DokterSehat.Com- Meskipun dikenal luas sebagai bangsa yang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok, dalam realitanya makanan pokok sebagian besar masyarakat tanah air berubah menjadi ketupat atau lontong saat merayakan Hari Raya Lebaran. Jika kita tidak memasak ketupat atau lontong, seakan-akan ada yang kurang dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri. Meskipun sama-sama terbuat dari beras, banyak orang yang menyebutkan jika lontong atau ketupat lebih sehat jika dibandingkan nasi. Apakah hal ini benar adanya?
Perbedaan dari lontong atau ketupat dengan nasi adalah teksturnya yang cenderung lebih lembut. Cara penyajian ketupat dan lontong juga cenderung lebih praktis. Selain itu, lontong dan ketupat juga lebih tahan lama jika dibandingkan dengan nasi.
Berbagai perbedaan mendasar dari lontong atau ketupat dengan nasi disebabkan oleh cara memasak ketupat atau lontong yang sangat berbeda dari nasi. Jika nasi bisa tinggal kita masak di rice cooker setelah mencuci beras, maka ketupat atau lontong harus dimasukkan ke dalam selongsong ketupat atau daun pisang sebelum direbus hingga beberapa jam dan baru diangkat. Perbedaan cara memasak ini ternyata bisa mempengaruhi kepadatan lontong atau ketupat sehingga bisa membuat kita seakan-akan lebih kenyang meskipun baru mengkonsumsinya dengan porsi yang sedikit.
Pakar kesehatan sendiri menyebutkan jika kandungan gizi dari lontong atau ketupat lebih rendah jika dibandingkan dengan nasi. Sebagai contoh, dalam 100 gram nasi, kita bisa menemukan 180 kalori energi, 3 gram protein, 0,3 gram lemak, dan 39,8 gram karbohidrat. Sementara itu, dalam jumlah yang sama, kita hanya akan menemukan 144 kalori, 2,7 gram protein, 0,28 gram lemak, dan 31,5 gram karbohidrat.
Melihat angka-angka ini, pakar kesehatan menyebutkan bahwa memakan lontong atau ketupat bisa membantu kita dalam program diet atau menurunkan berat badan. Hal ini berarti, kita bisa saja meneruskan konsumsi lontong atau ketupat selain di Hari Raya Lebaran jika ingin mendapatkan berat badan yang lebih ideal.