Obesitas adalah salah satu masalah yang sangat besar dan mendapatkan perhatian dunia. Kegemukan menjadi pemicu banyak masalah pada tubuh seperti sulit bergerak dengan bebas karena mobilitas jadi menurun. Selanjutnya obesitas bisa memicu masalah pada reproduksi dan seks. Kegemukan juga memicu diabetes tipe 2 yang berbahaya untuk tubuh.
Berbagai Pemicu Obesitas yang Sering Dialami
Obesitas bisa terjadi pada tubuh karena banyak hal. Umumnya pertumbuhan berat badan terjadi secara perlahan-lahan. Bahkan, kita tidak akan menyadarinya dan tahu-tahu pakaian tidak bisa digunakan lagi karena kekecilan. Obesitas dipicu oleh beberapa hal di bawah ini.
- Kalori yang masuk ke dalam tubuh terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan harian. Misal Anda hanya butuh 2.000 kalori. Karena sering makan dan jajan sembarangan kalori jadi surplus 500. Dalam sebulan, kalori ini akan memicu kenaikan hingga 2 kg.
- Jarang melakukan olahraga atau gaya hidupnya lebih banyak dihabiskan dengan bekerja sambil duduk. Karena tidak ada aktivitas, kemungkinan besar metabolisme di tubuh jadi ikut anjlok.
- Banyak ngemil yang berminyak dan manis. Meski terlihat kecil dan tidak mengenyangkan, kandungan kalorinya juga besar dan secara tidak sadar sudah menumpuk dengan sendirinya.
- Mengonsumsi alkohol juga bisa memicu kenaikan berat badan, apalagi kalau sampai mengonsumsi secara berlebihan.
- Penggunaan obat tertentu juga memicu kegemukan.
- Wanita yang menjalani KB hormonal biasanya cenderung mengalami obesitas kalau mereka tidak bisa menjaga apa yang dimakan dan olahraga secara rutin.
Mengapa Gula Tambahan Memicu Obesitas?
Salah satu pemicu utama dari kegemukan adalah gula, khususnya gula tambahan yang ada pada makanan. Berikut beberapa alasan mengapa gula tambahan bisa memicu kegemukan pada seseorang.
-
Sering Terlihat Kecil dan Tidak Berkalori
Gula adalah salah satu bahan makanan yang sering tidak terlihat. Meski ukurannya kecil, kalori yang dikandung sangat besar. Perhatikan beberapa makanan dengan gula tambahan yang ada di pasaran, misal es sirup atau es krim. Sekilas makanan ini seperti tidak memiliki kalori. Padahal ada banyak sekali kalori yang bisa membuat kebutuhan harian jadi surplus.
Sebelum mengonsumsi makanan yang ada di luaran sana dan memiliki rasa manis, ada baiknya untuk mengetahui kandungan gulanya. Lihat label yang ada terlebih dahulu, selanjutnya pastikan berapa kandungan gula per porsinya. Kalau asal makan saja, kemungkinan Anda makan berlebihan akan sangat besar.
-
Berdampak Besar pada Gula Darah dan Hormon
Makanan yang manis memang membangkitkan selera. Apalagi yang bentuknya minuman. Mengonsumsi terlalu banyak pun tidak akan terasa. Dampaknya, gula darah di dalam tubuh akan meningkat dengan sendirinya. Peningkatan ini terjadi sangat cepat karena gula yang masuk tergolong gula sederhana.
Kalau gula darah sering naik setiap hari dan jarang bisa diturunkan dengan cepat, seseorang akan mengalami hyperglycemia. Kondisi ini sangat berbahaya untuk tubuh karena bisa meningkatkan kegemukan pada tubuh. Selanjutnya kondisi insulin yang resisten bisa juga muncul hingga kondisi diabetes tidak bisa ditekan lagi.
-
Tidak Cepat Mengenyangkan
Kalau Anda mengonsumsi makanan yang terlalu manis, kemungkinan besar tidak akan mengenyangkan. Apalagi kalau jenis camilan saja. Tubuh bisa saja mengalami lapar lagi beberapa jam kemudian. Akhirnya Anda makan lagi agar lebih kenyang. Kondisi lain yang bisa terjadi adalah Anda susah kenyang meski sudah makan terlalu banyak.
Kondisi susah kenyang ini tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang memicunya seperti kurangnya protein. Seperti yang kita tahu, protein akan memberikan rasa kenyang lebih lama dan energi. Selain itu, protein juga akan menekan jumlah dari ghrelin yang merupakan hormon pemicu kenaikan nafsu makan.
-
Mengganti Makanan yang Sehat
Makanan yang terlalu manis akan menyebabkan ketagihan. Kondisi ini akan lebih parah lagi karena bisa membuat beberapa orang enggan makan yang lain. Kita ambil contoh sederhana saja anak-anak. Karena mereka sering makan atau minum sesuatu yang manis, mereka jadi enggan makan sayuran dan protein yang bermanfaat untuk tubuh.
Makan yang manis saja memang mengenyangkan. Namun, kalau terus dilanjutkan, nutrisi lainnya tidak akan bisa ikut masuk ke dalam tubuh. Dampaknya, Anda akan sulit sekali memenuhi nutrisi lainnya secara alami dengan makanan padat, bukan dengan suplemen saja.
-
Bisa Memengaruhi Nafsu Makan
Makan sesuatu yang manis apalagi gula yang terkandung jenis fruktosa bisa meningkatkan nafsu makan secara umum. Anda akan cenderung mudah lapar dan makan apa saja dalam jumlah banyak. Dampaknya tubuh akan terus mengalami surplus kalori setiap harinya dan lapisan lemak di tubuh akan terus menebal.
Kalau konsumsi makanan dengan tambahan gula dihentikan, nafsu makan akan turun dengan sendirinya. Kalau Anda atau anak-anak mengalami hal ini pastikan untuk mengurangi konsumsi gula perlahan-lahan agar kecanduannya hilang dan tidak menyiksa.
-
Risiko Mengalami Banyak Penyakit
Makan gula identik dengan penyakit yang berbahaya dan mematikan. Kita ambil contoh diabetes yang bisa mematikan dan merusak sistem saraf. Selain itu, penyakit lainnya yang identik dengan gula adalah masalah pembuluh darah dan kolesterol. Kalau dibiarkan akan memicu masalah dengan jantung dan stroke.
Nah, penyakit di atas identik dengan obesitas dan pola makan yang buruk. Oleh karena itu mengatur asupan gula yang masuk ke dalam tubuh adalah hal yang sangat vital dan tidak boleh diabaikan,
Inilah beberapa alasan yang membuat kita jadi mudah gemuk kalau mengonsumsi gula tambahan terlalu banyak. Oleh karena itu kita disarankan untuk melakukan banyak hal seperti banyak berolahraga, mengetahui apa saja yang dimakan, dan lebih sering memasak sendiri daripada beli makanan di luar yang tidak jelas nilai gizinya.
Sumber:
- Kubala, Jillian. 2019. 6 Ways Added Sugar Is Fattening. https://www.healthline.com/nutrition/does-sugar-make-you-fat. (Diakses pada 13 Januari 2020)
- Johns Hopkins Medicine. Obesity, Sugar and Heart Health. https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/obesity-sugar-and-heart-health. (Diakses pada 13 Januari 2020)