementara itu, konsumsi fitoestrogen dalam jumlah yang berlebihan juga bisa memicu peningkatan risiko terkena gagal ginjal.

  1. Tidak baik bagi kesehatan penyakit kardiovaskular

Kandungan garam yang tinggi di dalam kecap bisa meningkatkan tekanan darah. Padahal, jika sampai hal ini berlanjut menjadi masalah hipertensi, maka risiko untuk terkena penyakit kardiovaskular layaknya penyakit jantung atau stroke akan meningkat.

  1. Bisa menyebabkan pembekuan sel-sel darah merah

Pakar kesehatan menyebut kandungan hemaglutinin yang ada di dalam produk olahan kedelai layaknya kecap bisa memicu dampak buruk jika dikonsumsi dengan berlebihan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya risiko terkena pembekuan sel darah merah. Jika sampai hal ini terjadi, proses distribusi oksigen ke seluruh organ-organ dan jaringan tubuh bisa terganggu dan akhirnya meningkatkan risiko terkena serangan jantung.

  1. Bisa mengganggu proses pencernaan

Meski bisa membuat rasa makanan menjadi lebih enak, kecap bisa menyebabkan terganggunya fungsi pencernaan seperti nyeri perut atau menurunnya fungsi pankreas jika dikonsumsi dengan berlebihan.

  1. Bisa menggagu proses penyerapan mineral

Di dalam kecap terdapat kandungan fitat yang tidak baik untuk dikonsumsi dalam jumlah yang banyak. Hal ini disebabkan oleh kemampuannya dalam mempengaruhi fungsi pencernaan, yakni membuat proses penyerapan mineral tidak berjalan dengan lancar. Padahal, mineral sangat dibutuhkan tubuh untuk melakukan berbagai macam fungsi.

  1. Bisa menyebabkan masalah hipotiroidisme

Di dalam kecap terdapat kandungan isoflavon berjenis goitrogen. Kandungan ini bisa mengganggu fungsi kelenjar getah bening dan akhirnya memicu hipotiroidisme, kelenjar tiroid yang berfungsi dengan berlebihan. Hal ini bisa menyebabkan terganggunya keseimbangan hormon di dalam tubuh.

  1. Bisa menyebabkan alergi

Kasus alergi yang disebabkan oleh kecap memang jarang terjadi, namun bagi sebagian orang, konsumsi kecap yang diolah dari kedelai dengan bahan transgenic bisa menyebabkan dampak kesehatan ini.

Melihat fakta-fakta ini, sebaiknya memang kita tidak berlebihan dalam mengonsumsi kecap demi menjaga kesehatan tubuh.


DokterSehat | © 2025 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi